Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Meramal marcos

Marcos dikenal sebagai politikus yang cerdas, cerdik. semboyannya masyarakat baru. penembakan aquino merupakan ujian akhir popularitas marcos. sisa lakon tinggal satu babak: kejatuhan marcos. (kl)

23 Juni 1984 | 00.00 WIB

Meramal marcos
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SEJAK awal kariernya, Marcos dikenal sebagai politikus yang cerdas dan cerdik - walau sampai awal 60-an belum populer di mata rakyat. Dugaan saya, kemenangannya merebut kursi kepresidenan pada pertengahan tahun 60-an belum pula karena popularitas atau pesona publik atas penampilannya. Situasi politik nasional Filipina saat itulah yang mendorong Marcos terpilih. Macapagal, sebagai presiden yang masih kuasa saat itu, sudah kehilangan dukungan Amerika karena sikapnya yang makin tampak ingin melepaskan diri dari bayangan Paman Sam. Kepemimpinan kedua partai, Nasionalista dan Liberal, kacau karena tidak satu pun kader yang menonjol dan didukung Amerika, tuan tanah, kapitalis dan Gereja sekaligus. Maka, setelah pindah-pindah partai, akhirnya Marcos menggunakan kecerdikannya mengumpulkan dukungan. Dan begitu merebut kursi kepresidenan, Marcos meletakkan kerangka strategi untuk melakukan pembaharuan politik di Filipina. Konsepnya memang menarik dan orisinil: restrukturisasi sistem politik, pembabatan dominasi tidak adil jagoan politik daerah yang umumnya didikte tuan tanah dan pengusaha kaya, serta pemotongan urat nadi kehidupan usaha mereka. Dengan berani ia membabat figur politik orde lama. Guru besar dan ilmuwan dikumpulkannya di meja kabinet, menjadi penunjang pertukangan Masyarakat Baru. Peta tokoh politik Filipina berubah sama sekali. Tidak heran bila Marcos menciptakan segala cara untuk memberi waktu cukup: keadaan darurat perang, pembekuan hak asasi politik (Habeas Corpus), usaha mendukuni pemilu baik lokal maupun nasional - lewat kelicikan. Sepak terjang politiknya mengesankan saya: Marcos belum terbebas dari trauma kekurangpopulerannya. Dan anehnya, modus operandi untuk mengatasi obsesi popularitas itu tetap saja. Menerbitkan buku yang memuji-muji diri dan gagasan sendiri. Juga mengeksploatasikan kecantikan dan pesona penampilan istri dan anak-anaknya. Tanpa risi Marcos mengangkat istrinya menjadi gubernur Manila, menteri lingkungan dan perumahan, duta besar keliling, di samping sekian banyak jabatan lain. Anak laki-lakinya, Bong Bong, menjadi gubernur provinsi tempat kelahirannya, Ilocos Norte. Juga anak perempuannya, Imee, jadi ketua organisasi nasional pemuda Filipina serta direktur jenderal film dan hiburan. Sedangkan bungsunya dipilihkan menantu salah seorang pemuda terkaya di negeri itu. Penembakan Aquino merupakan ujian akhir bagi kukuh atau belumnya pondasi popularitas Marcos: umur Marcos yang sudah 67 tahun, dan kesehatannya yang rapuh, tidak menyisakan waktu efektif yang lama untuk bertahan. Dengan kejadian itu ia harus mempertaruhkan reputasi di mata dunia, khususnya Amerika. Sejak peristiwa naas di lapangan terbang Manila itu, perimbanga inisiatif secara bertahap bergeser. Semula inisiatif di tangan Marcos oposisi bertahan. Kini tampak inisiatif di tangan oposisi Marcos bertahan. Setelah gagal membujuk tokoh-tokoh nasional seperti Carlos Romulo, Tolentino, dan beberapa menterinya, untuk berbohong dalam kesaksian pembunuhan Aquino, Marcos tersentak oleh seriusnya masalah itu. Usaha diplomatik Marcos untuk membujuk masyarakat politik dan pemerintah Amerika juga tidak sepenuhnya berhasil. Dengan halus politisi Amerika memberi isyarat kcprihatinan mereka terhadap pembunuhan Aquino. Reagan membatalkan kunjungannya ke Manila. Di dalam negeri, terhadap isu suksesi dan pengunduran diri yang dituntut lawan-lawannya, Marcos sekali lagi unjuk kecerdikan. Mulai dengan menunjuk calon pengganti tokoh berwajah tanpa dosa, Cesar Virata, Marcos berharap mendapat sambutan lega dunia internasional dan negara donor, selain dapat membingungkan lawan-lawan dalam negeri. Tetapi kawan-kawan dari kubu Marcos sendiri menggeliat dan berang. Maka dengan keputusan partai pemerintah, KBL, Marcos terpaksa menarik kartu itu, dan menunjuk tiga orang komisi perwalian menjalankan roda pemerintahan bila ia tak berkemampuan lagi. Biarpun tampak bercerai-berai, iklim psikologi politik nasional dan internasional vis-a-vis Filipina tetap menguntungkan oposisi. Setelah terjadi polarisasi, akhirnya yang tampil hanya tinggal dua kekuatan. Yaitu kelompok yang memboikot pemilu dan kelompok yang ikut pemilu. Baik kaum pemboikot maupun kaum radikal masih menunggu kejujuran hasil akhir penghitungan suara dan peluang lanjut untuk melakukan ofensif. Dugaan saya, atas pertimbangan rasional politis, Marcos akan lebih suka berkompromi dengan koalisi oposisi dalam soal ketidakcocokan penghitungan suara ini. Dalam saat kritis seperti sekarang sulit dibayangkan ia berkeras memaksakan hasil hitungan yang kurang jujur. Marcos toh yakin akan dapat menjinakkan tokoh oposisi, siapa pun kelak. Kawan saya, Prof. Hirono dari Tokyo, sebelum pemilu meramalkan bahwa sesudah Marcos menang mutlak, ia akan dengan aman dan gagah mengundurkan diri. Dengan kemenangan itu Marcos akan leluasa menentukan pilihan penggantinya. Bila ini yang terjadi, maka pilihan itu akan jatuh pada koalisi militer-teknokrat yang direstui Amerika dan Gereja. Tetapi dengan hasil pemilu seperti sekarang, saya menduga Marcos belum merasa cukup aman untuk mundur. Sebab kekuasaan pemerintahan akan jatuh di tangan tokoh kompromi atau politisi luar. Walaupun sudah tampak capek dan tidak cermat lagi pernyataan-pernyataannya, Marcos masih merasa cukup cerdas sebagai nakoda. Celakanya, pengikutnya sendiri sudah tampak meragukan kemampuannya. Semboyan-semboyan Masyarakat Baru sudah banyak luntur dalam ujian. Para pembantunya mulai menampakkan ambisi perseorangan dan mengembangkan konsepsi alternatif untuk era purna-Marcos. Kalau Marcos berhasil bermain keseimbangan dengan koalisi oposisi dan independen, mungkin ia akan berhasil pula mendapatkan dukungan dari dalam negeri, Amerika, dan Gereja. Tekanan kaum radikal dan gerilya pemberontak dapat ditangkal, sekurang-kurangnya sementara. Tetapi dengan main konsesi dan kontrakonsesi, taruhannya bisa-bisa bukan lagi cita-cita Masyarakat Baru. Melainkan mungkin lebih kelangsungan, kehormatan, dan harga diri Marcos sendiri. Bila demikian, setelah tokoh ini uzur, Masyarakat Baru akan berantakan. Konsesi-konsesi yang diberilan di bidang politik akan sangat dimanfaatkan oleh kepentingan kaum kapital, pemilik tanah, dan usahawan yang ingin iklim yang jauh lebih liberal. Boleh jadi Marcos juga merasa tidak cukup banyak waktu lagi untuk main konsesi. Ia, kalau mau, masih dapat menolak memberi konsesi sepanjang menyangkut ideologi dan cita-cita Masyarakat Baru-nya. Dalam konstelasi konstitusi sekarang, bila kepepet, ia dapat memproklamasikan lagi keadaan darurat perang. Tindakan semacam ini mungkin akan dapat efektif sesaat. Tetapi saya rasa dampaknya secara keseluruhan akan malah mempercepat keruntuhannya. Sebab mustahil dengan cara itu ia dapat memperoleh dukungan lanjut secara internasional, khususnya dari Amerika. Ketegangan akan meningkat. Kenekatan merajalela, dan kepentingan Internasional tidak akan mau mempertaruhkan nasibnya di tangan presiden tiran yang tidak bisa lama lagi diharapkan secara fisik mampu bertahan. Jadi, saya kira, sisa lakon ini tinggal satu babak. Tidak ada lagi adegan bertahan atau tidaknya Marcos. Melainkan tinggal bagaimana dan seberapa cepat ia akan mengakhiri masa kepresidenannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus