Jan Kompeni Dalam Perang dan Damai 1602-1799: Sebuah Sejarah
Singkat tentang Persekutuan Dagang Hindia Belanda.
Oleh: C.R. Boxer
Penerbit: Sinar Harapan, Jakarta, 1983, 160 halaman.
KALAU cuma membaca judulnya saja orang akan mengira buku ini
adalah mengenai sejarah Indonesia. Jan Kompeni atau VOC
sebenarnya memiliki kegiatan yang jauh lebih luas daripada di
Indonesia saja -- pada masa jayanya di abad ke-17. Kegiatannya
menjangkau seluruh Asia.
Peran VOC terbesar memang di Indonesia. Dan markasnya di Asia
adalah di Kota Batavia (sekarang: Jakarta). Tapi dalam buku ini
soal sejarah Indonesia hampir tidak disinggung. Misalnya,
mengapa kerajaan-kerajaan di Indonesia demikian mudah dikuasai
VOC?
Sebagai sejarawan kolonial di Asia, Boxer hanya menunjukkan
perhatian pada segi Barat saja. VOC dilukiskan dengan
strukturnya, yang di Nederland diketuai oleh Heren XVII, sebagai
wakil para saudagar besar dari berbagai provinsi yang tergabung
dalam satu uni. Kota Amsterdam dalam VOC memiliki saham terbesar
sebagai kota terkaya di Belanda pada zaman itu. Berhasil
didirikannya VOC merupakan sesuatu yang besar dan raksasa
mengingat renggangnya uni Belanda di masa itu. Hanya kesadaran
akan saingan dari negara lain yang merealisasi adanya VOC.
VOC adalah perseroan dagang dengan tujuan mengambil keuntungan
sebesarbesarnya. Tapi beroperasi di daerah Timur di mana
kedudukan dagang harus direbut dengan kekerasan dari raja-raja
Indonesia dan Timur lainnya. Pada abad itu antara perdagangan,
pembajakan laut, perang, dan politik memang tidak ada perbedaan
yang terlalu besar. Tipe (model) ideal tokoh VOC yang berhasil
adalah seorang serdadu pedagang (soldier-merchant) seperti
Laksamana Speelman yang menaklukkan Makasar dan mengadakan
aliansi pertama antara VOC dan raja Mataram. Namun dalam
organisasi para pejabat pedagang VOC tetap lebih unggul dari
militer. Ini terlihat dari kedudukan para gubernur-jenderal di
Timur yang merupakan wakil tertinggi dari Heren XVII di Belanda.
Tidak saja terhadap raja-raja Indonesia VOC berlaku keras. Juga
pada saingannya yang terbesar: Inggris. VOC pernah mengusir
orang Inggris dari Banten, dan membantai mereka di Maluku, yang
terkenal sebagai Ambonse Moord, pada abad ke-17.
VOC, menurut Boxer, penting bagi perekonomian Belanda, antara
lain, karena memberikan pekerjaan, kesempatan pada modal untuk
berkembang, dan mobilitas sosial. Boxer benar. Kemiskinan dan
taraf hidup rakyat bawahan di Batavia pada abad ke-17 menyolok
sekali. Ruangan tidur tanpa jendela dan didiami sepuluh orang
atau lebih. Hal inilah yang mendorong orang mencari jalan keluar
dari sana dan berpetualangan di Timur. Dan ini sekaligus
menghindarkan Belanda dari keresahan, bahkan revolusi sosial, di
dalam negeri.
Dalam abad ke-18 VOC menurun dan akhirnya menghadapi
kebangkrutan. Sebabnya? Menurut Boxer, mutu orang yang
dipekerjakan VOC sebagai pejabat, serdadu, kelasi, dan
sebagainya menurun kualitasnya. Sebab tenaga-tenaga itu
diperoleh VOC melalui ronselarij -- pembujukan dengan cara
memabukkan gelandangan di kota-kota pelabuhan. Setelah mereka
dalam keadaan tidak sadar lalu dimasukkan ke dalam tangsi-tangsi
VOC dan kemudian dikirim ke Timur.
Banyak sejarawan mengatakan bahwa VOC runtuh karena korupsi.
Tapi banyak pula, di antaranya sejarawan terkenal van Leur dan
Schrieke, menyangkal hal itu. Boxer sendiri mengatakan dalam
serikat dagang Inggris, East India Company (EIC) juga banyak
korupsi. Namun dalam zaman itu mereka justru unggul.
Soal lain yang disinggung Boxer dapat menyebabkan kebangkrutan
VOC adalah terlibatnya mereka pada perang dan politik. VOC
adalah perseroan dagang dengan tujuan mengambil untung sebanyak
mungkin. Karena perdagangan itu dipaksakan dengan kekerasan
tentu ada pembiayaan bagi perang dan politik. Batavia,
umpamanya, merupakan suatu pos kerugian. Sebab pembiayaan
pertahanannya selalu tinggi. Tidak demikian halnya dengan markas
lain seperti di Persia dan Jepang.
Ekspansi kolonial Hindia Belanda dalam abad ke-19 ternyata
sering juga tidak didasarkan atas kepentingan ekonomi. Tapi pada
kepentingan politis. Sebab dilihat dari sudut ekonomis sama
sekali tidak ada motivasi kuat bagi ekspansi di Kalimantan
Barat, Aceh, Bali, Flores, Sumba, Sumbawa ataupun Irian.
Pertimbangan politis dan militer adalah dasar dari ekspansi
tersebut.
Politik ekspansi VOC ini tentu ada dasar ekonomisnya. Yakni:
obsesi VOC akan monopoli perdagangan. Dengan demikian para
sejarawan yang selalu mencari motif ekonomis dapat dibenarkan.
Dalam rangka ini harus ditunjukkan, seperti juga Boxer
melakukannya, bahwa bukan perdagangan Asia-Eropa yang menjadi
tujuan VOC ataupun EIC, tapi penguasaan perdagangan inter-Asia.
Kalau perseroan dagang Barat hanya bertujuan untuk mengimpor
rempah-rempah Indonesia dan hasil bumi Asia lainnya ke Eropa,
benua terakhir ini akan ditempatkan dalam kedudukan yang sama
seperti kini dihadapi Barat dalam persoalan perdagangan dengan
negara penghasil minyak di Timur Tengah dan Jepang.
Negara-negara Asia ini menjadi kaya raya karena ekspor minyak
dan lain-lain. Sedang mereka hanya membeli sedikit dari Barat.
Demikian juga sebenarnya negara-negara Asia dalam abad ke-17-an.
Mereka tidak memerlukan bir, gandum, atau barang ekspor lainnya
dari Barat. Tapi Barat memerlukan teh, sutra, tekstil,
rempah-rempah dari Asia. Penguasaan perdagangan antar-Asia oleh
Barat harus membayar impor Eropa ini dan menjadikan Barat suatu
kekuatan politik di Asia.
Buku Jan Kompeni sebenarnya kurang mendalam mempersoalkan
hal-hal pokok itu -- yang kini oleh sejarawan seperti E.
Wallerstein banyak dikemukakan. Buku ini lebih menekankan
semangat dan budaya. Sebagai buku demikian ia sangat berharga --
khususnya karena banyak gambar-gambar.
Mungkin karena sifat-sifatnya, buku ini lebih menjelaskan
mengenai warisan VOC atau Kompeni pada kita dibanding buku-buku
lain. Saya sangat menganjurkan bagi sejarawan, para peminat
sejarah, dan lain-lain untuk membacanya. Khususnya karena Boxer
ini adalah seorang ilmuwan yang menulis dengan cara populer
tanpa mengurangi nilai akademisnya. Dl sinilah terletak
kelebihan Boxer yang menjadikan semua sejarawan iri hati.
Onghokham
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini