Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Ada Wabah Corona, Penyelamatan Buaya Berkalung Ban Dihentikan

Penyelamatan buaya berkalung ban bekas di Sungai Palu dihentikan sementara karena meluasnya wabah corona.

18 Maret 2020 | 11.21 WIB

Seekor buaya liar yang terjerat ban sepeda motor saat muncul ke permukaan sungai di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu 2 Februari 2020. Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah menutup sayembara penyelamatan buaya terjerat ban yang sebelumnya sempat dibuka dan akan melakukan langkah penyelamatan dengan membentuk dan menurunkan tim khusus untuk melakukan proses penyelamatan pada pekan ini. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah
Perbesar
Seekor buaya liar yang terjerat ban sepeda motor saat muncul ke permukaan sungai di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu 2 Februari 2020. Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Tengah menutup sayembara penyelamatan buaya terjerat ban yang sebelumnya sempat dibuka dan akan melakukan langkah penyelamatan dengan membentuk dan menurunkan tim khusus untuk melakukan proses penyelamatan pada pekan ini. ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penyelamatan buaya berkalung ban bekas di Sungai Palu dihentikan sementara karena meluasnya wabah corona. "Langkah ini semata-mata dilakukan sebagai antisipasi terhadap virus corona yang telah menelan korban jiwa ribuan orang di sejumlah negara," kata Ketua Satgas Satwa BKSDA Sulteng, Haruna di Palu, Selasa, 17 Maret 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Satgas Penanganan Satwa Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah bekerja sama dengan Forrest Galante sedang berupaya menyelamatkan  buaya yang terlilit ban bekas.

Buaya tersebut sering menjadi tontonan warga yang melintasi Sungai Palu hingga mengakibatkan jalan raya macet. Warga bahkan berkerumun di sekitar lokasi buaya tersebut muncul.  

Haruna menjelaskan upaya penangkapan buaya terjerat ban di Sungai Palu yang telah dilakukan BKSDA kerjasama dengan berbagai pihak itu semata-mata hanya untuk menyelamatkan satwa buas tersebut agar tidak sampai mati.
  
Sebelumnya BKSDA telah bekerjasama dengan dua ahli buaya Australia, namun gagal menangkap buaya tersebut. Kini kerjasama dilanjutkan dengan Forrest Galante.

"Buaya yang terlilit ban jika tidak dibebaskan bisa mati karena semakin hari semakin bertambah besar," kata Haruna.

Menurut dia, jika tidak dilepaskan, maka satwa itu akan semakin sulit menelan makanan.

Karena itu, Satgas Satwa BKSDA Sulteng berusaha menangkap agar bisa mengeluarkan ban dari lehernya.

Dia mengaku penangkapan buaya berkalung ban di Sungai Palu cukup sulit, sebab lokasi buaya berpindah-pindah. 

"Kita sudah pasang perangkap di satu tempat, tetapi buaya itu muncul di titik lainnya," ujar Haruna.

Dia juga menambahkan di Sungai Palu yang bermuara di Teluk Pantai Palu banyak dihuni buaya liar hingga mencapai ratusan ekor.

Saban hari, beberapa buaya berukuran sedang sampai besar muncul di permukaan muara Sungai Palu sehingga menarik perhatian masyarakat yang kebetulan melintas di wilayah itu.

Haruna mengatakan jika virus corona sudah bisa diatasi, upaya penangkapan buaya itu akan dilanjutkan kembali. "Pokoknya kita akan terus berusaha sampai buaya itu berhasil ditangkap dan ban yang menjerat lehernya dikeluarkan," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus