Rasa kecewa Menteri Pertambangan & Energi terhadap kasus penggunaan tenaga kerja yang cukup besar dari RRC dalam pembangunan PLTU milik Sinar Mas Group, saya rasa, juga merupakan kekecewaan sebagian besar rakyat Indonesia. Namun, saya tidak sependapat bila kekecewaan itu dikaitkan dengan idealisme. Saya duga, pemanfaatan tenaga kerja asing (TKA) itu, semata-mata karena bisnis. Memang, bila dihitung secara ekonomis lebih menguntungkan ketimbang menggunakan tenaga kerja lokal. Karena tenaga-tenaga dari RRC itu lebih terampil, lebih sistematis, lebih efesien dan efektif dalam bekerja. Mungkin juga upahnya lebih murah. Bila alasan mengimpor TKA dari RRC itu karena ketentuan "turnkey project", itu tidak berarti tenaga kerja (dalam jumlah yang cukup besar) harus diimpor dari negara si pemilik teknologi yang menyediakan "uang muka pelaksanaan". "Tidak harus" karena hal itu bisa dinegoisasikan. Sebab itu saya berani mengatakan bahwa impor tenaga itu cuma karena lebih menguntungkan. Jadi, dari kacamata bisnis (baca: pengusaha) tidak salah. Tapi dari kacamata idealisme (atau nasionalisme) patut dipertanyakan. Memang seorang pengusaha harus berpikir analitis, praktis, secara ekonomis, efisien dan efektif dalam menjalankan usahanya. Kalau ada idealisme, biasanya hanya menempati bagian kecil saja dalam standar berpikir dan bertindak mereka. Tegasnya, porsi terbesar dalam standar berpikir dan berkerja pengusaha, memang tidak idealistis. Lain dengan birokrat, lebih idealistis. Namun yang memprihatinkan dalam persoalan ini, pemberian izin tenaga kerja dari RRC itu untuk bekerja secara legal di Indonesia. Padahal, seperti yang dikatakan menteri pertambangan dan energi, dalam menangani proyek kelistrikan itu tadi, tidak perlu menggunakan tenaga asing sebanyak yang dipekerjakan SMG. Di sini, "tingkat kesalahan" pengusaha lebih rendah ketimbang aparat pemerintah, yang mengeluarkan izin. Sebab, bukankah salah satu tugas aparat pemerintah yang paling mendasar adalah membela kepentingan negara dan rakyat banyak ? Nah, di sini, seperti yang dikemukakan menteri pertambangan dan energi, masih banyak rakyat kita yang menganggur walau mereka cukup terampil -- mungkin sama terampilnya dengan sebagian tenaga dari RRC itu. Lalu, mengapa mereka tidak dipekerjakan ? AMIR KARAMOY Bintaro - Jakarta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini