Dalam tulisan "Hindu pun Bertuhan Satu" (TEMPO, 15 Februari 1992, Agama) I Gusti Agung Gde Putra, Dirjen Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha, menyebutkan dalam kitab Weda ada semacam pemberitaan bahwa nantinya akan datang seorang maharesi yang diturunkan untuk kaum pedagang. Sayangnya, tak dijelaskan kaum pedagang di mana yang akan memperoleh maharesi itu. Yang disebutkan adalah nama sang maharesi, yakni Mahamatan. Apakah ini maksudnya Nabi Muhammad, "Saya juga masih bertanyatanya," kata Gde Putra. Untuk membuktikan kebenaran pemberitaan kitab Weda itu, kitab suci agama Hindu, mari kita lihat sejarahnya. Kota Mekah dan sekitarnya merupakan daerah bukit-bukit batu yang gersang dan tandus. Masyarakat Mekah sejak pra-Islam merupakan masyarakat yang hidupnya bergantung pada perdagangan. Pada musim panas, kafilah-kafilah dagangnya berangkat ke utara, yakni menuju Suriah, Palestina, Mesir, Irak, dan Iran. Sedangkan pada musim dinginnya, mereka berangkat ke selatan, yakni ke Yaman dan Etiopia (Quran, Surat 106, ayat 14). Bahwa bangsa Arab pada masa lalunya berjiwa pedagang, hal itu pernah diungkapkan oleh Dr. J.C. Van Leur dalam karyanya Indonesian Trade and Society edisi 1960, halaman 91, sebagai berikut: "Pada abad ke-4 masehi, saudagar-saudagar Arab sudah mempunyai perkampungan di bandar Kanton. Hal itu tercatat lagi dalam annals tahun 618 masehi dan 626 masehi. Justru tak perlu disebut lagi bahwa perkampungan saudagar-saudagar Arab itu pun dijumpai pada bandar-bandar dagang sepanjang jalur laut itu (pesisir India dan Asia Tenggara). Pada tahun 674 masehi terdapat isyarat bahwa perkampungan saudagar-saudagar Arab itu pun dijumpai di pesisir barat Sumatera. Dan belakangan perkampungan-perkampungan Arab itu telah menjalankan syariat Islam". Dari pernyataan di atas diperoleh kesimpulan bahwa jiwa dagang itu memang merupakan ciri pokok bagi bangsa Arab masa dulu. Berdasarkan kenyataan itu, pemberitaan Kitab Weda telah memperoleh pembenarannya. JOESOEF SOU'YB Medan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini