Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Bahasa Indonesia menyebut kegilaan pada sesuatu dengan kata.
Ada demam K-pop dan drama Korea yang berpengaruh pada bahasa Indonesia.
Tapi serapan bahasa Korea masih kalah dibandingkan dengan kamus bahasa Inggris.
BAHASA Indonesia punya cara unik menyebut kegilaan terhadap sesuatu: demam. Alih-alih penyakit, jenis demam yang satu ini justru membuat penderitanya berbahagia. Lihat saja bagaimana demam K-Pop menjangkiti dunia dari drama Korea (K-drama), lagu, kosmetik (K-beauty), produk perawatan kulit, makanan (K-food), fashion (K-style), barang kebutuhan sehari-hari, hingga penggunaan bahasa. Film Parasite dan Squid Game serta grup musik BTS dan Blackpink makin memposisikan K-pop dalam perbincangan arus utama dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahasa Inggris punya kosakata craze untuk gejala kegilaan atau demam terhadap sesuatu. Ada artikel Sarah Kasprzak berjudul “The Cycling Craze in West Hants” yang membahas kegilaan sepeda yang melanda Windsor pada akhir abad ke-19 dan bagaimana sepeda menawarkan orang cara baru berkeliling. Orang-orang Windsor menamainya boneshaker, saking sulit dan tidak nyamannya dikendarai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, kata craze dipakai untuk merujuk pembunuhan wanita (penyihir) secara massal yang berlangsung sejak abad ke-15 hingga abad ke-18 di Eropa, “The Witch Craze”. Peristiwa itu konon menjadi pembunuhan terbesar yang dilakukan manusia, yang bukan disebabkan oleh perang (selain pembantaian terhadap Yahudi).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) V, lema “demam” diberi dua arti, yaitu: 1. a panas badannya (suhu badan lebih tinggi daripada biasanya, umumnya karena sakit); 2 a sakit yang menyebabkan suhu badan menjadi lebih tinggi daripada biasanya: seharian itu ia berbaring saja karena –. Di arti kedua tercatat a tergila-gila: mereka – lagu-lagu dangdut. KBBI V mencatat beberapa lema turunan dari arti kedua ini: demam panggung dan demam kamera.
“Kegilaan” yang sudah biasa kita temukan barangkali ada di dunia olahraga. Kita telah lama mengenal istilah demam bola, demam Piala Dunia, demam bulu tangkis, dan demam Asian Games. Di luar dunia olahraga, pernah ada demam film horor, demam Bollywood, demam Rangga dan Cinta saat film Ada Apa dengan Cinta? laris, demam batu akik, dan yang kekinian adalah demam TikTok.
Dari semua demam tersebut, tampaknya K-pop bukan jenis kegilaan biasa. Demam yang menerpa dunia jauh sebelum Covid-19 itu juga memberi cara hidup baru, bahkan mengubah pola berbahasa masyarakat. Bahasa Indonesia kini menghadapi “serangan” bahasa Korea. Bahkan Dualingo mencatat bahasa Korea sebagai bahasa terpopuler kedua yang dipelajari masyarakat selama pandemi, setelah bahasa Inggris (liputan Koran Tempo, 13 Juni 2021).
Dalam satu lomba menulis esai sejarah tingkat sekolah menengah atas yang diadakan pemerintah Gorontalo, saya sempat terperangah tatkala salah satu peserta mengucap salam annyeonghaseyo dengan fasih dan bersemangat yang disambut tak kalah gegap gempita (juga sama fasihnya) oleh segenap kontestan yang hadir.
Annyeonghaseyo hanya salah satu kata yang mempengaruhi cara berbahasa generasi milenial kita. Ada kata onni, oppa, aigo, saranghaeyo, gomawo, daebak, omo, dan kamsahamnida yang menghiasi percakapan sehari-hari. Kata-kata ini sudah hadir dalam bentuk stiker dan emoji di percakapan ruang virtual.
Dibandingkan dengan KBBI V yang hanya mencatat empat kosakata dalam entrinya (kimchi, manhwa, mukbang, dan mokbang), kamus daring The English Oxford Dictionary mencatat 26 kosakata pinjaman dari bahasa Korea per September 2021 (public.oed.com/blog/daebak-a-k-update/). Kata-kata itu adalah aegyo, banchan, bulgogi, chimaek, daebak, dongchimi, fighting, galbi, hallyu, hanbok, japchae, K-drama, kimbab, kono konglish, Korean wave, manhwa, mukbang, noona, oppa, PC bang, samgyeopsal, skinship, tang soo do, trot, dan unni. Kata fighting, yang merupakan bahasa Inggris, dalam bahasa Korea bergeser makna menjadi ungkapan untuk memberi semangat kepada seseorang.
Demam K-pop ini tak luput diliput Antaranews.com dalam berita tertanggal 5 November 2021, “Semua Demam Korea pada Waktunya”. Survei mengenai negara dengan jumlah penggemar K-pop terbanyak yang diadakan Twitter mulai 1 Juli 2019 hingga 30 Juni 2020 menempatkan Indonesia di peringkat keempat setelah Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan (dari 20 negara yang disurvei).
Demam K-pop juga hadir dalam bentuk meme dan gambar profil. Dalam akun Twitter-nya, Fasubkhanali mengunggah gambar profil bertulisan “Drakor Dulu, Drama hidup nanti aja” dengan simbol jari perlambang cinta ala Korea. Jangan-jangan itu mewakili peristiwa di kalangan elite politik kita yang akhir-akhir ini kebanyakan drama?
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo