Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Perjuangan Kesetaraan Gender

Bagi kaum perempuan Indonesia, Raden Ajeng Kartini adalah sosok yang merepresentasikan keberadaan mereka.

25 April 2018 | 07.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri Keuangan Sri Mulyani bersama Aktris Chelsea Islan membacakan surat Kartini pada acara "Panggung Para Perempuan Kartini" di Museum Bank Indonesia, Kota, Jakarta Barat, Selasa, 11 April 2017. Kegiatan istimewa ini digelar TEMPO dalam memperingati Hari Kartini. TEMPO/Dhemas Reviyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan RI

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bagi kaum perempuan Indonesia, Raden Ajeng Kartini adalah sosok yang merepresentasikan keberadaan mereka. Wanita yang merintis perjuangan untuk hak-hak perempuan dan pendidikan wanita pada akhir 1800-an itu telah menjadi sosok pahlawan yang cita-cita dan pemikirannya dikenang hingga hari ini. Sejauh mana kemajuan kesetaraan gender telah dicapai sekarang?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Banyak kemajuan pada pencapaian sosial, ekonomi, budaya, dan politik bagi kaum perempuan di seluruh dunia. Organisasi masyarakat sipil, lembaga internasional, perusahaan swasta, pemerintah, dan individu di seluruh dunia semakin menyadari akan nasib perempuan. Tapi kesenjangan gender tetap masih terjadi. Laporan Global Gender Gap 2017 di World Economic Forum menyimpulkan bahwa kesetaraan gender masih harus diraih lebih dari 200 tahun lagi. Inilah alasan mengapa kita perlu terus memperjuangkannya.

Laporan terbaru UN Women mengungkapkan bahwa kita perlu berbuat lebih banyak untuk memberdayakan kaum perempuan yang tertinggal. Di dunia, wanita lebih mungkin hidup dalam kemiskinan daripada pria. Kesenjangan gender dalam kemiskinan-mereka yang pendapatannya kurang dari US$ 1,90 per hari-mencapai 22 persen selama masa produktif wanita. Hal ini disebabkan mereka kesulitan menyeimbangkan antara pekerjaan di luar dan pekerjaan rumah.

Lebih dari 50 persen perempuan dan anak perempuan perkotaan di negara-negara berkembang hidup dalam kondisi tidak memiliki akses air bersih, fasilitas sanitasi yang baik, serta perumahan dan lingkungan yang memadai. Pada hampir setiap ukuran pembangunan, perempuan pedesaan bernasib lebih buruk daripada laki-laki pedesaan atau perempuan perkotaan. Mereka secara tidak proporsional terkena dampak kemiskinan dan tidak memiliki akses yang setara atas tanah dan sumber daya alam, infrastruktur dan layanan, serta kesenjangan akses terhadap pekerjaan yang layak dan perlindungan sosial.

Indonesia memiliki kesempatan untuk mengatasi masalah tersebut dengan pelaksanaan program Dana Desa. Ini tidak hanya untuk pembangunan infrastruktur dasar, seperti air bersih dan sanitasi, tapi juga bantuan modal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat pedesaan, terutama perempuan.

Kesetaraan gender merupakan bagian integral dari Agenda Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Hal ini sangat penting karena separuh penduduk dunia adalah perempuan dan mereka memiliki hak untuk sama-sama terwakili. Namun hal ini juga menunjukkan bahwa setengah dari potensi dunia belum dimanfaatkan secara optimal untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan. Partisipasi tenaga kerja perempuan masih rendah di sebagian besar negara, termasuk Indonesia.

Sebagai warga Indonesia, saya cukup gembira melihat bahwa pada Pemilihan Umum 2014 terdapat prasyarat 30 persen perwakilan perempuan dalam daftar calon anggota parlemen. Namun jumlah perempuan yang benar-benar meraih kursi parlemen hanya 17,1 persen pada pemilihan yang lalu. Kurangnya keterwakilan perempuan itu dapat menghasilkan produk-produk kebijakan yang tidak peka gender. Ini berarti bahwa sebagian besar kebijakan masih netral secara gender dan dalam kenyataannya mempertahankan ketidaksetaraan gender.

Indonesia adalah bangsa yang mayoritas penduduknya berbudaya patriarkal. Struktur ini menempatkan laki-laki di puncak tangga komunitas dan memperoleh lebih banyak hak dan manfaat dari perempuan. Struktur tersebut menciptakan beban tambahan dan hambatan bagi perempuan untuk menikmati kesempatan yang sama untuk maju. Indonesia perlu terus mengadopsi kebijakan yang peka terhadap gender, dari fase masa kanak-kanak, sekolah, hingga di tempat kerja.

Indonesia punya potensi besar bagi kaum perempuan untuk memainkan peran penting di semua sektor. Untuk mendapat manfaat dari potensi ini, Indonesia perlu terus mendorong kesetaraan gender dan menghilangkan hambatan bagi kaum perempuan untuk berperan di masyarakat.

Di Kementerian Keuangan, kami terus memperkuat penganggaran berbasis gender. Banyak program pemerintah, seperti program kesehatan, pendidikan, perlindungan sosial, dan infrastruktur, yang secara langsung dan tidak langsung memberi keuntungan bagi anak perempuan dan kaum perempuan. Sekitar 20 persen dari anggaran tahun ini telah dialokasikan untuk pendidikan dan 5 persen lainnya untuk kesehatan.

Pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo telah memperkenalkan kebijakan untuk memajukan kesetaraan gender. Kami akan terus mempromosikan kebijakan yang dapat meningkatkan kesempatan yang setara bagi anak perempuan dan kaum perempuan. Pada saat yang sama, masyarakat perlu mendorong dan mengadvokasi kesetaraan gender. Kita semua, pria dan wanita, harus saling memberdayakan dalam menciptakan peluang yang sama.

Kita berutang hal ini kepada Raden Ajeng Kartini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus