Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Laporan investigasi IndonesiaLeaks yang dirilis pekan lalu adalah terobosan jurnalistik yang patut dipuji. Terbitnya berita mengenai dugaan perusakan barang bukti dalam kasus suap impor daging yang sedang disidik Komisi Pemberantasan Korupsi adalah bukti bahwa teknologi digital bisa mendorong pengungkapan kasus yang sarat kepentingan publik.
Diluncurkan pada akhir tahun lalu, IndonesiaLeaks memang sejak awal diniatkan sebagai kanal bagi informan untuk membocorkan rahasia yang penting bagi khalayak ramai. Identitas si pelapor terlindungi dengan teknologi enkripsi berlapis yang tersedia di situs itu. Yang menarik, bocoran informasi yang diterima IndonesiaLeaks tak langsung dipublikasikan, tapi diperiksa dulu oleh sebuah tim jurnalis lintas media lewat prosedur jurnalisme investigasi. Hasilnya adalah sebuah laporan investigasi yang bisa dipertanggungjawabkan, bukan hoaks.
Bocoran pertama yang diterbitkan melalui mekanisme ini terbit Senin pekan lalu. Dipublikasikan serentak oleh media-media anggota IndonesiaLeaks, isinya seputar dugaan tindak pidana perintangan penyidikan oleh dua penyidik KPK: Ajun Komisaris Besar Polisi Roland Ronaldy dan Komisaris Polisi Harun. Dokumen yang diterima IndonesiaLeaks mengindikasikan keduanya merobek buku catatan keuangan yang seharusnya menjadi alat bukti penyidikan kasus korupsi. Di dalam buku itu, tertulis 19 catatan transaksi untuk individu yang diduga adalah Tito Karnavian ketika sang jenderal menjabat Kepala Kepolisian Daerah Metro Jaya.
Kini tindak lanjut atas laporan IndonesiaLeaks berada di tangan para penegak hukum. Tak ada pilihan lain, KPK harus menuntaskan dugaan keterlibatan mantan penyidiknya dalam perkara perintangan penyidikan skandal suap impor sapi. Janji Presiden Joko Widodo untuk tidak mengintervensi temuan IndonesiaLeaks dan menyerahkan sepenuhnya tindak lanjut kasus ini pada mekanisme hukum patut diapresiasi.
Lepas dari itu, kolaborasi media massa dalam platform IndonesiaLeaks merupakan inovasi penting yang perlu terus didorong. Era kompetisi antarmedia kini perlahan digantikan oleh semangat bekerja bersama. Makin banyak media yang bergabung, makin banyak warga negara yang bakal mendapat akses atas informasi penting yang berhak mereka ketahui.
Tren ini sejalan dengan perkembangan jurnalisme di belahan dunia lain. Di Belanda, misalnya, ada Publeaks.nl, yang beranggotakan lebih dari 20 media nasional dan lokal. Di Nigeria, belum lama ini terbentuk Leaks.ng, yang disokong delapan media. Di Amerika Selatan, delapan media yang membentuk Mexico-Leaks berhasil mengungkap skandal proyek pembangunan mansion bernilai jutaan dolar milik keluarga presiden.
Satu yang pasti, keberadaan mekanisme pelaporan ala IndonesiaLeaks menjadi alternatif baru untuk pengungkapan kasus-kasus korupsi di negeri ini. Tabir anonimitas yang disediakan teknologi ini berpotensi membuat banyak whistleblower yang selama ini bersembunyi di lorong-lorong gelap lembaga publik akhirnya punya kesempatan bercerita dengan aman.
Harus diakui, IndonesiaLeaks telah membuka akses bagi kontribusi warga secara langsung dalam kerja redaksi media massa. Ini perubahan radikal buat proses kerja jurnalistik. Situs ini juga bisa memicu penguatan partisipasi publik dalam pengawasan pemerintah dan aparatnya. Inilah berkah penting keberadaan IndonesiaLeaks dalam perjuangan panjang gerakan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo