Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Sepak bola indonesia: pssi istirahat dulu

17 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Membaca dan mendengar berita tentang PSSI belakang ini, saya semakin merasa ngenes. Kondisi Suram persepakbolaan nasional, yang selama ini tergambar dari kekalahan terus-menerus pada event internasional dan semakin brutalnya pertandingan di tingkat nasional, rasanya semakin bergerak ke titik terendah. Selama pengurus PSSI bersikap "lepas tangan" atas segala kegagalan, selama para pemilik klub, pelatih, official, dan pengamat saling menyalahkan dan mau menang sendiri, dan selama pemain selalu dihinggapi sindrom "cepat puas", selama itulah mutu persepakbolaan kita sulit terangkat ke titik yang lebih tinggi. Pada Desember mendatang kongres PSSI akan digelar. Di situ akan berkumpul semua pihak yang bertanggung jawab atas nasib persepakbolaan kita. Mereka itu akan merancang langkah untuk memajukan mutu dan iklim persepakbolaan nasional. Untuk itulah, kalau boleh, saya mengajukan beberapa usul yang barangkali bisa menjadi bahan pemikiran, sebagai berikut: 1. Tentang Tim Nasional. PSSI tak perlu ngotot membentuk Tim Nasional untuk dikirim ke pertandingan internasional di luar negeri. Maksud saya, yang dikirim bukanlah kesebelasan dengan predikat Tim Nasional PSSI, melainkan tim dengan nama Kelompok Belajar PSSI. Ini bukan tanpa alasan. Selama ini bila Tim Nasional kalah, pasti para pelatih dan pengurus akan berucap, "Tak perlu disesali. Yang penting kita semua telah mendapat pelajaran berharga ...." Nah, kalau kesebelasan ini kita namakan Kelompok Belajar PSSI, para pemain akan lebih enak bermain, tanpa beban, karena tujuannya hanya untuk mendapat pelajaran. 2. Tentang Strategi Tim Nasional. Untuk hal ini rasanya kita harus berani memilih: hendak membentuk sebuah kesebelasan untuk bermain sepak bola atau untuk break dance. Ini ada alasannya. Tempo hari, sewaktu tim nasional kita kalah dari Cina Taipei pada pertandingan Pra-Olimpiade, salah seorang pelatihnya berkomentar, "Tidak ada masalah. Walau kalah, anak-anak sekarang sudah lebih banyak melakukan gerakan dan menciptakan peluang ..." Rupanya, pelatih lupa bahwa tujuan utama bermain bola adalah mencetak gol. Kalau boleh memilih, saya lebih suka memiliki sebuah kesebelasan yang sedikit melakukan gerakan tapi banyak mencetak gol daripada memiliki kesebelasan yang banyak melakukan gerakan tapi tak pernah mencetak gol. 3. Tentang Galatama. Rasanya, sudah saatnya PSSI dan Pengurus Liga membentuk komisi penyelidik cedera mental. Ini sangat perlu untuk menghindari adanya sebuah tim yang "emoh" bertanding karena seorang pemainnya "cedera mental". Kalau komisi itu tak segera dibentuk, akan banyak lagi korban "cedera mental". Demikian usul-usul saya, walau agak janggal, toh sesuai dengan potensi dan kondisi kita di bidang persepakbolaan nasional dewasa ini. Kalau usul itu tak bermutu, dan PSSI sendiri tak punya alternatif lain untuk memajukan sepak bola kita, yah, PSSI istirahat dulu. PANJI PRASETYO Mahasiswa FH Unpad Jalan Dipati Ukur 35 Bandung

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus