SAYA sambut gembira: akhirnya TVRI menunjukkan tanda masih
hidup. Bukan otomaton yang kebal kritik seperti lama sebelum
ini. Namun, tidak akan pernah bisa menyenangkan setiap orang.
Siapa yang bisa? Saya juga menyumbang pendapat, semoga bisa jadi
bahan pertimbangan:
1. Perubahan Berkala. Hendaknya dihindarkan sifat rutin. Merobah
susunan acara secara berkala adalah penting guna menjaga
kesegaran misalnya enam bulan sekali. Tentu saja dengan survei
terlebih dulu. Untuk itu saya kira TVRI ada tenaga - kalau perlu
minta bantuan ahli dari luar.
2. Kambing Hitam. Mencari kambing hitam dalam menghadapi kritik
atau wartawan, nampaknya sudah menjadi epidemi di kalangan yang
berkedudukan. Janganlah karena suatu kekurangan cepat-cepat
menyalahkan peralatan yang sudah tua. Bahkan tv stasiun luar
negeri pun banyak yang terus memakai alat tua dengan hasil kerja
yang terjaga baik. Kalau ada penyiar komat-kamit di layar tv,
dan suaranya baru setengah atau satu menit kemudian, apakah ini
salah alat? Juga, kalau layar sering kosong dalam waktu siaran
hingga penonton beberapa menit hanya melihat sinar lampu --
tanpa gambar atau suara salah alat jugakah ini? Apa ini bukan
merupakan kelalaian "hand behind the equipment"
3. Penggunaan Bahasa Indonesia. Mau tak mau penggunaan bahasa
Indonesia di TVRI dijadikan contoh orang ramai. Karena itu
sangat perlu dijaga mutunya. Masih ada penyiar yang menggunakan
bahasa Indonesia dengan aksen yang dibuat-buat, padahal
tampangnya asli, dan di Indonesia Apa ini termasuk penyakit
keranjingan "luar negeri"?
4. Pengelompokan Iklan. Orang bisa saja menyukai pengelompokan
iklan, tapi saya lebih banyak melihat segi negatifnya. Jelas
pengelompokan begini menurunkan aktivitas. Apalagi kalau
penonton dijejali iklan yang muncul dua kali berturut-turut dan
sekali seminggu. Dalam ilmu jiwa disebutkan hahwa "menyodorkan
hal yang sama berkepanjangan akan memperdangkal titik kejemuan.
Sebaliknya mengemukakan sebentar-sebentar tapi sering akan
membekas dalam ingatan". Jadi tidak salah menyebar iklan asal
jangan sampai mengganggu acara misalnya pada awal dan akhir
suatu acara.
5. Dekorasi. Di sini terasa benar kekurangan itu. Ada
kotak-kotak yang berbulan-bulan muncul dengan susunan itu-itu
juga menjadi latar acara hiburan. Apa orang tv sudah tumpul daya
kreasi dan imajinasinya, sehingga semua dikerjakan secara rutin?
Bukankah dengan menggunakan plywood dan cat kita tidak terlalu
harus mengeluarkan biaya besar? Plywood bisa digunakan berulang
kali dengan mengubah design dan warna. Alat yang dibutuhkan juga
tidak banyak: gergaji, martil tambah paku dan kuas. Yang penting
imajinasi.
6. Kemajuan. Sekarang saya kemukakan kemajuan yang saya lihat.
Misalnya: (1) Menggunakan alam terbuka sebagai latar belakang
acara hiburan, amat membantu menggugah rasa cinta alam dan
keindahan (2) Pemakaian serba jenis tanaman hias dalam pot
sungguh membantu dekorasi, juga fleksible (3) Menghadirkan dua
penyiar dalam acara Dunia Dalam Berita adalah satu variasi yang
segar. Walaupun ini bukan hal baru, variasi begini menurunkan
kebosanan. Amat berkesan cara menyajikan, terus pengambilan
sesudah selesai acara, di mana nampak mereka berbenah. Kesannya
adalah: orang tv ini hidup, bukan hanya topeng bergerak.
A. ZAKARIA
Kampung Baru, Rumbai, Pekanbaru, Riau.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini