BEGITU cepat. Sepasang suami-istri 20 Desember yang lalu
ditemukan mati dalam mobilnya. Mereka tewas oleh racun. Dugaan
semula bunuh diri. Tapi seminggu kemudian, Satuan Reserse
Kepolisian Jakarta menangkap seorang yang tersangka sebagai
pembunuh pasangan muda itu. Penangkapan dilakukan di Yogya.
Komandan Kepolisian Yogya (Danwil 96), Kolonel Pol Soeharso,
memang menyatakan tak tahu menahu soal penangkapan di wilayahnya
tersebut. "Kalau memang ada penangkapan di sini," kata Soeharso,
"saya pasti mendapat laporan."
Tapi Perwira Penerangan Kodak Metro Jaya (Kapendak) Letkol Pol.
Agha Maryun, membenarkan si tersangka ditangkap di sekitar
Yogya, dipimpin Kapten Pol Hanif Akbar yang datang dari
Jakarta. Sebelumnya polisi telah menguber tersangka ke Bogor dan
Cianjur. Siapa dia yang hanya disebut sebagai H -- bagaimana
cara membunuh korbannya dan apa pula motifnya -- dan tentu
saja siapa lagi yang terlihat belum diumumkan. Namun beberapa
hal untuk sementara dapat diceritakan.
Keluar dari rumah yang dikontraknya di Jalan Sumber Cipta IV/3
(Tomang), Rabu malam 19 Desember lalu, Wibowo Darjadi (32
tahun) dan istrinya Yanthi Setiawan (25), tak begitu jelas ke
mana tujuannya. Nyonya Sukardi, nenek almarhum yang tinggal
serumah, tak mengetahuinya dengan pasti. Mungkin mereka keluar
makan malam. Yang jelas, sejak malam itu, pasangan itu tak
pernah pulang.
Kebetulan Syarif, sopir, pagi berikutnya dalam perjalanan menuju
rumah majikannya, Wibowo, melihat mobil tuannya, sedan Volvo B.
2941-ES, terparkir tertib di pinggir Jalan Pasar Minggu dekat
pompa-bensin Pancoran. Syarif berhenti. Ia melihat kedua
majikannya terkurung dalam mobil. Wibowo duduk, seperti tertidur
pulas di kursi depan sebelah kiri. Sedangkan istrinya terduduk
di kursi belakang.
Mula-mula Syarif menyangka kedua majikannya terlalu capai, lalu
memarkir kendaraannya di pinggir jalan, dan tertidur di situ.
Tapi setelah kira-kira sejam menunggu, Syarif mencoba
membangunkan tuannya dengan cara menggedor kaca. Tapi sia-sia.
Karena curiga, sopir ini menghubungi salah seorang keluarga
Yanthi yang tinggal dekat Pancoran.
Polisi akhirnya dimintai bantuan. Dengan terlebih dulu
memecahkan kaca jendela, polisi dapat membuka pintu mobil,
sebelum akhirnya mengetahui keadaan yang sebenarnya Wibowo dan
istrinya keadaannya sudah lebam mayat. Mungkin mereka sudah ajal
sekitar 5 jam sebelum diketemukan sekitar pukul 8 pagi itu.
Orang Ketiga Di Belakang Setir
Keadaan lain di dalam mobil memang menumbuhkan banyak
pertanyaan. Di situ terdapat susu cair dalam kemasan karton dan
roti. Yang menarik, menurut polisi, semuanya menunjukkan tak
hanya tersedia bagi Wibowo dan istrinya saja. Tampak seperti ada
orang ketiga yang pernah bersama mereka sebelumnya. Itu
kelihatan juga dari cara Wibowo yang mengambil tempat duduk di
sebelah kiri. Bukankah berarti ada orang lain yang sebelumnya
duduk di belakang kemudi?
Bagaimana persisnya sepasang suami-istri yang baru menikah
sekitar 6 bulan lalu itu menemui ajal, belum jelas. Tapi dapat
diketahui mereka meninggal kareni keracunan. Ada tercium bau
racun hama dari mulut keduanya. Tidak ada tanda tindakan
kekerasan membekas di tubuh keduanya.
Jenis racun pun diperiksa di laboratorium, dari sisa-sisa racun
di perut dan darah. Sulit menyimpulkan bahwa korban keracunan
secara tak sadar. Jenis racun yang menyebabkan kematian mereka
berbau sangat menyolok. Termakan sedikit saja sudah merangsang
korbannya untuk memuntahkannya kembali.
Bunuh diri? Salah satu dugaan memang demikian. Tapi, menurut
sumber di kepolisian, dugaan demikian tidak meyakinkan. Sulit
dicari alasan bagi sepasang suami-istri yang sedang sukses ini
untuk mengambil jalan pendek meninggalkan hidup.
Wibowo, sarjana ekonomi lulusan Univ. Trisaksi itu, tak tercela
dalam memimpin PT Rimba Delta dan Salawati Hayu yang bergerak
dalam usaha perkayuan. Istrinya yang cantik adalah kasir di anak
perusahaan perkayuan yang sama. Ia hampir menyelesaikan
pelajaran di Univ. Nasional jurusan bahasa. (lihat box).
Sementara itu ada petunjuk: sebelum Wibowo dan istrinya
ditemukan oleh sopirnya, di Jalan Pasar Minggu, ada yang
melihat seseorang keluar dari mobil biru itu. Berdiri sebentar,
menyandarkan diri di pintu mobil yang baru ditutupnya, orang itu
menyeberang jalan lantas menyetop dan naik bis jurusan Pasar
Minggu. Hanya saja "saksi mata" milik polisi ini adalah seorang
anak kecil, 11 tahun dan cacat. Jadi bisa disangsikan
keterangannya.
Tapi dugaan yang paling kuat ialah pembunuhan. Muncullah
beberapa spekulasi mengenai motifnya. Disebut-sebut pembunuhan
itu dilakukan oleh orang bayaran. Tarifnya ada yang berani
menyebutkan sekitar Rp 5 s/d 7 juta. Untuk apa? Ada yang
menyebutkan untuk merebut kedudukan Wibowo di suatu perusahaan.
Ada pula yang menyatakan sekedar melenyapkan Wibowo, yang
dianggap "tahu banyak" soal ketidakberesan seseorang
mengusahakan hutan.
Bagaimana persisnya, polisi baru akan mengumumkannya minggu ini
-- seperti janji Kepala Penerangan Kodak Metro Jaya, Letkol Pol.
Agha Maryun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini