KONPERENSI OPEC di Karakas tak memutuskan kenaikan harga baru.
Namun kejar-mengejar harga ternyata terjadi dengan cepatnya,
selepas konperensi. Baru sehari Menteri Pertambangan dan Energi
kembali dari sidang di Karakas, Pertamina mengumumkan kenaikan
harga minyaknya lagi, yang berlaku mulai 1 Januari 1980 ini.
Dalam waktu hanya 15 hari, Indonesia telah menaikkan harga
minyakya dua kali. Tak heran kalau Menteri Subroto mengatakan,
bahwa Indonesia akan terus mempelajari perkembangan harga
minyak yang ditetapkan di pasaran internasional.
Kalau pada 17 Desember lalu harga minyak Indonesia yang
memiliki 13 jenis itu bervariasi antara US$24 paling rendah
untuk jenis Klamono. U$25,50 pe r barrel untuk jenis Minas
Cruda dan US$27,90 untuk jenis seperti Katappa dan Arjuna, maka
sejak 1 Januari ini harga Klamono akan naik menjadi US$25,45 per
barrel. Sedang harga tertinggi mencapai US$30,75 per barrel.
Jenis Sumatran Light Crude atau Minas Crude yang menjadi
patokan harga minyak Indonesia naik dari US$25,50 -- US$27,50
per barrel.
Sampai kapan kenaikan itu akan berubah lagi, belum terdengar
keterangan dari pihak resmi. Menteri Pertambangan dan Energi
Prof. Subroto sendiri, setelah melapor kepada Presiden Soeharto
tentang hasil-hasil konperensi OPEC di Karakas 27 Desember lalu,
belum mengeluarkan keterangan pers. Tapi, seperti yang
sudah-sudah, kenaikan harga itu bisa saja terjadi setiap
kuartal.
Dengan begitu sebelum ke-13 anggota OPEC berkumpul di Taif April
nanti -- kalau sidang istimewa itu benar terjadi -- Indonesia
dan banyak anggota OPEC lainnya bisa dipastikan akan menaikkan
harga minyaknya lagi. Dan untuk menutup perbedaan harga yang
makin melebar itu, tak bisa lain Arab Saudi harus mengatrol
harga minyaknya lagi. Maka dugaan bahwa Ryadh akan mengumumkan
kenaikan harga minyak Arabian Ligh dengan US$2 per 1 Februari,
mungkin akan terjadi lebih cepat dari itu.
Apa artinya kenaikan itu bagi Indonesia? Tak lain adalah makin
besarnya dana-dana pembangunan. DPP Golkar meramalkan RAPBN
1980/1981 nanti akan bisa mencapai 9,938 trilyun rupiah. Suatu
kenaikan yang cukup besar dibandingkan dengan APBN yang sekarang
masih berjalan.
Angka yang diajukan para teknokrat Golkar itu tampaknya
mendekati kebenaran. Seorang bekas pejabat tinggi ekonomi,
ketika ditanya, memperkirakan RAPBN 1980/1981 ini akan mencapai
Rp 10 trilyun, kenaikan Rp 3 trilyun dari RAPBN 1979/1980. Kalau
benar demikian, adalah uang dari ekspor minyak yang memungkinkan
tercapainya dana sebanyak itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini