Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Pengertian "ciptaan baru"

Koreksi dari pengarang buku sebuah ijtihad, tentang kekeliruan beberapa pengertian yang direhal tempo. (kom)

6 April 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAYA mengucapkan terima kasih atas kesediaan TEMPO merehalkan buku saya, Sebuah Ijtihad (TEMPO, 12 Januari). Dalam tulisan itu disebutkan, antara lain, "Pembenarannya persis sama dengan ayat dan dalil yang dikemukakan A.C. Bhaktivedanta Swami Prabhupada, nabi Hare Krishna, yang juga memaparkan reinkarnasi." Padahal, saya 100% mengambil ayat dan dalil Alquran dalam memperoleh keyakinan akan reinkarnasi itu. Pada akhir alinea ke-3 Rehal itu menuliskan "alam barzakh", bukan "alam barzakh". Itu kurang tepat, karena yang tidak saya benarkan itu alamnya, bukan barzakh-nya (batas antara alam fisik dan alam akhirat). Saudara penulis Rehal menulis, "Kebangkitan ( al ba'ats) telah diartikan semedi dengan reinkarnasi ( tasjid)." Saya mohon diberi tahu, di alinea dan halaman berapakah pengertian itu terdapat. Sebab, seingat saya, tidak pernah terlintas anggapan demikian dalam benak saya. (Tetapi kemungkinan saya membuat kebodohan demikian tentu saja ada. Maklumlah, manusia bersifat khilaf - atau, mungkin kata itu saya pakai dalam gabungan dengan perkataan lain, tetapi lupa dicantumkan oleh penulis Rehal?). Yang sering saya tekankan dalam buku saya adalah: Kebangkitan ( qiyaamatu, ba'tsi, nusyuuru) harus diartikan sebagai kebangkitan roh orang mati di alam akhirat tak lama setelah meninggal sedangkan perkataan "penciptaan kembali", "urangan penciptaan", atau "dibangkitkan sebagai ciptaan baru" saya artikan sebagai reinkarnasi. Kalimat (?) khalqan jadida yang menurut penulis Rehal saya artikan sebagai "manusia baru sebagai hasil reinkarnasi (reinkarnasi = penciptaan kembali - E.S.), menurut dia seharusnya diartikan sebagai "manusia yang dibangkitkan dari kubur kelak". justru itulah yang antara lain saya ijtihad-kan: Setiap manusia diciptakan melaiui rahim seorang ibu. Demikianlah menurut ayat-ayat Alquran 13:5, 77:20-22, 22:5, 23:12-14. Jadi, sesuai dengan norma kejujuran intelektual, bila misalnya dalam ayat Alquran 17:49 dan 17:98 tertulis, "Apakah bila kami telah menjadi tulang belulang dan hancur (bila kami telah lama mati), benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai ciptaan baru? (a'innaa lamab'uutsuun khalqan jadiidaa)," maka secara taat asas saya terjemahkan khalqan jadiidaa itu dengan "ciptaan baru" - yang dalam hal ini berarti reinkarnasi - yakni melalui rahim seorang ibu, bukan dengan "dari kuburnya kelak". E.SEMEDI d/a PT Pardic Jaya Chemicals Skyline Building Lantai 8 Jalan M.H. Thamrin 9 Jakarta 103440

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus