Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Menotok urat nadi koruptor

Kebijaksanaan baru ekonomi jaime ongpin merupakan campuran antara kebijaksanaan ekonomi ortodoks dan radikal. birokrasi yang lebih kecil bisa menutup kemungkinan-kemungkinan untuk korupsi.

22 Maret 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEBAGAI menteri keuangan Filipina, yang baru dilantik Presiden Cory Aquino, Jaime Ongpin akan menerima gaji US$ 300 per bulan. Jumlah itu tak ada artinya dibandingkan gajinya sebagai presiden direktur Benguet Corporation, perusahaan pertambangan raksasa di Filipina, sebesar US$ 6.250 per bulan. Jaime Ongpin, pengkritik keras kebijaksanaan bekas Presiden Ferdinand Marcos yang selalu mementingkan monopoli perusahaan keluarga dan teman-temannya, dan karena itu dia harus bertengkar dengan adiknya, Roberto Ongpin yang menjadi menteri perdagangan dan industri di bawah Marcos. Karena perlawanannya terhadap Marcos itu Jaime Ongpin terpaksa menjadi salah seorang yang tidur di lantai Camp Crane, bersama Jenderal Fidel Ramos dan Menhan Juan Ponce Enrile, ketika kompleks itu dikepung tank-tank pendukung Marcos. Kini, Jaime Ongpin diserahi tanggung jawab untuk membenahi ekonomi Filipina yang hancur. Dapatkah manajer swasta ini menegakkan kembali sebuah perusahaan bernama ekonomi Filipina, yang paling sakit di Asia? Tantangannya cukup berat. Industri Filipina sangat parah, dan sampai sekarang masih banyak pabrik yang tutup. Tak ada yang bisa mengimpor bahan baku, karena tak ada devisa. Sementara itu, industri yang masih jalan pun hanya bekerja dengan 40% kapasitas. Selain itu, pengangguran masih meluas. Harga gula, minyak kelapa, dan tembaga -- tiga komoditi ekspor utama Filipina - masih terus merosot di pasaran internasional. PDB Filipina, yang hanya sepertiga PDB Indonesia, dua tahun terakhir ini, sudah mengecil 10%. Utang luar negeri Filipina yang sudah mencapai US$ 27 milyar merupakan utang ketiga terbesar di Asia, sesudah Korea Selatan dan Indonesia. Di samping itu, Marcos mewariskan pula sebuah ekonomi feodal, tempat restu Istana menentukan nasib bisnis seorang pengusaha. Struktur monopoli dan manipulasi sudah melembaga jauh di dalam. Demikian parahnya ekonomi Filipina hingga Jaime Ongpin merasa kebijaksanaan ekonomi yang konvensional tidak akan jalan. Sehingga, untuk sementara, Filipina tak bermimpi meningkatkan ekspor maupun industrinya, seperti yang sedang dilakukan negara-negara tetangganya. Kebijaksanaan baru ekonomi Jaime Ongpin cukup menarik perhatian, karena merupakan campuran antara kebijaksanaan ekonomi ortodoks dan radikal. Pangan, pertanian, dan pembangunan desa akan diutamakan. "Yang penting, rakyat Filipina harus cukup makan dulu. Yang lain, soal kedua," katanya kepada pers, baru-baru ini. Untuk bangkit kembali, ekonomi Filipina jelas perlu modal. Tapi, Jaime Ongpin tak akan merayu modal asing secara berlebihan. Kalau mau tanam modal, silakan, tapi tak akan ada perlakuan istimewa. Baginya, yang perlu adalah adanya kepercayaan. Dia yakin, begitu orang Filipina sendiri mulai menanam modal, pengusaha asing pun akan menyusul. Sebuah revolusi biasanya diikuti dengan penyitaan dan nasionalisasi perusahaan-perusahaan swasta. Tapi, Jaime Ongpin punya filosofi khusus. "Pemerintah harus meninggalkan kegiatan bisnis," katanya. "Swastakan semua apa yang bisa diswastakan." Pernyataan aneh dari seorang menteri keuangan, bukan? Pandangan Jaime Ongpin tentang peranan swasta tentunya tidak berasal dari gelar M.B.A. yang diperolehnya dari Universitas Harvard ketika dia baru berumur 23 tahun. Sebagai eksekutif perusahaan swasta, selama lebih 20 tahun, ia tahu betul apa artinya efisiensi, persaingan, dan inovasi. Pengalamannya menghadapi birokrasi Marcos meyakinkan dirinya, campur tangan pemerintah ke dalam bisnis secara berlebihan sangat merusakkan. Baginya, birokrasi yang lebih kecil bisa menutup lubang-lubang untuk korupsi. Pandangan Jaime Ongpin tentang bantuan luar negeri juga cukup radikal. Kepada pers, baru-baru ini, dia mengatakan, bantuan luar negeri yang diterima Filipina tak akan disalurkan lewat lembaga-lembaga pemerintah. Selama ini, bantuan luar negeri merupakan makanan yang empuk untuk korupsi pemerintahan Marcos. Jaime Ongpin tak mau pengalaman pahit ini terulang. Dan, dia merencanakan bantuan luar negeri untuk Filipina digunakan buat modal perusahaan swasta, terutama yang bergerak di sektor pertanian. Tapi, Jaime Ongpin tak akan bisa melaksanakan prinsip-prinsipnya dengan mudah. Rakyat Filipina yang Katolik, dan mungkin Gereja Katolik sendiri, sudah terbiasa dengan ide "keadilan sosial" yang hanya bisa datang dari penguasa. Di samping itu, sentimen antibisnis juga masih kuat setelah Marcos mengotori praktek-praktek bisnis. Sebagai manajer profesional, Jaime Ongpin mungkin dari pagi sampai malam hanya memikirkan persaingan, efisiensi, dan inovasi. Responsnya terhadap tantangan yang akan dihadapi sebagai menteri keuangan akan lewat nalurinya sebagai seorang manajer. Sebab, Jaime Ongpin tak pernah jadi birokrat. Mengelola ekonomi negara mungkin sama dengan mengelola sebuah perusahaan. Tapi, ada prinsip-prinsip tertentu yang harus dipatuhi. Jaime Ongpin menyadari benar hal itu. Maka, ia sebagai seorang manajer swasta -- Jaime Ongpin adalah pengusaha tembaga diserahi tugas mengelola ekonomi Filipina. Dan, kini seluruh dunia menunggu revolusinya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus