Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Polusi Air: Jakarta Sebagai Contoh Polusi Air: Jakarta Sebagai Contoh

Polusi air di Jakarta sudah sampai pada tingkat yang membahayakan. Pihak berwenang belum berhasil mengambil tindakan yang diperlukan. Lulusan perguruan tinggi teknik kenapa tak dimanfaatkan.

23 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

LOKAKARYA penanggulangan polusi air telah lama diadakan, tetapi pelaksanaannya belum kunjung datang. Inilah salah satu kelemahan kita. Kurang lebih lima belas tahun lalu, tepatnya 10 Juni 1961, di mingguan Star Weekl (edisi no 806), saya memperingatkan Kota Praja Jakarta Raya akan bahayanya polusi air. Yaitu air kotor yang disebabkan oleh air buangan pabrik-pabrik dan perusahaan industri lainnya, yang dapat menimbulkan kerugian pada perikanan, peternakan, pertanian dan kesehatan rakyat pada umumnya. Peringatan ini rupanya kurang diperhatikan, dan sekarang polusi air di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Raya sudah mencapai tingkat kritis. Air sungai-sungai yang melintasi DKI sudah berwarna kehitam-hitaman, dan pula berbau. Tidak saja di tengah kota tetapi pula di pinggiran. Kita bisa menjumpai jika kita pergi ke arah Tangerang: umpamanya Kalideres atau Cengkareng, yang dahulu airnya kebening-beningan, sekarang telah menjadi hitam biru. Sungguh menyedihkan bahwa yang berwajib belum - atau belum berhasil - mengambil tindakan-tindakan yang memuaskan. Zaman sekarang ini sebetulnya pabrik-pabrik dan perusahaan mdustri lainnya harus menyediakan tempat untuk mengolah air buangan menjadi air bersih - atau sekurang-kurangnya tidak membahayakan kepentingan umum - sebelum dapat disalurkan ke sungai-sungai atau jaringan-jaringan air dalam kota. Jika melalaikan hal ini mereka dapat didenda oleh yang berwajib. Atau dipungut pajak daripadanya menurut besar-kecilnya kadar pengotoran - jadi salah satu cara mengisi kas pemerintahan setempat. Manusia membutuhkan makan dan minum. Dan yang akan diminum tentu air bersih. Mulai sekarang sudah harus difikirkan cara-cara mensuplai air di masa datang - umpamanya di tahun 2000 di mana Pulau Jawa akan menjadi "Kota Jawa". Sebetulnya perguruan-perguruan tinggi teknologi bisa banyak membantu. Sebab di sini berkumpul banyak tenaga ahli, pemikir-pemikir, dan dapat berkumpul setiap waktu untuk bertukar fikiran - sehingga lokakarya atau seminar-seminar, yang banyak menelan uang, tidak absolut diadakan. Tetapi rupanya di perguruan tinggi teknologi, banyak pengajar belum berpengalaman praktis. Begitu mendapat gelar terus menjadi pengajar. Dengan demikian the applied sciences kurang mendapat perhatian. Seorang dosen kimia dari ITB pernah mengeluh: ke mana harus ditampung lulusan-lulusannya, yang kebanyakan mendapat teori-teori melulu. Lama-kelamaan badan-badan yang bisa menampung mereka akan jenuh, dan kalau tidak ada akal untuk berdiri sendiri mereka bisa jadi penganggur. Yang saya ketahui, seorang sarjana teknik kimia di Jakarta menjadi pemborong bangunan untuk mempertahankan hidup. Seorang sarjana kimia membuka toko, yang berlainan sekali dengan pengetahuan yang ia pelajari. Sebetulnya "Kota Jawa" di tahun 2000 tidak usah takut mengenai suplai air ini. Air laut begitu melimpah. Cuma sekarang bagaimana caranya mengambil manfaat sebesar-besarnya daripadanya. Negara kepulauan hta tidak saja dikelilingi air laut, tetapi mendapat anugerah panas matahari sepanjang masa. Akan dapatkah putera-putera Indonesia membuat alat-alat yang dapat memanfaatkan anugerah matahari ini? Untuk sementara, alat-alat yang dapat menampung panas matahari untuk keperluan masak-memasak saja dahulu, sehingga dapat menggantikan minyak (gas) bumi atau kayu sebagai bahan bakar. Keuntungannya: tidak ada polusi. Hal-hal di atas sudah harus difikirkan, mulai sekarang. SOHARJONO, Dipl. Chem. Jl. Telukbetung 21, Jakarta Pusat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus