The art of being a good guest is to know when to leave (Prince Philip) SUATU ketika saya melihat satu set kursi di ruang tamu Marsekal Ashadi Tjahjadi, ketika ia masih KSAU. Saya dipersilakan mencoba kursi baru itu. "Bagaimana? Enak atau tidak duduk di situ?" tanyanya. Saya mencoba mengubah letak duduk saya. Dalam hati saya berkata bahwa kursi baru ini tidak enak diduduki. Tetapi apakah harus saya katakan hal itu terus terang? Belum sempat saya jawab, Pak Ashadi sudah memberi keterangan. "Sengaja saya beli kursi yang tak enak diduduki,' katanya "supaya tamu-tamu tidak betah duduk lama. "Orang-orang sibuk yang menghargai waktu tentulah punya kiatnya masing-masmg untuk "menghalau" tamu-tamu yang tidak produktlf. Majalah World Executive's Digest bulan lalu mengutip buku R. Wayne Monday dkk. yang berjudul Supervision. Karangan itu menyimpulkan bahwa 25% waktu seorang eksekutif di kantor sering terbuang percuma untuk menerlma tamu-tamu yang datang tanpa membuat janji. Dalam bahasa kita dikenal beberapa istilah untuk memperhalus sesuatu yang bersifat buruk. Maling disebut tamu yang tak diundang. Pada dasarnya, tamu-tamu yang datang tanpa janji adalah juga pencuri waktu. Tamu-tamu semacam itu memang menimbulkan banyak persoalan bagi seorang eksekutif. Terutama bagi mereka yang tidak tahu bagaimana cara mengatasinya. Ada dua alternatif yang ditawarkan. Pertama, adalah pencegahan. Kedua, adalah cara mengatasi keadaan. Bagaimana dapat dicegah? Seorang tamu yang datang tanpa janji biasanya akan bertanya sambil melongokkan kepalanya di ambang pintu: "Sedang sibuk?" Pertanyaan semacam ini harus dijawab secara jujur. Kalau Anda sedang sibuk, jawablah apa adanya. Kalau Anda berbasa-basi dengan mengatakan tidak, maka tamu itu yakin bahwa kedatangannya tidak mengganggu waktu Anda. Dan dia akan duduk lebih lama. Berterus terang memang tidak selalu gampang. Yang terbaik adalah berterus terang tanpa kehilangan kehangatan. "Wah, saya begitu ingin mengobrol dengan Anda lebih lama lagi. Tetapi siang ini saya harus menyelesaikan laporan kepada Bos. Dapatkah kita atur kesempatan lain?" Atau, sebutlah alasan lain. Cara lain untuk menghindari tamu-tamu tak diundang adalah mengatur tempat duduk sedemikian rupa sehimgga orang yang berlalu lalang tidak akan langsung dapat melihat mata Anda. Adalah sifat manusia untuk berhenti dan bertegur sapa bila telah melakukan kontak mata. Bila Anda mempunyai ruang sendiri, tutuplah pintu bila Anda betul-betul tidak bisa diganggu. Dulu saya sering menggantung tulisan "Awas! Binatang buas!" di pintu saya kalau sedang kesempitan waktu untuk merampungkan sesuatu. Kalau ada teman sekantor yang menelpon dan mengatakan ingin bertemu, sedangkan Anda tahu bahwa ia orang yang gemar mengobrol, janganlah menemui dia di kamar Anda. Sebaiknya anda yang pergi ke kamarnya, sehimgga Anda mempunyai kendali untuk mengatur lamanya pertemuan itu. Lalu, bagaimana kalau tamu tak diundang sudah begitu saja duduk di kursi di depan Anda? Ya, terpaksa Anda meluangkan sedikit waktu untuk menerimanya. Tetapi kalau Anda sudah menilai bahwa pembicaraan tidak produktif lagi, maka Anda perlu melakukan sesuatu agar tamu itu tldak memperpanjang pembicaraannya. Melihat arloji atau jam dinding mengingatkan tamu bahwa Anda adalah seorang yang sangat menghargai waktu. Atau, kalau memang Anda harus pergi. mulailah mempersiapkan kertas-kertas dan barang-barang yang hendak Anda bawa pergi. Saya sendiri sering menemui tamu tak diundang sambil berdiri. Dengan tetap berdiri, tamu seharusnya mengerti (sekalipun banyak juga yang masa bodoh!) bahwa tuan rumah tidak ingin berlama-lama. Kadang-kadang tamu semacam itu malah hanya saya temui di ambang pintu kamar. Soalnya, begitu masuk, mereka akan lebih berhasil mencuri waktu kita. Jangan pula menyuguhkan minuman bila Anda tidak ingin tamu tak diundang menikmati keberhasilannya menyerobot waktu Anda. Seorang teman saya selalu menaruh buku-buku dan tumpukan map di atas kursi di seberang mejanya. Orang yang singgah ke kamarnya tak dapat duduk. Tetapi, bila ada tamu yang memang diinginkannya, maka dengan menyingkirkan buku-buku itu sang tamu akan merasa lebih memperoleh perhatian. Tetapi, bagaimana kalau ketika Anda tengah sibuk, tiba-tiba telepon berdering? Nah, untuk itu diperlukan satu "kiat" lagi. Bondan Winarno
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini