DUA tahun setelah pidato Vladivostok 28 Juli 1986, pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev mengemukakan pidato 16 September di Krasnoyarsk, sebelah timur Siberia. Pidato itu memuat usul tujuh pasal mengenai "perdamaian, keamanan, dan kerja sama" di Asia-Pasifik. Gorbachev mengemukakan usul tujuh pasal itu dua pekan sebelum mengambil alih jabatan Presiden Uni Soviet dari Andrei Gromyko dalam "Gerakan 30 September" di Kremlin pekan 25 September 1 Oktober yang lalu. Karena hasil perombakan politik di Kremlin itu amat penting bagi pelaksanaan usul tujuh pasal yang dikemukakan Gorbachev di Krasnoyarsk, apa gerangan artinya semua itu bagi perkembangan politik, ekonomi, dan keamanan Asia Pasifik? Pokok pikiran Gorbachev dapat dirumuskan secara ringkas sebagai berikut. Setelah bertahun-tahun lamanya menjalankan ekonomi komando, produktivitas ekonomi Soviet menurun, efisiensi melemah, dan kelambanan administrasi negara menyalurkan kebutuhan pokok rakyat Soviet terganggu. Selama tahun-tahun kekuasaan Leonid Brezhnev, perhatian terlalu banyak diarahkan pada pembiayaan angkatan bersenjata dan petualangan di luar negeri. Sudah tiba saatnya Uni Soviet mengubah diri menjadi negara yang kukuh secara militer, tetapi juga lebih efektif dalam memberi kebutuhan pokok bagi bagian terbesar rakyatnya. Prioritas pembangunan ekonomi dalam negeri harus dilaksanakan dalam lingkungan internasional yang memberi kesempatan seluas-luasnya bagi pembaruan dan keterbukaan (perestroika, glasnost). Uni Soviet harus membuktikan itikad baiknya di forum internasional. Lahirlah prakarsa-prakarsa Gorbachev untuk meredakan ketegangan Soviet dengan Amerika Serikat di mandala Eropa dan di berbagai kawasan dunia. Persetujuan penghapusan senjata nuklir jarak menengah dicapai dengan Amerika Serikat awal Desember 1987, delapan belas bulan setelah pidato Vladivostok. Pada waktu yang bersamaan, Gorbachev memberi isyarat bahwa keterlibatan Soviet dalam berbagai krisis kawasan (Kamboja, Afghanistan, Nikaragua) akan dikurangi. Hun Sen di Pnom Penh, Najibullah di Kabul, dan Daniel Ortega di Managua secara halus tetapi pasti diberi tahu bahwa Uni Soviet tidak akan membabi buta memberi bantuan tak terbatas dalam konflik regional di kawasan-kawasan itu. Di Timur Tengah bahkan terjadi pendekatan baru Moskow-Tel Aviv sebagai langkah awal menuju pemantapan kerangka konperensi internasional tentang Timur Tengah. Maka, pidato Kransnoyarsk, 17 September 1988, adalah prakarsa penting guna membuktikan bahwa Gorbachev bersungguh hati mencari bentuk hubungan internasional baru di Asia-Pasifik. Bukankah lebih dari 70% jazirah Soviet berada di benua Asia? Dan tidakkah pantai timur Uni Soviet cukup panjang membentang dari utara sampai ke ujung selatan bagian Laut Pasifik? Gorbachev mengusulkan agar Uni Soviet, Amerika Serikat, dan negara-negara pemilik senjata nuklir lain tidak menambah jumlah persenjataan nuklir yang digelarkan di Asia-Pasifik. Kedua, diusulkan agar Uni Soviet dan kekuatan-kekuatan angkatan laut lainnya mengadakan konsultasi guna mencapai kata sepakat agar kekuatan negara-negara itu tidak bertambah. Ketiga, Uni Soviet, RRC, Jepang, Korea Utara, dan Korea Selatan segera mengadakan pertemuan berkala guna membekukan dan kemudian menurunkan kekuatan laut masing-masing. Keempat, jika Amerika Serikat bersedia menanggalkan pangkalan di Filipina, Uni Soviet menanggalkan pangkalan di Vietnam. Kelima, sebaiknya diadakan pengaturan multilateral antara Uni Soviet, Amerika Serikat, RRC, Jepang, dan negara-negara lain guna memperkecil kemungkinan terjadi insiden baik di laut maupun di wilayah udara Asia-Pasifik. Keenam, suatu konperensi internasional tentang Lautan Hindia sebagai zona damai hendaknya diadakan sebelum tahun 1990 di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Ketujuh, seyogianya dicari mekanisme kerja yang memungkinkan pemantapan keamanan Asia-Pasifik, dengan dipelopori terlebih dahulu oleh Amerika Serikat-Uni Soviet-RRC sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB. Kalangan di Amerika Serikat, seperti biasa, meragukan itikad baik usul Gorbachev. Laksamana Thomas Crowe, ketua gabungan kepala staf Amerika Serikat, belum lama ini di Bangkok menyatakan bahwa usul Gorbachev tidak wajar karena tidak adil. Amerika Serikat katanya, lebih banyak harus mengurangi kekuatan lautnya di Pasifik dibandingkan dengan pengurangan yang harus dilakukan Uni Soviet. Beberapa negara ASEAN juga menyebut usul Gorbachev itu sebagai "ada udang di balik batu". Tetapi haruskah setiap prakarsa Gorbachev dipandang sebagai hal yang patut dicurigai? Kita di Indonesia patut mempelajari dengan saksama usul Gorbachev itu bagi penjelmaan Asia Tenggara yang damai, bebas, dan mandiri. Pemikiran-pemikiran tentang "perimbangan kekuatan" yang terlalu bersandar pada kehadiran dan kekuatan ekonomi, politik, dan militer Jepang dan Amerika seyogianya diganti dengan "perimbangan kepentingan" di Asia-Pasifik. Ketakutan yang berlebih-lebihan mengenai "ancaman Soviet" apalagi secara sepihak mendengarkan skenario seram dari panglima-panglima angkatan bersenjata Amerika, tidaklah sesuai dengan jiwa dan semangat kita memperjuangkan Asia Tenggara yang bebas dan mandiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini