Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Berita Tempo Plus

Obligasi

Obligasi merupakan suatu utang perusahaan kepada investor. kini, bumn dan swasta yang membutuhkan dana menerbitkan obligasi. tapi, di indonesia sulit mencari data terbaru tentang obligasi.

5 September 1992 | 00.00 WIB

Obligasi
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
OBLIGASI di Indonesia hampir dilupakan masyarakat walaupun instrumen ini sudah dikenal di masa silam. Ketika pasar modal sedang boom dan masyarakat menjadi histeris mengejar saham, obligasi tidak pernah menjadi topik pembicaraan. Namun, dengan lesunya pasar perdana, beberapa perusahaan emiten dan penjamin emisi baru menoleh lagi kepada obligasi. Inilah suatu gerakan yang belum diperhatikan oleh pengamat maupun masyarakat pada umumnya. Dari data yang dikumpulkan, nyatalah bahwa dalam tahun ini sudah/akan terbit Rp 840 milyar, sedangkan sebelumnya hanya Rp 395 milyar (1990) dan Rp 225 milyar (1991). Gejala ini terjadi karena setelah terpukul di pasar saham, investor besar memerlukan instrumen yang dapat diandalkan untuk memberikan arus dividen pada jangka menengah (5w7 tahun). Lagi pula, dengan adanya perpindahan dari bunga tetap ke bunga mengambang sejak tahun 1991, investor melirik ke obligasi bunga mengambang sebagai alternatif dari deposito berjangka (patokan bunga mengambang selalu di atas ratarata suku bunga deposito bunga pemerintah). Di lain pihak, BUMN dan swasta memerlukan dana setelah adanya kebijaksanaan uang ketat dan sebelum swastanisasi dapat diizinkan, satusatunya jalan adalah menerbitkan obligasi. Sehingga kita melihat adanya emiten baru seperti PT Wijaya Karya dan PLN, sedangkan jumlah juga membesar sampai Rp 200w300 milyar. Bagi seorang pembaca yang mengetahui maupun yang awam, metodologi atau kriteria apakah untuk menghadapi gejala baru ini? Apakah obligasi nanti juga akan menjerumuskan pembelinya ke lubang kerugian atau mengantarnya ke isu yang pelik seperti akuisisi intern? Di manakah kiranya data, analisis, atau nasihat yang dapat dipercaya? Seperti diketahui, obligasi hanya merupakan suatu utang perusahaan kepada investor yang akan memberikan bunga, sedangkan saham menghasilkan dividen hanya apabila ada keuntungan yang dapat dibagikan. Di masa lampau perusahaan hanya dapat meminjam dari bank, sedangkan bank harus mencari dana dari nasabah, tapi sekarang perusahaan dapat mengambil jalan pintas dan langsung mendapat dana dari pembeli obligasi (yang meminjam uang). Karena itu, perkembangan pasar perdana dan sekunder obligasi penting sekali bagi kesehatan sektor ekonomi riil. Di negara maju pasar obligasi malah bisa lebih besar dari pasar saham. Dari segi portfolio manajemen untuk merendahkan risiko, diperlukan instrumen yang berbeda, seperti saham dan obligasi, untuk dikombinasikan. Di Indonesia pada saat ini pengetahuan mengenai obligasi minim sekali. Analisis obligasi berbeda dengan saham yang mengacu ke analisis pasar di sektor riil dan rasiorasio keuangan. Pakar obligasi harus menghayati bond theory yang berdasarkan matematika finansial. Dari diskusi dengan seorang pakar di Hong Kong, saya memperkirakan bahwa di Indonesia terdapat kurang dari 10 orang yang menguasai praktek internasional serta teori secara mendalam, sampai tahap duration dan immunity theory. Untuk analisis suatu obligasi, ada enam faktor penting: (1) jangka waktu, (2) tingkat bunga, (3) ada tidaknya call (dapat ditebus oleh emiten sebelum jatuh tempo), (4) status pajak, (5) likuiditas, (6) risiko rugi. Di Amerika evaluasi mengenai risiko rugi dikerjakan oleh rating companies, seperti Standard & Poor's dan Moody's. Obligasi diklasifikasikan layak untuk investment atau speculative (sering disebut junk bonds atau obligasi kelas sampah). Karena adanya kepercayaan atas rating agencies dan keseragaman tersebut, jual beli obligasi dapat dilakukan dengan efisien berlandaskan rating (yang terbaik AAA atau Aaa, disebut tripleA). Beberapa BUMN dianggap oleh investor di Indonesia sebagai tripleA sehinga dengan bunga berapa pun akan dibeli. Namun secara keseluruhan kehadiran rating agency di masa depan akan merupakan kunci keberhasilan pasar obligasi. Berlainan dengan saham, data yang terbaru mengenai obligasi sulit dicari. Di halaman finansiil di Bisnis Indonesia, yang relevan hanyalah pencantuman ratarata bunga bank pemerintah di kolom Multiindeks yang merupakan patokan dari bunga mengambang obligasi. Kolom ini disumbangkan oleh PT Sigma Batara sejak setahun yang lalu untuk memberikan data yang terbaru bagi bunga obligasi mengambang. Data mengenai perdagangan tidak ada karena memang hampir tidak pernah terjadi (bulan Februari 1992 baru pertama kalinya ada penjualbelian secara resmi di BEJ). Sebagai kontras, apabila kita mengikuti Asian Wall Street Journal atau Financial Times, London, yang memantau dunia saham dan obligasi, terlihatlah gambaran pengaruh obligasi di sistem finansil dunia. Kita melihat US Treasury Bonds, yang merupakan tolok ukur suku bunga bank di AS, serta UK Gilts, Eurobonds, Japanese Corporates, Euroyen, dan sebagainya. Jumlah obligasi itu mencapai trilyunan dolar AS. Dewasa ini terdengung kritik pedas mengenai pasar modal di Indonesia. Namun perkembangannya tidak boleh dilihat sebagai suatu kegagalan. Justru kita harus melihatnya sebagai suatu struktur yang masih hampa dan perlu diisi. Pada suatu sisi kita memperkukuh aturan main sektor saham, dan pada sisi lain kita perlu menggalakkan sektor obligasi demi pendanaan pembangunan nasional. *) Direktur Utama PT Sigma Batara

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus