Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Berita Tempo Plus

Menghargai bahasa sendiri

Indonesia tidak menginginkan fanastisme penggunaan bahasa secara kaku, dimana bahasa benar-benar menjadi tuan rumah. tetapi menggunakan secara benar, misalnya iklan undangan dalam bahasa indonesia.

6 April 1991 | 00.00 WIB

Menghargai bahasa sendiri
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Setelah membaca tulisan "Serasa di Hong Kong" (TEMPO, 16 Februari 1991, Nasional) saya merasa lega karena saya tidak sendirian menjadi asing di negeri sendiri. Saya pernah menulis hal serupa di Kontak Pembaca TEMPO pada beberapa bulan yang lalu. Tentu saja bukan itu yang membuat Bapak-Bapak di DPR DKI mulai memperhatikan kerancuan ini. Namun, sayangnya, ada kalangan pengusaha yang merasa kurang sreg dengan gagasan ini. Ada beberapa alasan mereka yang dapat dipahami, tetapi ada juga yang agaknya terlalu dicari-cari. Mengenai corporate identity, misalnya. Kalau saja pencetus ide Club Med berpikir seperti mereka, tentu kita tidak kenal nama itu, tapi sebaliknya, Med Club, yang bau Inggrisnya kentara, yang kita kenal. Kenyataannya, tanpa berbau Inggris toh Club Med bisa memancanegara. Masih banyak lagi perusahaan multinasional yang namanya tidak berbau Inggris, yang barangkali jangkauannya lebih memancanegara daripada perusahaan semacam Grya Mahal Real Estate (bukan nama sebenarnya). Ironis, memang, mengingat kenyataannya, berapa persenkah penduduk Indonesia yang benar-benar fasih memakai bahasa asing itu? Mengenai nama-nama asing yang mempunyai hak cipta seperti Kentucky Fried Chicken yang dicontohkan itu, saya tidak tahu persis apakah memang benar seperti diargumentasikan. Kenyataannya, di Montreal (Kanada), ayam goreng Kentucky itu berkibar, dengan nama Poulet Frit a la Kentucky. Apakah ini berarti orang-orang di Montreal kurang mematuhi yang namanya undang-undang hak cipta daripada kita di sini? Di Provinsi Quebec, ada undang-undang yang mengatur agar bahasa Prancis, salah satu bahasa, resmi Kanada, bisa benar-benar menjadi tuan rumah di provinsinya. Semua tulisan yang tampak di luar bangunan diwajibkan berbahasa Prancis, termasuk rambu-rambu di jalan sampai petunjuk di bandara udara sekalipun. Dengan ini tentu saja kita tidak bisa menuduh mereka bermaksud kurang ramah terhadap pendatang. Kita memang tidak menginginkan fanatisme penggunaan bahasa secara kaku seperti Quebec itu. Kita perlu juga menguasai bahasa asing bila perlu bukan hanya Inggris. Tapi apa salahnya kalau kita bisa menghargai bahasa nasional kita, menggunakan secara patut. Dengan demikian, misalnya, kita tidak akan memasang iklan undangan seminar dengan menggunakan bahasa Inggris kalau yang diundang hanyalah orang-orang Indonesia. I. WAYAN MUDITA 21, 111 Lakeshore Rd. Macdonald College of McGill University. Lair Hall Box 55 Ste. Anne-de-Bellevue, PQ, Canada H9X 1CO

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus