Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Agroekologi Versus Food Estate

Agroekologi dianggap sebagai salah satu bentuk adaptasi krisis iklim terbaik. Berprinsip pada keseimbangan ekologi. 

22 Januari 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Agroekologi menitikberatkan keseimbangan ekologi.

  • Pengelolaannya berbasis pada kemandirian dan kedaulatan pengetahuan para petani.

  • Dianggap berkebalikan dari sistem pertanian modern yang diusung food estate.

BAGI Ayip Said Abdullah, jalan utama dalam mewujudkan kedaulatan pangan bukanlah program food estate yang mengalami kegagalan. Menurut Koordinator Nasional Koalisi Rakyat Kedaulatan Pangan itu, persoalan pangan di Indonesia bisa dipecahkan melalui tata kelola pertanian yang berkelanjutan. Ia menunjuk agroekologi sebagai salah satunya. "Pilihan paling logis adalah mengembangkan pertanian yang lebih ramah ekologi," katanya.

Sebaliknya, Ayip menjelaskan, model pertanian yang dikembangkan melalui lumbung pangan alias food estate masih mengandalkan produk-produk sintetis, seperti pupuk anorganik dan pestisida kimia. Padahal, menurut dia, pengelolaan pertanian seperti ini sudah terbukti akan menambah beban bagi ekologi dan menurunkan kualitas lahan. Ia lantas merujuk pada riset Institut Pertanian Bogor atau IPB University yang menunjukkan sekitar 72 persen lahan pertanian di Jawa memiliki kadar organik kurang dari satu persen. 

Riset ini linier dengan pengkajian Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Kementerian Pertanian pada 2009. Di dalam riset itu disebutkan 73 persen lahan pertanian di Indonesia memiliki kandungan bahan organik yang rendah, kandungan sedang 23 persen, dan hanya 4 persen yang memiliki kandungan organik tinggi. Menurut Balai Besar Penelitian Sumber Daya Lahan Pertanian, kandungan bahan organik dikategorikan rendah bila kadarnya kurang dari 2 persen, 2-3 persen dikategorikan sedang, dan di atas 3 persen terbilang tinggi.

Padahal kandungan organik yang rendah tak hanya mengancam kesuburan tanah. Riset itu menyebutkan kandungan organik tanah yang rendah di daerah tropis dengan curah hujan tinggi akan meningkatkan risiko erosi tanah akibat rendahnya daya serap air, tanah yang cepat mengering karena kemampuan menahan air yang rendah, dan daya sangga tanah terhadap perubahan reaksi kimia menjadi labil. Riset itu juga menyebut teknologi budi daya padi sejak 1970-an yang bergantung pada pupuk anorganik untuk menggenjot produksi sebagai biang kerok. 

Menurut Kepala Pusat Agroekologi Serikat Petani Indonesia Qomarun Najmi, agroekologi adalah pendekatan menyeluruh terhadap pengembangan sistem pertanian dan produksi pangan yang memperhatikan aspek ekologi, sosial-ekonomi, dan kesehatan. Dia menerangkan, ini bertolak belakang dengan food estate yang berfokus pada peningkatan produksi tanpa memperhatikan keseimbangan ekologi. "Contohnya jerami dibakar setelah panen untuk mengejar target produksi. Padahal, bila dikelola, jerami bisa menambah kandungan organik tanah," ucapnya.

Untuk memulai penerapan agroekologi, kata dia, yang pertama harus dikuatkan adalah kemandirian pengetahuan petani. "Selama ini pengetahuan itu tersimpan dalam pelbagai tradisi, budaya, kebiasaan, hingga local wisdom. Kita hanya perlu mengidentifikasinya," tuturnya. Ia mencontohkan pengetahuan tradisional para petani untuk mendapatkan benih yang cocok dengan karakter iklim dan cuaca lokal, pembuatan pupuk organik, pengembangan sistem tumpang sari untuk menghindari hama, hingga pembuatan pestisida alami menggunakan buah-buahan.  

Karena memperhatikan prinsip keseimbangan ekologi, ujar Qomar, risiko serangan hama atau penyakit pun akan menurun. Selain itu, kesuburan tanah dapat terjaga karena tanah memiliki jeda yang cukup untuk memulihkan diri. "Ini juga merupakan bentuk ideal untuk beradaptasi dengan krisis iklim yang sudah kita alami," ucapnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus