Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Pemakaian kata kebetulan sering kali tidak tepat.
Kebetulan bekerja di Bank B atau kebetulan lahir di Kota D adalah contoh ganjil pemakaian kata itu.
Jangan-jangan kamus kita memang perlu merevisi arti kebetulan.
DALAM percakapan sehari-hari, sering saya temukan seseorang menggunakan kata kebetulan dengan ganjil: kebetulan menjabat kepala sekolah di SMA A, kebetulan bekerja di Bank B, kebetulan terpilih sebagai Ketua PGRI Kabupaten C, dan kebetulan lahir di Kota D. Kata itu juga saya temukan ketika seseorang memperkenalkan dirinya dalam pertemuan-pertemuan daring. Pertanyaannya: apakah sebuah pekerjaan, jabatan, atau tempat tinggal seperti empat contoh itu diperoleh secara tidak sengaja atau terjadi secara tidak terduga? Bukan karena ia bekerja keras, kenal “orang dalam”, atau yang bersangkutan memang pantas menjabat?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia V, kebetulan adalah kata turunan dari kata betul, dengan arti sebagai berikut: 1) n tidak dengan sengaja terjadi (bertemu, tertangkap, dan sebagainya): kemarin, secara ~ kami bertemu dengan dia; penjahat yang sudah lama dicari itu tertangkap dengan cara ~ saja, 2) adv tepat atau kena benar (dengan tidak sengaja): ketika kebakaran itu terjadi, ~ ia ada di rumahnya; tendangannya ~ mengenai dada musuhnya, dan 3) n keadaan yang terjadi secara tidak terduga. Belum ada arti yang mengacu pada sesuatu yang terjadi secara tak terduga dan begitu saja: menjabat pekerjaan prestisius, bekerja di kantor prestisius, atau lahir di kota yang prestisius.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bahasa Inggris memiliki coincidence, by chance, happen to, chance to untuk kata kebetulan. Coincidence dalam Kamus Merriam-Webster diberi arti: 1) situasi di mana peristiwa terjadi pada saat yang sama dengan cara yang tidak direncanakan atau diharapkan; 2) terjadinya dua hal atau lebih pada waktu yang sama; dan 3) keadaan dua atau lebih hal yang sama. Bahasa Inggris juga memiliki dua kata yang berhubungan dengan coincidence, yaitu simulpathity dan serendipity, yang barangkali pernah terjadi dalam hidup Anda.
Simulpathity, dalam sebuah artikel yang ditulis Clare Ansberry di The Wall Street Journal, “Behind the Coincidence”, 16 Oktober 2017, adalah istilah yang diciptakan Dr Beitman, mantan Ketua Departemen Psikiatri di Universitas Missouri-Kolombia, saat seseorang mengalami atau merasakan kesusahan orang lain di kejauhan (sering terjadi pada anak-anak yang kembar identik). Dr Beitman mengalaminya sendiri tatkala pada suatu malam, ia tiba-tiba tersedak meskipun tidak makan atau minum apa-apa, lalu keesokan harinya ia menerima kabar bahwa ayahnya meninggal pada pukul 2 dini hari karena tersedak darah.
Sementara itu, serendipity adalah menemukan apa yang Anda butuhkan saat Anda membutuhkannya atau mencari satu hal dan menemukan yang lain. Anda barangkali ingat bagaimana Jonathan Trager (John Cusack) yang awalnya bertemu dengan Sara Thomas (Kate Beckinsale) gara-gara mencari sarung tangan akhirnya saling jatuh cinta di film berjudul serupa.
Kata serendipity pertama kali digunakan oleh pengarang asal Inggris, Horace Walpole, pada 28 Januari 1754 dalam sebuah surat kepada sahabatnya, Horace Mann. Walpole menulis kepada diplomat Florence itu mengenai pencariannya terhadap lukisan Giorgio Vasari, Bianca Cappello, yang justru menemukan banyak hal tak terduga. Walpole terinspirasi dongeng Tiga Pangeran dari Serendip—nama pertama Sri Lanka—yang selalu menemukan hal-hal yang tidak mereka cari.
Slavoj Žižek, filsuf Eropa yang sekarang banyak dikutip mahasiswa Sastra Indonesia, tidak pernah melihat kejadian tak terduga sebagai murni kebetulan, tapi merupakan momen-momen kehidupan yang tidak terhindarkan. Menurut dia, kebetulan hanya seperti peristiwa lain dalam kehidupan manusia, yang mampu memecah kebiasaan dan rutinitas, dan terkadang mengejutkan. Ilmuwan lain menganggapnya hanya bagian dari prinsip probabilitas, campur tangan Tuhan, atau kerja alam bawah sadar.
Namun kebetulan dapat membuat banyak orang berpotensi menjadi gila menurut Dr Beitman. Ia bahkan harus membuka konseling untuk mereka yang mengalami rentetan kebetulan: berulang kali bertemu dengan orang yang sama dalam satu hari atau kejadian acak lain yang terjadi begitu sering sehingga beberapa pasiennya menjadi cemas dan terobsesi pada kebetulan.
Saat Joan Mir menjuarai MotoGP pada 2020, ramai diberitakan bahwa kemenangannya itu hanya kebetulan (salah satunya judul berita oto.detik.com pada 25 Januari 2022: “Dicap Jadi Juara Dunia MotoGP Cuma Kebetulan, Apa Kata Joan Mir?”). Lalu, ketika ada (lagi) bupati terjerat kasus korupsi, keanggotaannya di salah satu partai politik negara ini pun dianggap kebetulan. Jangan-jangan kamus besar kita memang perlu merevisi arti kebetulan.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo