Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PENATAAN layanan transportasi selama masa liburan Idul Fitri tahun ini relatif lebih baik dari sebelumnya. Dua ruas jalan tol baru lintas Jawa dan Sumatera serta perbaikan fasilitas di ruas-ruas lain menambah lancar arus kendaraan dan mempercepat waktu tempuh secara signifikan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Fasilitas layanan darurat dan manajemen lalu lintas yang dilakukan Kementerian Perhubungan bekerja sama dengan berbagai pihak turut menunjang keberhasilan penataan mudik kali ini. Hasilnya, setidaknya hingga Jumat pekan lalu, angka kecelakaan dan korban meninggal jauh berkurang dibanding pada 2018. Angka yang dirilis Korps Lalu Lintas Kepolisian RI, hingga dua hari menjelang Lebaran terjadi 336 kecelakaan dengan korban jiwa sebanyak 74 orang. Artinya, ada penurunan hingga sekitar 60 persen dibanding tahun lalu, yang mencapai 831 kecelakaan dengan 178 korban jiwa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perjalanan ke kampung pun lebih aman lantaran jalur pulang dijaga oleh 182 ribu personel gabungan dari unsur Kepolisian, Tentara Nasional Indonesia, Jasa Marga, dan Satuan Polisi Pamong Praja. Selain itu, untuk pertolongan pertama, Badan SAR Nasional mengerahkan empat heli SAR di sepanjang jalur pantai utara dan pantai selatan Jawa, jalan tol Jakarta-Merak-Bakauheni, jalan Trans Sumatera, serta di Pelabuhan Ketapang-Gilimanuk.
Bukan berarti tidak ada lagi yang bisa diperbaiki. Kecelakaan dengan korban jiwa, meski sedikit, menunjukkan masih ada persoalan. Menurut catatan polisi, sebagian besar kecelakaan pada mudik kali ini disebabkan oleh pengemudi yang lelah dan mengantuk. Pemerintah bisa berkonsentrasi pada persoalan tersebut.
Perlu ada upaya yang lebih serius untuk menyadarkan pengemudi mengenai pentingnya menjaga kebugaran tubuh. Ketersediaan tempat istirahat yang memadai di sepanjang jalur mudik dengan demikian harus mendapat perhatian khusus pada waktu mendatang. Banyak pemudik kali ini mengeluhkan terbatasnya jumlah tempat istirahat-kalaupun ada, sebagian fasilitasnya buruk. Jangan sampai persoalan rest area menghambat pengemudi untuk memulihkan diri. Tempat istirahat yang baik dan dalam jumlah yang cukup juga akan meningkatkan kualitas libur pemudik, yang kebanyakan pekerja di kota.
Catatan lain adalah harga tiket pesawat yang tinggi. Pemerintah memang sudah berupaya menurunkan batas atas tarif penerbangan komersial sebesar 15 persen menjelang libur Lebaran. Tapi impaknya pada harga tiket tidak seberapa, mengingat tarif telah lebih dulu melambung hingga 100 persen, bahkan lebih, sejak akhir tahun lalu. Terutama bagi pemudik dengan tujuan di luar Jawa dan Sumatera, yakni Nusa Tenggara, Papua, dan Maluku, yang tidak punya pilihan selain pesawat-mudik dengan kapal laut membutuhkan waktu libur minimal dua minggu-tiket mahal jelas sangat memberatkan.
Pemerintah mesti berupaya sungguh-sungguh untuk memberikan tarif angkutan udara yang wajar bagi masyarakat. Telusuri hingga tuntas dugaan persekongkolan dalam penetapan harga tiket oleh dua maskapai penerbangan besar. Demikian pula rencana Presiden Joko Widodo mengizinkan maskapai asing melayani penerbangan lokal tidak ada salahnya dilaksanakan demi mengoreksi bisnis penerbangan domestik yang saat ini cenderung oligopolistik.