Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Anak Krakatau 'Batuk-batuk' Lagi, PVMBG: Kami Terus Memantau

Peningkatan intrusi magma Anak Krakatau kemungkinan mulai terjadi sejak 20 Desember 2021.

5 Februari 2022 | 03.24 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Andiani, menyatakan sulit memperkirakan potensi letusan-letusan Gunung Anak Krakatau, apakah akan terjadi lagi atau tidak. Hal ini setelah rentetan sembilan kali letusan yang terjadi sepanjang Jumat pagi hingga sore, 4 Februari 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami akan tetap terus memantau dan melakukan evaluasi terhadap Anak Krakatau," kata Andiani lewat pesan singkat, Jumat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sebanyak sembilan kali letusan pada Jumat terjadi pada pukul 09.43, 10.25, 10.28, 12.46, 13.00, 13.31, 13.41, 14.46 dan 17.07 WIB. Erupsi mengeluarkan kolom abu setinggi 800-1000 meter di atas puncak gunung api bawah laut di Selat Sunda tersebut. Warna kolom terlihat kelabu hitam tebal.

Potensi bahaya dari aktivitas Gunung Anak Krakatau saat ini disebutkannya dapat berupa lontaran lava pijar, material piroklastik maupun aliran lava. Hujan abu lebat secara umum berpotensi di sekitar kawah di dalam radius 2 kilometer dari kawah aktif, atau di seluruh tubuh gunung api itu yang muncul di atas permukaan laut. 

"Hujan abu yang lebih tipis dapat menjangkau area yang lebih luas bergantung pada arah dan kecepatan angin," bunyi keterangan yang katanya.

Secara visual, bisa diindikasikan bahwa erupsi yang terjadi merupakan tipe magmatik, sejalan dengan kegempaan vulkanik yang terekam. Sehari sebelumnya, pada Kamis 3 Februari 2022, sudah teramati peningkatan intensitas aktivitas yang berupa embusan abu dan asap. Pada malamnya, teramati sinar api di atas kawah.

Aktivitas kegempaan Gunung Anak Krakatau selama 16 Januari - 4 Februari 2022 juga ditandai dengan terekamnya gempa gempa vulkanik dan gempa permukaan yang mengindikasikan adanya intrusi magma dari bawah ke permukaan secara bertahap. Peningkatan intrusi magma kemungkinan mulai terjadi sejak 20 Desember 2021 dengan terekamnya gempa vulkanik dalam dan gempa vulkanik dangkal dalam jumlah yang cukup signifikan.

Erupsi Gunung Anak Krakatau, Kamis, 4 Februari 2022. Dari pantauan Badan Geologi Kementerian ESDM, anak Gunung Krakatau terus menghembuskan awan hitam sejak pukul Jumat pagi. Foto: PVMBG

Energi aktivitas vulkanik yang dicerminkan dari nilai RSAM (Real Time Seismic Amplitude Measurement) serta pola ungkitan dari pengukuran tiltmeter juga menunjukkan pola fluktuasi yang cenderung meningkat pada periode Januari-Februari 2022. Penyebabnya, perubahan tekanan di permukaan yang berasosiasi dengan pergerakan fluida magma ke permukaan.

Meski begitu hingga saat ini PVMBG masih menyatakan tingkat aktivitas Gunung Api Anak Krakatau pada Level II (Waspada), dengan rekomendasi agar masyarakat tidak mendekati dan beraktivitas di dalam radius 2 kilometer dari kawah aktif. Ini artinya seluruh bagian gunung itu dilarang untuk didarati.

Erupsi sporadis Gunung Anak Krakatau teramati terjadi sejak akhir abad 20. Sedang periode letusan yang terdekat sebelumnya adalah pada 25 Mei sampai 7 November 2021 lalu.


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus