Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Solidaritas yang Letih

17 Oktober 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Marcin Król
  • >Dekan sejarah pada Universitas Warsawa dan penerbit Res Publica, jurnal intelektual terkemuka di Polandia

    Demokrasi sering menodai para pahlawannya sendiri seperti revolusi sering memangsa anak-anaknya sendiri. Selama 25 tahun para pemimpin Serikat Buruh Solidaritas melambangkan sifat-sifat yang dibutuhkan untuk memenangkan perjuangan rakyat Polandia mencapai demokrasi: keberanian tak tergoyahkan menghadapi penguasa komunis, keluhuran budi serta kebulatan hati yang jernih selama peralihan kekuasaan. Semua ini sifat yang agung dan mulia, tapi sekarang tampaknya dianggap tak berguna bagi kebanyakan rakyat Polandia.

    Itulah pelajaran menyedihkan dari pemilihan legislatif Polandia dua pekan silam. Juga dari pemilihan presiden—yang pemenangnya akan ditentukan dalam pemilihan susul-an antara Donald Tusk dan Lech Kaczynski pada 23 Oktober. Yang jelas, para calon dari era komunisme serta pasca-komunisme yang mendominasi politik Polandia sejak 1989 mengalami kekalahan telak. Golongan kiri hanya memperoleh 11 persen suara dalam pemilihan legislatif. Tapi tokoh-tokoh tua Solidaritas juga sudah tersingkir…. Polandia merindukan sesuatu yang baru.

    Hasil pemilu Polandia kali ini menunjukkan golongan kiri pasca-komunisme dianggap tak lagi relevan. Tokoh-tokoh pasca-komunisme sadar, mereka tidak lagi dapat ber-tahan hanya dengan mengandalkan warisan organi-sasi dan disiplin masa lalu. Karena itu mereka memilih se-orang pemimpin berusia muda yang cerdas dan diharapkan dapat menarik para pemilih. Pemimpin baru ini tak mempunyai kaitan sama sekali dengan era komunis. Dia memecat semua mantan anggota partai dari posisi pen-ting, bahkan melarang mantan perdana menteri Leszek Miller mencalonkan diri dalam pemilihan legislatif.

    Semua ini jelas ada baiknya. Tapi lain soalnya dengan kondisi kesehatan demokrasi di Polandia secara keseluruh-an. Partisipasi rakyat Polandia dalam pemilihan legislatif hanya mencapai 40 persen. Ini menempatkan Polandia pada kedudukan hampir paling bawah dalam hal keikutsertaan pemilih di antara negara-negara demokratis di dunia, dan 25-30 persen di bawah rata-rata negara-ne-gara Eropa.

    Sikap masa bodoh pemilih ini mencerminkan dua hal yang menonjol. Ada 60 persen pemilih mengatakan me-reka tak percaya lagi akan datang kehidupan yang lebih- baik, sehingga tak mau memberikan suaranya. Ada 40 persen warga yang memilih tapi dengan alasan emosional-—kepada partai-partai—bukan sebagai suatu pilihan politik yang jelas.

    Politisi yang terpilih dalam pemilu ini adalah muka-muka yang sudah berkiprah di bidang politik sejak 1989. Karena itu, anggota pemerintahan yang baru, walaupun tidak tua secara fisik, telah tua secara politik. Perpecah-an dalam Solidaritas dan mitra pasca-komunismenya telah membawa pengaruh buruk dalam dunia politik Polandia. Negeri itu tak berhasil melahirkan generasi pemimpin yang baru maupun gairah politik di dalam negeri. Yang paling kecewa adalah generasi muda. Satu generasi tumbuh sebagai generasi apolitik, bahkan anti-politik. Ini pertanda yang tidak baik bagi masa depan Polandia.

    Dua masalah paling sulit yang dihadapi Polandia adalah pengangguran, sekitar 20 persen—tertinggi di Uni Eropa—dan kesenjangan yang kian lebar antara si kaya dan si miskin. Kedua soal ini tak diangkat secara meyakin-kan dalam kampanye pemilu. Persoalan utama yang ditonjolkan partai-partai pemenang adalah masa lalu komunis dan korupsi dalam masyarakat.

    Dua hal itu penting tapi lebih sekunder dibanding masalah pengangguran dan kemiskinan. Sekitar 30 persen- anak-anak Polandia tak memperoleh gizi yang cukup. Ini Eropa, jadi mereka tak akan sampai mati kelaparan. Tapi bahwa anak-anak di Polandia, suatu negara anggota Uni Eropa, hidup dengan makan satu kali sehari adalah hal yang memalukan. Dan seharusnya menjadi isu politik- -utama.

    Yang lebih mengherankan, partai-partai pemenang pemilu—yang punya pertalian dengan Solidaritas—me--ngatakan akan memajukan nilai-nilai Solidaritas, ter-utama- ”solidaritas” dengan ”s” kecil. Sejatinya, tujuan yang ingin mereka capai sifatnya hanya sebagai alat. Sebab, menamakan seseorang ”liberal” di Polandia saat ini lebih merendahkan daripada menyebutnya ”anak jadah”.

    Sesungguhnya, ”liberal” dalam kedua artinya—ekonomis dan moral—amat direndahkan. Liberal dipandang sebagai vampir, pengisap darah yang mengejar keuntungan untuk diri sendiri dan kroni-kroninya. Karena itu mudah dipahami mengapa kedua calon presiden, Donald Tusk dan Lech Kaczynski, secepatnya menjauhkan diri dari gagasan-gagasan ”liberal”.

    Apakah arti solidaritas dengan ”s” kecil itu? Tidak ada yang tahu. Tusk maupun Kaczynski juga tak menjelaskannya. Mereka hanya samar-samar berbicara mengenai campur tangan negara untuk kepentingan kaum miskin dan melarat.

    Karena itu, matinya pasca-komunisme di Polandia di-sambut bukan dengan letupan tapi dengan sungutan. Ma-laise politik yang dialami Polandia saat ini mungkin suatu hari kelak akan berbahaya. Sehingga, gejala ini harus di-teliti di negara-negara demokratis lain, baik yang lama maupun yang baru. Sebab, persoalan anomi (ketiadaan nilai-nilai etis), apatisme (sikap masa bodoh) dan kepura-puraan politik bukan persoalan Polandia semata.

    Ini penyakit yang meluas di berbagai negara demokratis di dunia. Dan kian diperlukan pemulihan keyakinan akan pentingnya peran partai dan politik.

    Copyright: Project Syndicate, 2005 www.project-syndicate.org

  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus