Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Perpisahan dengan suatu dasawarsa

Ekonomi indonesia dalam dasawarsa 70-an sangat menguntungkan, berkat kestabilan politik. pada dasawarsa th 80-an pasti ada keuntungan dan masalah pemerataan dapat diselesaikan dengan konsensus nasional.

5 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEKADE yang habis ini tidak dapat disebut dasawarsa yang tenang, lebih-lebih di gelanggang internasional. Di bidang ekonomi, misalnya, dollar Amerika dilepaskan kaitannya dari emas dalam tahun 1971. Lalu beberapa tahun kemudian mata uang itu mengalami devaluasi. Maka goncanglah sendi susunan moneter dunia. Sampai akhir dasawarsa ini dunia belum mampu menemukan keseimbangan yang baru. Harga minyak bumi mengalami lonjakan yang tajam dua kali: pertama 1973-74, dan kedua kalinya 1979 yang baru lalu ini. Zaman energi murah masuk sejarah dalam dasawarsa yang lalu ini. Dunia masih harus menemukan tata susunan energi baru dalam dasawarsa delapan-puluhan. Perimbangan kekuatan internasional di bidang ekonomi mengalami pergeseran-pergeseran yang sebagai permulaan cukup menguntungkan negara-negara dunia ketiga. Pelopornya adalah negara-negara OPEC yang berhasil mengambil faedah dari peluang yang diberikan oleh kenaikan harga minyak bumi. OPEC telah memperkuat barisan Kelompok 77 yang menuntut perombakan-perombakan dalam tata susunan ekonomi dunia. Pada akhir dasawarsa tujuh-puluhan tuntutan-tuntutan ini belum terlaksana, akan tetapi melihat gelagat perkembangan-perkembangan ekonomi dan politik maka ada harapan yang cukup besar bahwa tuntutan-tuntutan dunia ketiga ini akan terkabul dalam dasawarsa delapanpuluhan. Memang negara-negara industri sampai sekarang sangat kikir dan kurang sekali kemauan politiknya untuk memenuhi tuntutan-tuntutan dunia ketiga ini. Kalau mereka nanti akhir-akhirnya tokh mengadakan akomodasi, maka ini akan berdasarkan kesadaran akan kepentingan sendiri. Keadaan sekarang ini, dengan pergolakan-pergolakan di Timur Tengah, di Afrika dan di Amerika Latin, kenaikan harga-harga minyak bumi yang terus-menerus, tidak membawa harapan baik bagi dunia negara-negara industri. Cepat atau lambat mereka akan sadar bahwa suatu permufakatan besar, suatu global deal antara dunia Utara dan Selatan akan bermanfaat bagi kedua belah pihak. Ekonomi dunia Utara dewasa ini dihantui oleh inflasi dan pertumbuhan rendah, dan diganggu oleh ketidak-pastian mengenai suplai dan harga minyak bumi. Ekonomi dunia Utara ini dapat diselamatkan lagi kalau sejumlah sumber keuangan yang besar dilimpahkan ke dunia Selatan untuk membangun ekonominya. Pelimpahan dana-dana ini akan memberi injeksi sendiri kepada ekonomi dunia Utara karena hampir semua peralatan modal harus didatangkan dari dunia industri. Kalau industri alat-alat modal ini dapat berkembang lagi maka pengaruh gandanya akan menghidupkan seluruh ekonomi dunia Utara. Kalau dunia Selatan mendapat injeksi modal secara besar-besaran maka pertumbuhan ekonomi dunia akan lebih langgeng. Sampai sekarang negara-negara industri enggan sekali mempertimbangkan usul-usul demikian. Maka dunia Selatan. khususnya negara-negara OPEC, harus bersedia untuk mempertaruhkan harga dan suplai minyak bumi jangka panjang sebagai jaminan. Itupun dewasa ini belum dapat disetujui oleh negara-negara OPEC. Akan tetapi ada cukup harapan dalam tahun-tahun yang akan datang iklim internasional akan lebih menguntungkan bagi tercapainya global deal demikian. Salah satu kesempatan kristalisasi akan terdapat pada Pertemuan Puncak OPEC bulan Oktober 1980 di Bagdad. Menurut apa yang sudah diisyaratkan dari pertemuan akhir Komisi Willy Brandt di mana Pak Adam Malik menjadi anggota, maka buah pikiran strategis mereka juga menuju ke jurusan yang sama: tuntutan-tuntutan dunia Selatan seperti yang kita kenal dari sidang-sidang UNCTAD dikabulkan, dan sebagai imbalan dunia Utara harus dijamin keperluan energi dan bahan-bahan strategisnya. Maka harapan kita adalah bahwa dasawarsa delapanpuluh akan melihat realisasi dari tata susunan ekonomi dunia yang baru. Selama tahun-tahun pertama dasawarsa baru ini pertumbuhan ekonomi dunia mungkin sekali akan tersendat-sendat dan lamban, oleh karena masalah-masalah strukturil yang besar itu belum dapat diselesaikan. Suatu resesi ekonomi mungkin akan terjadi pula. Akan tetapi bagian kedua dari dasawarsa mudah-mudahan akan lebih cerah. PERKEMBANGAN NASIONAL: DASAWARSA tujuhpuluhah bagi ekonomi Indonesia cukup, atau sangat, menguntungkan. Betul beberapa kalangan di masyarakat mengeluh dan menggerutu melulu. Mereka ini mempunyai alasan yang dapat dimengerti, karena mereka melihat tetangganya, temannya, golongan penduduk lain, lapisan atas dan pejabat, yang menjadi makmur dan kaya dalam waktu yang pendek, dan ini menunjuk rasa keadilan mereka. Akan tetapi sebagian besar penduduk Indonesia akhir dasawarsa ini makan lebih banyak, berpakaian lebih rapi, dan rumah serta isi rumahnya lebih baik. Semuanya itu berkat kestabilan politik pembangunan ekonomi yang diprioritaskan oleh Pemerintah, dan (last but not least) iklim ekonomi internasional yang sangat menguntungkan. Walaupun Pemerintah pada akhir dasawarsa ini kurang populer dibandingkan awal dasawarsa, namun fakta-fakta tadi tetap benar. Kemajuan materiil cukup ada yang sekarang dipersoalkan adalah keadilan. Ini wajar, tapi tuntutan ini nanti akan membawa kesulitan-kesulitannya sendiri. Keadilan ekonomi dapat lebih mudah terlaksana kalau pertumbuhan ekonomi tetap langgeng. Dalam kurun waktu Pelita I maka pertumbuhan ekonomi ini baik sekali. Dalam waktu Pelita II pertumbuhan ekonomi ini sudah agak menurun. Salah satu sebab adalah pertumbuhan dalam sektor pertanian. Ini seolah-olah mulai jenuh. Kalau pertumbuhan di sektor pertanian tidak dapat kita perbaiki lagi maka pertumbuhan sektor industri akan menjadi terhambat, perluasan kesempatan kerja kurang cukup, dan pemerataan geografis dan sosial juga akan sulit tercapai. Kekurangan dalam persediaan pangan akan meningkat, impor beras akan menjadi sulit, dan momok inflasi akan muncul lagi. Pemecahan masalah produktivitas sektor pertanian ini merupakan tantangan yang terbesar bagi dasawarsa delapanpuluhan. Prioritas tertinggi harus diberikan kepadanya. Sampai sekarang belum tampak adanya harapan besar. BAGAIMANA prospek untuk ekonomi Indonesia dalam dasawarsa delapanpuluhan? Karena hal-hal yang tidak atau belum pasti masih terlalu banyak maka sulit sekali untuk mengadakan proyeksi. Proyeksi demikian akan diwarnai oleh semangat optimis atau pesimis dari si peramal. Ekonomi Indonesia akan berkembang baik kalau: (1) produktivitas di sektor pertanian dapat meningkat terutama subsektor palawija, perkebunan rakyat dan persawahan padi. (2) kalau konjungtur internasional tetap menguntungkan bahan-bahan ekspor kita, (3) kalau harga minyak tetap tinggi dan ekspor menaik, (4) kalau pemasukan modal dari luar negeri lewat bantuan luar negeri dan penanaman modal tidak terlalu menurun. Kalau hal-hal di atas ini tidak terjadi maka ada kemungkinan jumlah dana untuk penanaman akan kurang pertumbuhan ekonomi seperti kurang darah harga bahan makanan membubung tinggi dan ekonomi dilanda inflasi. Kemungkinan-kemungkinan perkembangan yang menguntungkan pasti ada dalam dasawarsa delapan-puluhan. Tapi banyak tergantung dari perkembangan-perkembangan di tahun-tahun pertama dasawarsa baru, manakala cuaca ekonomi internasional mungkin masih berawan, dengan resesi mengancam dan pertumbuhan ekonomi rendah. Penyelesaian dari masalah pemerataan di dalam negeri juga masih dapat menimbulkan gangguan-gangguannya sendiri. Misalnya, semangat nasionalisme ekonomi yang cemas terhadap peranan modal asing, meningkatnya hutang-hutang luar negeri, penanaman modal non-pribumi dan yang ingin memberi proteksi besar kepada perkembangan perusahaan pribumi walaupun wajar dan adil, mudah dapat mengurangi arus penanaman modal di bidang swasta. Masalah-masalah yang menyangkut tujuan pemerataan harus dapat kita selesaikan berdasarkan suatu konsensus nasional dan yang tidak (terlalu) mengganggu pertumbuhan ekonomi. Kuncinya mungkin terletak di bidang perkembangan politik. Bangsa kita memerlukan lagi suatu konsensus besar di bidang politik, untuk memperbarui tekad Orde Baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus