Saya tergelitik membaca komentar H.A. Marzuki Yahaya, S.E (TEMPO, 3 Juni 1992) yang menanggapi komentar F. Taslim (TEMPO, 23 Mei 1992) tentang doa Haji Alamsjah dan kawankawan. Saya tak menuduh doa itu sebagai menghina Islam. Tapi ada beberapa hal yang membuat doa itu kurang pantas dilakukan. Pertama, ada kesan doa itu direkayasa dan tak murni datang dari para pendoa. Itu bisa terlihat dengan repotnya Pak Alamsjah menelepon ke sana sini untuk mengumpulkan sejumlah tanda tangan "ulama". Kedua, dari segi niat, kelihatan doa itu kurang tulus atau ikhlas, itu dilihat dengan adanya publikasi besarbesaran agar doa itu dan para pendoanya diketahui banyak orang. Apalagi bila dihubungkan dengan momentum menjelang pemilu. Doa yang baik adalah doa yang disampaikan secara tulus dengan suara pelan, khusyuk, dan "tawadhu" dengan perasaan pasrah dan rendah diri di hadapan Allah karen Allah swt. Mahamendengar dan Mahamengetahui. Ketiga, dengan cara itu seakanakan hanya Pak Alamsjah dan kawankawan saja yang mendoakan Pak Harto. Padahal seluruh umat (khususnya umat Islam) selalu mendoakannya. Bahkan para khatib selalu mendoakan para pemimpin setiap salat Jumat. Keempat, cara berdoa seperti itu justru dapat menimbulkan diskriminasi. Saya tidak mengatakan itu "doa politik". Tapi justru cara seperti itu tak mendukung pendidikan politik yang sedang kita perjuangkan. Ini saya sampaikan, mengingat masyarakat kita yang paternalistik, patuh, dan meniru anutannya. Cara berdoa seperti itu dapat membuat masyarakat menjadi takut berbeda pendapat (apalagi menyangkut presiden). Setidaknya takut dikatakan tak ikut mendoakannya. Yang terakhir, saya mengimbau, hindarilah mendoakan pemimpin kalau hanya sekali dalam lima tahun. Sebaiknya, berdoalah untuk kesuksesan dan kesehatannya setiap saat, setiap selesai salat. Keberhasilan Pak Harto dan seluruh pemimpin di negeri, antara lain, berkat doa dan dukungan rakyat Indonesia setiap saat. Amien. ABDURRAHMAN LUBIS Jalan Kebon Obat Nomor 5C RT 03/03 Menteng Atas Jakarta Selatan * Menimbang bahwa masa berpolemik sudah cukup lama, silang pendapat tentang "doa politik" kami tutup dengan dimuatnya komentar ini -- Red.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini