Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak lima Pesut Mahakam (Orcaella brevirostris) ditemukan mati sepanjang tahun ini. Lokasi temuan kematian tiga di antaranya bahkan didapati berada dalam kawasan Taman Nasional Perairan Mahakam Wilayah Hulu Kabupaten Kutai Kartanegara, yakni di Bukit Jering, Pulau Harapan, dan Sungai Pela.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesut Mahakam adalah mamalia air endemik di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Dikenal pula sebagai lumba-lumba air tawar, satwa ini berstatus terancam punah karena kualitas habitatnya yang terus merosot. Pendataan termutakhir menyebut populasinya tersisa 67 individu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Itu sebabnya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut kematian lima Pesut Mahakam sepanjang Januari-Juli lalu merupakan kejadian yang tidak diinginkan. Direktur Konservasi dan Keanekaragaman Hayati Laut Firdaus Agung mengaku kalau langkah perlindungan terhadap Pesut Mahakam rutin dievaluasi lima tahun sekali.
Adanya kematian di kawasan konservasi, dia menambahkan, menjadi bagian dari evaluasi terkini. Evaluasi tersebut, kata Firdaus, akan dilakukan terhadap rencana pengelolaan dan atau rencana zonasi kawasan konservasi berdasarkan Peraturan Menteri Kementerian Kelautan Nomor 31/2020 tentang Pengelolaan Kawasan Konservasi.
"Salah satu upaya pengelola Kawasan Konservasi terhadap kematian Pesut Mahakam yakni bersama-sama dengan dokter hewan melakukan neskropsi sehingga mengetahui penyebab kematiannya," tutur Firdaus, Kamis 1 Agustus 2024.
Hasil Nekropsi Pesut Mahakam
Pembedahan bangkai pesut itu melibatkan beberapa dokter hewan dari Asosiasi Indonesia Aquatic Megafauna (IAM) Flying Vet, Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI), Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Samarinda, Laboratorium Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Dokter Hewan Karantina Kalimantan Timur.
Untuk pesut bernama Four yang berjenis kelamin jantan dewasa, hasil nekropsi menyebut dugaan kematian karena gagal jantung. Sedangkan pesut bernama Rexy, umur 7 tahun, diketahui mengalami gagal napas yang menyebabkan penyumbatan saluran napas bagian atas. "Dijumpai sisa makanan yang relatif masih utuh yang masih tertinggal di rongga mulut-esofagus," ucap Firdaus.
Nekropsi untuk kematian pesut di kawasan konservasi, Firdaus menyebutkan, dilakukan pada seekor bayi mamalia air tersebut yang ditemukan mati. Hasil nekropsi menunjukan adanya dugaan kematian karena infantisida atau pembunuhan oleh induknya, "namun masih menunggu hasil histopat dari laboratorium."