Kami turut bergembira atas bertambahnya perbendaharaan ilmu pengetahuan di bidang kedokteran di negeri kita, yang, kali ini, diisi Dokter Teguh Santoso Sukamto dari FK UI. Tapi ada masalah yang kami ingin kemukakan sekitar pemberitaan hasil riset Dr. Teguh Santoso Sukamto sebagaimana kami baca di TEMPO 8 Februari, halaman 29 (Kesehatan). Setiap ilmuwan, tentunya, mengharapkan tiada lain kecuali kebenaran hakiki, yang menjadi landasan uraian suatu acara promosi hasil penyelidikan ilmiah yang demikian - baik hal-hal yang dikemukakan dalam forum terbatas di depan para staf pengajar/guru besar maupun diuraikan dalam media massa buat konsumsi umum. Sangat kami sesalkan, sebagian besar artikel di TEMPO itu, khususnya yang menyangkut tesis maupun pemakaiannya dalam praktek klinis, tidak benar - terlepas dari predikat macam apa pun yang telah diberikan kepada Dr. Teguh Santoso Sukamto oleh sidang Guru Besar FK UI. Sebab, teknik itu telah dikembangkan oleh berbagai ahli di dunia Barat sejak lebih dari 10 tahun yang lalu, lengkap dengan laporan-laporan dalam bentuk artikel-artikel ilmiah yang benar-benar orisinil. Jadi, apa yang dicatat sebagai, "Kini, RS Cipto merupakan rumah sakit yang memakai teknik ekokardiografi kontras pertama di seluruh dunia," betul-betul merupakan puncak segala kekeliruan dari artikel tersebut. Selain dari itu, baik teknik ekokardiografi kontras memakai larutan garam fisiologis maupun larutan glukose (dektrose) 5% maupun lain-lain media kontras bukanlah merupakan hal baru di Indonesia. Di RSCM, Badan Kardiologi, sudah sejak kira-kira empat tahun lalu ekokardiografi kontras biasa dikerjakan, karena memang teknik/prosedur pemeriksaan ini mudah dan praktis. Yang perlu diketahui oleh masyarakat umum maupun kalangan medis yang tidak biasa berkecimpung dalam bidang kardiovaskuler, prosedur kateterisasi jantung tetap tidak tersingkirkan oleh adanya metode pemeriksaan sederhana yang disebut kontras ekokardiografi, khususnya bagi penderita yang dipersiapkan untuk tindakan koreksi pembedahan. Sedangkan mengenai kegunaan ekokardiografi kontras dalam pemeriksaan perfusi myocard (otot jantung), ternyata dengan penyuntikan zat kontras langsung ke dalam pembuluh koroner belumlah merupakan metode noninfasif yang mudah. Perfusi myocard jauh lebih mudah dan aman pemeriksaannya dengan memakai teknik penyuntikan Thalium 201 (bahan radioaktif) ke dalam pembuluh vena perifer yang kecil, disusul dengan scanning memakai alat yang disebut Gamma Kamera. Hasilnya sudah teruji dan dapat diandalkan. Mengingat beberapa karya ilmiah, antara lain disertasi Dr. Richard S. Meltzer di Thorax Centrum pada 19B2 berjudul Contrast Echocardiography dan buku susunan Dr. Meltzer bersama dr. Jos Roelandt berjudul Contrast Echocardiography - yang notabene berisi segala seluk-beluk mendalami tentang teknik kardiografi kontras berupa kumpulan karya berbagai ahli kaliber internasional, termasuk R.S. Meltzer dan Jos Roelandt - merupakan pioneering work dari Dr. Meltzer dkk., itu kiranya tak banyak lagi yang dapat dikatakan merupakan hasil riset murni dari RSCM. Sebab, segala aspek ekokardiografi kontras (past-present-future) telah dibahas, termasuk studi mengenai hemo dinamik dari aliran darah melalui kelep-kelep/ruangan jantung telah diuraikan dan digambarkan dengan jelas. SEORANG KARDIOLOG Jakarta (Nama dan alamat lengkap pada Redaksi)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini