Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahasa

Merawat Selandia Baru

Selandia Baru, yang belakangan menjadi berita, berada di antara segelintir negara yang kita sebut dalam nama Indonesia. Sebagian besar nama negara di dunia ini tidak kita miliki istilah Indonesianya.

27 April 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Merawat Selandia Baru

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain Selandia Baru yang menyebut diri New Zealand, dalam bahasa Indonesia ada Papua Nugini (sebutan diri: Papua New Guinea), Jepang (Nippon), Cina/Tiongkok (Zhungguo), Korea Utara (Bughan), Korea Selatan (Namhan), Negeri Belanda (Nederland), Jerman (Deutschland), Prancis (La France), Inggris (England), Spanyol (España), Yunani (Hellas), Norwegia (Norge), Pantai Gading (Côte d’Ivoire), Maladewa (Maldives), Amerika Serikat (The United States of America), dan Afrika Selatan (Suid Africa).

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tiga negara bisa masuk kelompok ini walau bahasa Indonesia hanya menyesuaikan ejaannya: Irlandia (Ireland), Islandia (Eylenda), dan Filipina (Pilipinas). Walhasil, hanya 20 dari 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa yang ada istilah Indonesianya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Untuk negara-negara lain, hanya ejaannya yang kita sesuaikan dengan ejaan kita. Penyesuaian ini ternyata hanya mencakup dua huruf, yaitu huruf c yang kita ubah menjadi k dan huruf x yang kita jadikan ks. Negara dengan huruf c yang kita ubah menjadi k termasuk Kanada (aslinya Canada), Kolombia (Colombia), dan Nikaragua (Nicaragua). Contoh huruf x bisa dijumpai pada Mexico yang kita jadikan Meksiko dan Luxembourg yang kita eja sebagai Luksemburg.

Yang tidak begitu jelas adalah Cekoslovakia. Sejak negara ini pecah menjadi dua pada 1990, ada yang menulis Cek atau Ceko (satunya lagi Slovakia). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menulisnya Cheska. Ini aneh karena, sejak Ejaan yang Disempurnakan berlaku pada 1972, ch berubah menjadi kh. Menurut warga negeri mereka: Česká, tanpa h.

Setiap bahasa selalu punya istilah sendiri untuk nama negara, kota, dan daerah di bagian lain dunia. Bahasa Inggris menyebut negeri kita tetap Indonesia (tentu dengan lafal sendiri), sementara bahasa Belanda menamai kita Indonesië, bahasa Prancis Indonésie, dan bahasa Jerman Indonesien. Dalam memberi nama, setiap bahasa memang tidak bergantung pada bahasa lain. Maka, walaupun orang Jerman menyebut negeri mereka Deutschland, orang Prancis menyebut negara tetangganya itu Allemagne, orang Belanda Duitsland, dan orang Inggris Germany.

Setiap bahasa berdaulat penuh untuk menyebut nama negara lain dalam bahasanya. Contoh yang paling tepat adalah Selandia Baru (warganya menyebut New Zealand) dan Pantai Gading (Côte d’Ivoire untuk warganya). Kita tidak perlu bergantung (bahkan tunduk-tunduk) pada bahasa Inggris, misalnya, untuk menyebut nama negara-negara itu.

Dan memang mengapa harus kita gunakan bahasa lain (biasanya bahasa Inggris) untuk menyebut nama geografis luar negeri? Mengapa tidak langsung kita gunakan istilah warga setempat? Belgia punya tiga bahasa nasional: Prancis, Belanda, dan Jerman. Dalam bahasa Prancis, ibu kota negeri itu Bruxelles, bahasa Belanda Brussel, dan bahasa Jerman Brüssel. Kalau begitu, mengapa ibu kota Belgia harus kita sebut Brussels yang adalah bahasa Inggris? Apa urusan bahasa Inggris di sini? Mengapa tidak langsung menyebut ibu kota itu Brussel, seperti warganya?

Walaupun cara kita menyebut negaranya masih simpang-siur, Ibu Kota Praha adalah contoh terbaik bagi prinsip nama geografis sesuai dengan sebutan warganya. Bahasa Inggris mengejanya Prague (begitu pula bahasa Prancis), bahasa Belanda Praag, dan bahasa Spanyol Praga. Kita gunakan Praha, seperti warganya.

Sampai sekarang, kita baru punya empat nama kota/wilayah asing dalam bahasa Indonesia. Warga Austria menyebut ibu kota mereka Wien (bahasa Jerman) dan kita menyebutnya Wina. Kota kedua adalah Jenewa, yang oleh warga Swiss disebut Genève (bahasa Prancis). Nama ketiga adalah Kaledonia Baru (Nouvelle Caledonie), wilayah Prancis di Lautan Teduh, dan keempat Tanjung Harapan Baik, di Afrika Selatan.

Tanjung Harapan Baik punya banyak nama, tergantung bahasa apa. Di tempat asalnya, paling sedikit ada dua nama, Kaap van Goeie Hoop (bahasa Afrikaans) dan Cape of Good Hope (bahasa Inggris). Kota Belanda, Den Haag, juga demikian; bahasa Prancis menyebutnya La Haye, bahasa Inggris The Hague, bahasa Portugis Haia. Menariknya, bahasa Portugis menyebut New York sebagai Nova Iorque.

Di zaman yang serba Inggris ini, pasti usul York Baru menggantikan New York akan ditertawai orang. Walau begitu, mari kita pelihara apa yang sudah kita punya: 20 nama negara dalam bahasa Indonesia itu adalah milik kita. Jangan sampai berkurang, malah kalau bisa bertambah. Yang jelas bagi kita, Selandia Baru tetap Selandia Baru, bukan New Zealand. 

Joss Wibisono (Pengamat Bahasa Indonesia menetap di Amsterdam)
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus