Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pertemuan Para Pihak Ke-15 (COP-15) Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk perubahan iklim (UNFCC) di Kopenhagen dikhawatirkan akan menjadi forum pengalihan kesalahan atas kegagalan negara-negara industri Annex 1 memenuhi skema pengurangan emisi karbon yang digariskan Protokol Kyoto kepada negara-negara berkembang. Alih-alih berupaya keras memenuhi kewajiban menurunkan emisi, mereka membidik deforestasi sebagai biang persoalan perubahan iklim dunia karena aktivitas pembalakan dan perusakan hutan ditengarai menyumbang 20 persen dari total emisi gas rumah kaca dunia. Dengan argumen ini, COP-11 di Montreal pada 2005 merekomendasikan skema pengurangan emisi dari deforestasi (RED). Rekomendasi ini kemudian diakomodasi dalam COP-13 di Bali dengan penambahan klausul degradasi hutan sebagai penyebab terjadinya emisi selain deforestasi, sehingga skema RED diperbarui menjadi Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation (REDD). Skema ini tentu tidak dapat dibaca dari kacamata ilmiah semata karena faktanya hampir seluruh aktivitas deforestasi dan degradasi hutan yang dijadikan target REDD berada di wilayah negara-negara pemilik hutan tropis, yang tidak lain adalah negara-negara berkembang.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo