Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kriminal

Sepasang suami-istri mati

Wibowo dan istrinya, tewas keracunan & diketemukan terkurung di mobilnya, motif pembunuhan belum jelas. pembunuh telah ditangkap di yogya.

5 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BEGITU cepat. Sepasang suami-istri 20 Desember yang lalu ditemukan mati dalam mobilnya. Mereka tewas oleh racun. Dugaan semula bunuh diri. Tapi seminggu kemudian, Satuan Reserse Kepolisian Jakarta menangkap seorang yang tersangka sebagai pembunuh pasangan muda itu. Penangkapan dilakukan di Yogya. Komandan Kepolisian Yogya (Danwil 96), Kolonel Pol Soeharso, memang menyatakan tak tahu menahu soal penangkapan di wilayahnya tersebut. "Kalau memang ada penangkapan di sini," kata Soeharso, "saya pasti mendapat laporan." Tapi Perwira Penerangan Kodak Metro Jaya (Kapendak) Letkol Pol. Agha Maryun, membenarkan si tersangka ditangkap di sekitar Yogya, dipimpin Kapten Pol Hanif Akbar yang datang dari Jakarta. Sebelumnya polisi telah menguber tersangka ke Bogor dan Cianjur. Siapa dia yang hanya disebut sebagai H -- bagaimana cara membunuh korbannya dan apa pula motifnya -- dan tentu saja siapa lagi yang terlihat belum diumumkan. Namun beberapa hal untuk sementara dapat diceritakan. Keluar dari rumah yang dikontraknya di Jalan Sumber Cipta IV/3 (Tomang), Rabu malam 19 Desember lalu, Wibowo Darjadi (32 tahun) dan istrinya Yanthi Setiawan (25), tak begitu jelas ke mana tujuannya. Nyonya Sukardi, nenek almarhum yang tinggal serumah, tak mengetahuinya dengan pasti. Mungkin mereka keluar makan malam. Yang jelas, sejak malam itu, pasangan itu tak pernah pulang. Kebetulan Syarif, sopir, pagi berikutnya dalam perjalanan menuju rumah majikannya, Wibowo, melihat mobil tuannya, sedan Volvo B. 2941-ES, terparkir tertib di pinggir Jalan Pasar Minggu dekat pompa-bensin Pancoran. Syarif berhenti. Ia melihat kedua majikannya terkurung dalam mobil. Wibowo duduk, seperti tertidur pulas di kursi depan sebelah kiri. Sedangkan istrinya terduduk di kursi belakang. Mula-mula Syarif menyangka kedua majikannya terlalu capai, lalu memarkir kendaraannya di pinggir jalan, dan tertidur di situ. Tapi setelah kira-kira sejam menunggu, Syarif mencoba membangunkan tuannya dengan cara menggedor kaca. Tapi sia-sia. Karena curiga, sopir ini menghubungi salah seorang keluarga Yanthi yang tinggal dekat Pancoran. Polisi akhirnya dimintai bantuan. Dengan terlebih dulu memecahkan kaca jendela, polisi dapat membuka pintu mobil, sebelum akhirnya mengetahui keadaan yang sebenarnya Wibowo dan istrinya keadaannya sudah lebam mayat. Mungkin mereka sudah ajal sekitar 5 jam sebelum diketemukan sekitar pukul 8 pagi itu. Orang Ketiga Di Belakang Setir Keadaan lain di dalam mobil memang menumbuhkan banyak pertanyaan. Di situ terdapat susu cair dalam kemasan karton dan roti. Yang menarik, menurut polisi, semuanya menunjukkan tak hanya tersedia bagi Wibowo dan istrinya saja. Tampak seperti ada orang ketiga yang pernah bersama mereka sebelumnya. Itu kelihatan juga dari cara Wibowo yang mengambil tempat duduk di sebelah kiri. Bukankah berarti ada orang lain yang sebelumnya duduk di belakang kemudi? Bagaimana persisnya sepasang suami-istri yang baru menikah sekitar 6 bulan lalu itu menemui ajal, belum jelas. Tapi dapat diketahui mereka meninggal kareni keracunan. Ada tercium bau racun hama dari mulut keduanya. Tidak ada tanda tindakan kekerasan membekas di tubuh keduanya. Jenis racun pun diperiksa di laboratorium, dari sisa-sisa racun di perut dan darah. Sulit menyimpulkan bahwa korban keracunan secara tak sadar. Jenis racun yang menyebabkan kematian mereka berbau sangat menyolok. Termakan sedikit saja sudah merangsang korbannya untuk memuntahkannya kembali. Bunuh diri? Salah satu dugaan memang demikian. Tapi, menurut sumber di kepolisian, dugaan demikian tidak meyakinkan. Sulit dicari alasan bagi sepasang suami-istri yang sedang sukses ini untuk mengambil jalan pendek meninggalkan hidup. Wibowo, sarjana ekonomi lulusan Univ. Trisaksi itu, tak tercela dalam memimpin PT Rimba Delta dan Salawati Hayu yang bergerak dalam usaha perkayuan. Istrinya yang cantik adalah kasir di anak perusahaan perkayuan yang sama. Ia hampir menyelesaikan pelajaran di Univ. Nasional jurusan bahasa. (lihat box). Sementara itu ada petunjuk: sebelum Wibowo dan istrinya ditemukan oleh sopirnya, di Jalan Pasar Minggu, ada yang melihat seseorang keluar dari mobil biru itu. Berdiri sebentar, menyandarkan diri di pintu mobil yang baru ditutupnya, orang itu menyeberang jalan lantas menyetop dan naik bis jurusan Pasar Minggu. Hanya saja "saksi mata" milik polisi ini adalah seorang anak kecil, 11 tahun dan cacat. Jadi bisa disangsikan keterangannya. Tapi dugaan yang paling kuat ialah pembunuhan. Muncullah beberapa spekulasi mengenai motifnya. Disebut-sebut pembunuhan itu dilakukan oleh orang bayaran. Tarifnya ada yang berani menyebutkan sekitar Rp 5 s/d 7 juta. Untuk apa? Ada yang menyebutkan untuk merebut kedudukan Wibowo di suatu perusahaan. Ada pula yang menyatakan sekedar melenyapkan Wibowo, yang dianggap "tahu banyak" soal ketidakberesan seseorang mengusahakan hutan. Bagaimana persisnya, polisi baru akan mengumumkannya minggu ini -- seperti janji Kepala Penerangan Kodak Metro Jaya, Letkol Pol. Agha Maryun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus