Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SUARANYA kadang lantang, kadang merendah dan pelan, sewaktu mengingat kembali pertemuannya dengan para perempuan tua itu. Sambil duduk bersila, tangannya ikut bergerak setiap dia berbicara. Mengenakan atasan bermotif lurik serta celana panjang putih, dengan kacamata disampirkan di kepalanya, Hilde Janssen tampaknya begitu larut dengan kisah sedih para perempuan mantan jugun ianfu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo