Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Pelajaran dari Ketegasan Obama

Ia mendukung pembangunan Islamic Center di dekat Ground Zero. Prinsip kebebasan beragama ia pegang teguh, meski popularitasnya bisa anjlok.

30 Agustus 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LAKON ini mungkin bisa dinyatakan dengan frasa Presiden Barack Obama versus mayoritas rakyatnya. Ia menempuh langkah tak populer: menolak aspirasi masyarakat banyak yang berkeberatan dengan rencana pembangunan pusat kegiatan Islam di dekat Ground Zero, New York. Baru kali inilah presiden kulit hitam Amerika Serikat pertama itu terpaksa berhadap-hadapan dengan suara mayoritas publik—boleh jadi termasuk para pendukungnya.

Obama berpendapat bahwa umat (minoritas) muslim mempunyai hak untuk menjalankan agamanya, seperti halnya umat lain di Negeri Abang Sam ini. Ia sekubu dengan Wali Kota New York Michael Bloomberg yang mengatakan ”akan menjadi hari yang menyedihkan untuk Amerika” jika penentang memblokir rencana pembangunan pusat kegiatan berikut masjid di atas tanah pribadi setinggi 13 lantai, yang sudah diurus sesuai dengan prosedur hukum lokal, yang letaknya berdekatan dengan lokasi serangan teroris 11 September di kawasan Manhattan itu.

Dari jauh, kita bisa memandang keteguhan sikapnya dalam mempertahankan keyakinannya akan prinsip kebebasan beragama. Kendati untuk itu, ia bakal menerima risiko berat berupa kemungkinan rontoknya popularitasnya. Padahal, di sisi lain, Obama baru saja meluncurkan kebijakan populis dengan mengegolkan undang-undang kesehatan. Ia juga dipuji lantaran bisa memaksa British Petroleum menutup dan membersihkan pencemaran akibat tumpahan minyak yang mereka timbulkan di Teluk Meksiko.

Namun popularitas mungkin bukan hal yang harus dipertahankan mati-matian bagi lelaki muda yang sedari awal kampanye menawarkan perubahan itu. Cara pandang rakyat kebanyakan yang penuh purbasangka terhadap Islam inilah yang hendak ia koreksi. Membangun masjid tak jauh dari Ground Zero merupakan pelecehan terhadap para korban peristiwa 11/9, begitu pendapat 44 persen koresponden jajak pendapat yang dimuat di majalah Time. Dengan kata lain, mereka percaya Islam dan teror yang menewaskan 2.600 orang itu merupakan dua hal yang tak terpisahkan. Sebagian responden juga percaya bahwa Islam mendorong aksi kekerasan terhadap pemeluk agama lain. Akhirnya, 61 persen koresponden menolak rencana itu—hal yang disimpulkan Time sebagai Islamofobia.

Kesalahpahaman inilah yang tampaknya hendak diluruskan Obama. Namun tak ayal lagi, kekecewaan kebanyakan publik Amerika yang setahun lalu memilihnya pun membubung tinggi. Setelah pernyataan dukungannya terhadap pembangunan masjid itu, semakin banyak warga Amerika yang percaya bahwa ia seorang muslim. Jajak pendapat yang dikumpulkan oleh Pew Forum on Religion and Public Life menunjukkan bahwa 18 persen warga Amerika yakin Obama seorang muslim. Tentu saja isu ini secara politis tak menguntungkan baginya.

Obama berkali-kali menegaskan bahwa apa yang ia lakukan hanyalah membela nilai-nilai yang selama ini dipegang teguh Amerika. Karena itulah, berbeda dengan pendapat para penentang rencana pembangunan Cordova House itu, Obama justru menolak mengaitkan teror 11/9 dengan muslim Amerika. Bersama Wali Kota Bloomberg, ia membedakan muslim di Amerika dengan para teroris yang menjadi musuh bersama dan masih mengancam Amerika hingga kini.

Dengan cara ini, diam-diam ia menanamkan sebuah pesan khusus yang luhur: Amerika adalah juga tanah air bagi minoritas muslim di sana. Mereka pun mempunyai hak dan kewajiban yang sama dalam mempertahankan Amerika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus