Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Syndrome galunggung

Istri kang maman punya penyakit aneh, yaitu syndrome galunggung. penyebabnya: sebagian karena kerusakan di otak, sebagian karena terlalu banyak kemauan, tak tahu malu dan banyak dosa.

10 Juli 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KANG Maman heran. Dia bukan birokrat. Bukan yang berwajib. Bukan raden. Bukan pengusaha kuat. Bukan pengusaha lemah. Bukan calon dewan perwakilan. Bukan penganggur. Bukan wiraswasta. Melihat Dr. Suparman saja belum. Kang Maman bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Andaikata suatu saat dia hilang menguap begitu saja, tak seorang tetangga ambil pusing. Dia alang-alang di tengah hutan belantara. Dia tahi gergaji di tengah tumpukan kayu gelondongan. Herannya, tak berkeputusan ketimba musibah. Tumitnya keluar engsel karena terkilir. Anaknya digigit anjing padahal ada lebih dari 1000 anak-anak seumurnya di kampung. Istrinya dipatil lele ketika mau masak pecak. Mertuanya menubruk (bukan ditubruk) bemo selepas sembahyang tarawih selagi kendaraan itu diparkir menurut aturan yang berlaku. Lebih herannya lagi, tak henti-hentinya sejak bulan April diguyur abu letupan gunung sehingga keluarganya sepintas lalu tampak cokelat kelabu, seperti rombongan itik. Tetumbuhannya kaget kemudian kejang. Gentengnya merosot tak tahan beban. Apa salahku ya Tuhan sampai begini nian cobaan dariMu? Bukankah masih banyak gunung berapi berserakan di bumi ini, kenapa yang meletup-letup selalu yang di ujung hidungku? Sidang pembaca jangan ikut-ikut heran. Oleh dokter mancanegara -- dia kurang percaya dokter domestik -- Kang Maman sudah dipastikan punya kelainan organik dalam otaknya. Dia terkena syndromedementia. Namanya saja dokter mancanegara, keterangan terperinci amatlah ruwet ditulis. Cerebral arteriosclerosis, senile psychoses, dan tetek-bengek lainnya. Pokoknya, daya ingatnya kacau-balau, daya tanggap tumpul, absurd. Untung belum gawat benar sehingga masih tahu dia bahwa namanya Kang Maman. Bukan Kang lainnya. Masih tahu gunung yang meletup-letup itu namanya Galunggung, diguyur abu sejak April, keluarganya seperti rombongan itik, tumbuhan kejang dan genteng merosot, Majlis Ulama minta supaya manusia insaf dan jangan besar kepala, bencana alam yang berantai pasti ada apa-apanya di belakang (atau di muka). Yang dia tak bisa ingat hanyalah soal-soal kecil. Misalnya bahwa dia benar seorang birokrat eselon baik. Dia benar seorang tergolong yang berwajib. Dia memang raden tulen. Dia memang pengusaha kuat sekaligus pengusaha lemah, tergantung keperluan. Dia memang calon dewan perwakilan. Dia memang penganggur bila tugas memerintahkannya. Dia memang wiraswasta menurut pengertiannya sendiri. Dan dia memang pernah lihat Dr. Suparman, setidaknya di layar televisi. Kang Maman adalah apa-apa. Kang Maman adalah siapa-siapa. Dia hutan itu sendiri. Dia kayu gelondongan itu sendiri. Satu hari -- tanpa peduli sisa sakit patilan lele -- istrinya melolong-lolong datang ke dokter Puskesmas. Kang Maman sudah gawat benar. Pintu rumah tiap lima menit diperiksa, takut dirampok. Emas permata dititipkan ke tukang nasi uduk karena dia sudah tidak percaya kepada orang rumah. Buku di rak dibelah dua hingga tampak lebih banyak dan lebih intelektual. Enggan ke kantor khawatir dikerubuti pengemis. Ragu main golf karena cemas diterkam harimau. + Sakit apaan itu dokter Puskesmas? - Mau sebutan yang susah apa yang gampang? + Kang Maman suami saya biar bagian yang susah, saya bagian yang gampang. - Namanya kena Syndrome Galunggung, jeng. + Apaan itu? - Sebagian karena kerusakan di otak, sebagian karena kebanyakan mau, sebagian karena kesedikitan malu, sebagian karena luber dosa. Sisanya nasib. + Apa bisa sembuh, dokter? - Insya Allah. Asal tidur cukup dan tahu diri.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus