Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

kolom

Invasi Spesies Asing di Taman Nasional Kita

Spesies asing invasif menyerang puluhan taman nasional di Indonesia. Ancaman serius yang berdampak buruk pada ekosistem.

16 Juni 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SERBUAN spesies asing invasif di puluhan taman na­­sional di Indonesia tak bisa dianggap remeh. Serangan tersebut harus segera ditangkal karena spesies in­vasif bisa menyebabkan kerusakan ekosistem yang serius serta menimbulkan kerugian ekologi dan eko­nomi yang besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Spesies asing invasif adalah hewan, tumbuhan, dan mikro­organisme lain yang dibawa ke tempat di luar wilayah jelajah alaminya dan memiliki dampak negatif. Mereka menimbulkan kerusakan dengan membentuk populasi di habitat yang di­invasi, mengurangi spesies asli, serta mengubah struktur dan proses ekosistem.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 300 spesies invasif telah menyebar di Indonesia. Sebagian di antaranya menyerang taman nasional. Menurut riset Badan Penelitian, Pengembangan, dan Inovasi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, lebih dari separuh dari 54 taman nasional terserang tumbuhan asing invasif. Serangan itu mengancam populasi satwa endemis dan tumbuhan khas Indonesia.

Contoh nyata terjadi di Taman Nasional Baluran, Situbondo, Jawa Timur, tempat akasia berduri telah merambah lebih dari separuh area sabana di kawasan konservasi yang dijuluki Africa van Java tersebut. Kehadiran tumbuhan itu menekan ruang hidup rerumputan yang menjadi pakan banteng Jawa dan rusa Timor serta mengancam kelestariannya.

Hal serupa terjadi di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten. Pohon langkap yang invasif menekan pertumbuhan tanaman pakan badak jawa. Ancaman ini bisa mempercepat kepunahan satwa endemis tersebut—terutama setelah adanya laporan bahwa 26 ekor badak jawa dibunuh para pem­buru dalam kurun waktu belum lama ini.

Penyebaran spesies asing invasif sejatinya telah lama menjadi isu global mengingat dampak buruknya ter­hadap ekosistem. Laporan Penilaian Global Platform Kebijakan Sains Antarpemerintah tentang Keanekaragaman Hayati dan Layanan Ekosistem (IPBES) pada 2019 menemukan bahwa spesies asing invasif adalah satu dari lima penyebab utama hilang­­nya keanekaragaman hayati, di samping perubahan peng­gunaan lahan dan laut, eksploitasi langsung terhadap spesies, perubahan iklim, serta polusi. Kerugian ekonomi akibat mencegahnya mencapai Rp 6.644 triliun setahun secara global.

Namun, di Indonesia, persoalan ini belum ditangani dengan serius. Regulasi menangani ancaman spesies asing in­vasif masih sebatas tulisan di atas kertas. Pengawasan terhadap masuknya spesies invasif juga belum ketat. Sering kali bibit tanaman dari luar negeri yang invasif masuk tanpa hambatan berarti.

Pemerintah Indonesia perlu belajar kepada negara maju seperti Australia dalam menerapkan sistem keamanan dan seleksi ter­hadap masuknya spesies asing. Pusat karantina Australia sangat ketat mengatur perdagangan dan pergerakan spesies asing untuk mencegahnya masuk dan menyebar. Bila spesies invasif telanjur masuk, ada analisis risiko untuk mencegah dampaknya. Jika mudaratnya lebih besar dari manfaatnya, pemerintah Australia tak segan memberantasnya secara cepat.

Dengan kata lain, kesigapan dan ketegasan pemerintah membatasi spesies asing menjadi penting. Bila tidak, kehancuran dan kepunahan keanekaragaman hayati Indonesia, termasuk di kawasan taman nasional, tinggal menunggu waktu.

Masuk untuk melanjutkan baca artikel iniBaca artikel ini secara gratis dengan masuk ke akun Tempo ID Anda.
  • Akses gratis ke artikel Freemium
  • Fitur dengarkan audio artikel
  • Fitur simpan artikel
  • Nawala harian Tempo
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus