Pengantar Redaksi: A. Dahana adalah lulusan jurusan Sinologi
dari Universitas Indonesia dan Cornell University AS. Dengan
latar belakang akademis itu ia banyak membahas masalah-masalah
Cina.
WAKTUNYA: Agustus l946 Cina sedang dilanda hebat perang
saudara Komunis lawan Nasionalis tua tahun sebelum RRC
berdiri. Situasi dunia Jerman dan Jepang baru saja bertekuk
lutut kepada Sekutu. Akhir Perang Dunia II Dentuman peluru tak
ada lagi. Tapi tak berarti dunia aman. Perang mencapai babak
baru ' Perang Dingin", yang merupakan persaingan antara blok
Barat yang dipilnpin AS, dengan blok Timur, dipimpin Uni Soviet.
Perang ini dinamakan "imperialisme lawan sosialisme", kata
orang-orang komunis Atau, "dunia bebas" lawan ' dunia tidak
bebas". kata orang Barat.
Pada Agustus 1946 itulah Mao Tse-tung menerangkan wawancara
dengan Anna Louise Strong. Wartawati Amerika ini menaruh simpati
atas perjuangan Mao. Wawancara tersebut bersejarah, karena di
dalamnya Mao membeberkan konsep global Cina -- yang sampai
kini dianut RRC.
ZONE PERANTARA
Kepada nona Strong, Mao menerangkan analisanya mengenai situasi
dunia setelah Perang Dunia II dan mulai timbullah rivalitas
antara Barat dan Timur AS dan Uni Soviet, menurut Mao,
dipisahkan oleh suatu wilayah sangat luas yang meliputi
negeri-negeri kapitalis, kolonial dan setengah kolonial,
terletak di Eropa, Asia dan Afrika. Wilayah luas inilah yang
kemudian disebut Mao sebagai suatu "one (wilayah) perantara"
Menurut Mao, sebelum AS menaklukkan negeri-negeri yang terletak
di "zone perantara" ini, suatu serangan yang ditujukan terhadap
Uni Soviet mustahil. Mengenai kegiatan Amerika pada waktu itu
Mao seterusnya berkata: Dewasa ini d i Pasifik Amerika
menguasai daerah yang lebih luas dari jajahan Inggeris di masa
lalu. Ia menguasai Jepang sebagian dari Cina yang masih di bawah
Kuomintang sebagian Eropa dan Pasifik Selatan. Amerika Tengah
dan Selatan sudah sejak lama ada di tangannya. Sekarang dengan
segala cara sedang berusaha untuk menguasai Inggeris dan Eropa
Barat. Dengan segala cara ia sedang mempersiapkan kekuatan
militer besar-besaran dan mendirikan pangkalan-pangkalan militer
di banyak negara. Benar pangkalan-pangkalan dan persia. Dan
militer tersebut ditujukan terhadap Uni Soviet, tapi bukan Uni
Soviet melainkan negeri-negeri yang ada basis militer inilah
yang pertama-tama akan jadi sasaran agresinya.
Sebagai akibatnya rakyat-rakyat di negeri itu tak akan akan
rela untuk jadi korban agresi. Mereka akan bangkit
melawannya. Jadi, menurut pendapat Mao, ' zone perantara" itu --
Cina termasuk di dalamnya -- punya arti strategis penting.
Daerah ini akan jadi arena utama pergulatan melawan
imperialisme. Juga, garis pertahanan terbaik bagi blok sosialis.
Blok sosialis dengan rakyat-rakyat yang ada di "zone perantara"
ini bertujuan sama, yaitu melawan musuh yang sama. "imperialisme
di bawah pimpinan Amerika". Menurut John Gittings, dalam
karangannya "New Light On Mao" (The Cinaa Quarterly, No 60,
1974), formula Mao mengenai zone perantara" tak banyak
disebut-sebut dalam pernyataan RRC di tahun-tahun pertama
berdirinya. Mungkin karena keberatan Uni Soviet, yang dinilai
sebagai pihak yang reakti dan pasif dalam melawan Imperialisme.
Sampal pertengahan tahun 50-an Cina agak "santai" dalam
menghadapi gerak-gerik perang dingin AS. Seperti dilukiskan
suatu pernyataan Mao tahun 1958. Menurut Mao, tujuan utama
Amerika pada masa itu tetap untuk menjadi "tirani" di "zone
perantara" Dunia Sosialis tidak akan diserang atau didudukinya,
kecuali ada perpecahan dan kekacauan di situ.
Persekutuan-persekutuan militer memang agresif. Tapi
setidak-tidaknya, selama blok sosialis kuat, tidak ditujukan
terhadapnya Persekutuan militer itu sebenarnya ditujukan kepada
negara-negara yang baru merdeka.
YANG PERTAMA & KEDUA
Pertikaian ideologi Moskow-Peking yang memuncak menjelang
pertengahan 60-an mendorong Mao perkembangkan teori ini. Tahun
1964, "zone perantara" telah terdiri dari dua bagian "zone
perantara pertama", termasuk di dalamnya Asia Afrika dan
Amerika Latin "Zone perantara kedua", merupakan negara-negara
kapitalis "kelas dua" Eropa, Kanada, Australia, Jepang dan
Selandia Baru.
Bagaimana sekarang? Keadaan dunia tahun 70-an dinilai Peking
sebagai sedang berada dalam proses "penceraian dan pengelompokan
yang besar". Cina dan Albania makin menjauh dari orbit Moskow
Rumania bersikap makin netral dalam cekcok ideologi Rusia-Cina.
Eropa Barat lebih independen terhadap Amerika. Begitu pun
sekutu-sekutu AS di Asia Konsep "zone perantara" masih
dipertahankan, tapi dalam konteks yang lebih besar. Kedua
superpower, yaitu "imperialisme Amerika" dan
"sosial-imperialisme Uni Soviet" telah terlibat dalam suatu
"persekongkolan" untuk membagi-bagi dunia, (artinya "zone
perantara" ke satu maupun yang ke-dua), ke dalam kotak-kotak
yang di bawah pengaruh masing-masing Cina menolak
"persekongkolan' ini. Caranya: merangkul kekuatan lemah, yaitu
Dunia Ketiga, yang terletak di "zone perantara pertama" dan
menetralisir kekuatan menengah atau negara-negara yang ada di
"zone perantara kedua". Bersama dengan mereka, Cina melawan
kedua superpower. Taktik ini diperoleh Mao dari pengalaman
semasa bergerilya di pedesaan Cina dari tahun 20-an sampai 1949
di masa itu, untuk memobilisir perlawanan terhadap musuh-musuh
komunis digunakanlah taktik "merangkul tani miskin, menetralisir
atau kalau bisa menarik juga tani menengah, dan bersama-sama
dengan mereka mengganyang tuan-tuan tanah".
Sokongan RRC terhadap ASEAN, yang tiba-tiba muncul dan
terdengar, mungkin dapat ditelusuri dengan bertitik olak dari
teori Mao ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini