Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Seperti negara lain, Indonesia bersiap memasuki endemi.
Pandemi Covid-19 belum reda benar, tapi pemerintah sudah mengumumkan buka masker yang terbukti ampuh menahan virus.
Banyak penyakit baru akan muncul yang berdampak sama besar seperti pandemi Covid-19.
PEMERINTAH tak boleh lengah dan berleha-leha setelah Indonesia memasuki peralihan pandemi Covid-19 menjadi endemi. Meski angka penularan virus corona makin terkendali, kita tetap perlu bersiap menghadapi ancaman pandemi lain yang sangat mungkin terjadi di masa depan. Dengan begitu, dampak buruk pagebluk—seperti wabah Covid-19 yang merenggut lebih dari 156 ribu nyawa manusia sekaligus merontokkan sistem kesehatan di negeri ini—tak terulang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kekebalan masyarakat terhadap Covid-19, seperti terlihat dari survei serologi yang digelar pada Maret lalu, memang terbilang tinggi. Diperkirakan 92,2 persen penduduk telah memiliki antibodi terhadap corona. Kebijakan yang tak lagi mewajibkan penggunaan masker di area terbuka, sebagaimana disampaikan Presiden Joko Widodo pada Selasa, 17 Mei lalu, pun sah-sah saja diberlakukan. Begitu pula pencabutan kewajiban tes reaksi berantai polimerase (PCR) dan antigen bagi pelaku perjalanan yang telah mendapat vaksin lengkap.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun pemerintah sebaiknya tak buru-buru mencabut semua protokol kesehatan karena badai Covid-19 belum sepenuhnya berlalu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengingatkan ihwal kemungkinan munculnya varian baru corona. Karena itu, pemerintah perlu menggenjot vaksinasi dosis kedua, yang capaiannya masih berada di angka 80 persen hingga Jumat, 20 Mei lalu, dan vaksinasi booster yang baru mencapai 20,97 persen. (Baca: Strategi Pemerintah Menurunkan Pandemi Covid-19 Menjadi Endemi)
Pandemi Covid makin menegaskan bahwa kemunculan berbagai penyakit baru berisiko tinggi di dunia tak bisa dihindari. Dalam beberapa tahun terakhir, ada berbagai virus mematikan seperti flu burung, Lassa, Ebola, dan Marburg. WHO bahkan telah membentuk tim ahli pada Oktober 2011 yang bertugas mempelajari kehadiran virus baru dan mencari cara mencegah pandemi di masa depan.
Pemerintah pun perlu mengantisipasi kelahiran virus baru yang lebih mematikan dan cepat menular. Wabah corona telah menunjukkan bahwa kita tak memiliki kesiapan dan kesigapan, bahkan cenderung meremehkan, saat menghadapi penyakit baru yang mematikan. Saat varian Delta menyerbu pada pertengahan tahun lalu, sistem kesehatan kita begitu rapuh dan sempat ambruk. Ini tentu tidak boleh terulang. Sistem kesehatan harus dibangun lebih kuat, termasuk dengan menyiapkan tenaga dan fasilitas kesehatan yang mumpuni dalam menangani wabah.
Menghadapi penyakit baru berisiko tinggi seperti Covid-19, pemerintah harus membenahi koordinasi di antara lembaga negara. Saat pandemi Covid merebak, berbagai lembaga kerap terlihat berjalan sendiri tanpa koordinasi yang jelas. Pemerintah perlu mempertimbangkan membentuk badan baru yang bertugas mendeteksi serta menangani wabah dengan cara saintifik dan cepat. Badan ini harus memiliki kewenangan kuat menggerakkan berbagai lembaga negara, sehingga penanganan wabah lebih cepat dan bisa mencegah jatuhnya korban dalam jumlah besar.
Mumpung kondisi sedang membaik, pemerintah perlu menggelar berbagai simulasi untuk mengantisipasi wabah baru. Simulasi itu penting mengingat beberapa kali kita gagal menutup celah masuknya varian baru virus dari luar negeri. Yang juga penting, pemerintah harus makin memantapkan kerja sama internasional dalam penanggulangan pagebluk. Pandemi Covid-19 telah menunjukkan bahwa Indonesia, juga banyak negara lain, tidak mampu mengatasi pandemi sendirian. Bersiaga bersama akan lebih besar manfaatnya ketimbang berjibaku sendirian, apalagi berdiam menunggu wabah datang seperti bah.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo