Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mencatat bahwa terdapat lima kampung di Kecamatan Warungkiara yang terdampak bencana angin puting beliung yang terjadi pada Selasa, 21 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Angin puting beliung ini terjadi setelah turun hujan deras sekitar pukul 12.30 WIB dan tiba-tiba datang angin puting beliung yang merusak rumah warga dan menumbangkan papan reklame serta pohon besar," kata Manajer Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Kabupaten Sukabumi Daeng Sutisna.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Daeng, bencana angin puting beliung melanda lima kampung yang tersebar di tiga desa, yaitu Kampung Pasirjambu (RT 08, RW 01, Dusun Bojonghaur, Desa Bantarkalong), Kampung Cigadog (RT 04/06, Dusun Cigadog, Desa Bantarkalong), Kampung Kubangkeong (RT 03/07, Desa Hegarmanah), Kampung Kedung (RT 04/07, Desa Hegarmanah), dan Kampung Cilandakpojok (RT 01/05, Desa Sirnajaya).
Di Kampung Pasirjambu, salah satu rumah warga mengalami kerusakan pada bagian atap yang tersapu oleh angin kencang. Situasi serupa terjadi di Kampung Cigadog, di mana satu rumah warga mengalami kerusakan parah pada bagian garasi dan atapnya yang runtuh akibat kekuatan angin yang sangat dahsyat.
Dampak bencana ini tak hanya merusak rumah warga, tetapi juga menyebabkan pohon-pohon tumbang di beberapa titik lokasi. Salah satu pohon yang tumbang di Kampung Kedung bahkan menimpa rumah warga, menimbulkan kerusakan yang signifikan. Sementara itu, di Kampung Cilandakpojok, sebuah papan reklame berukuran besar yang terletak di depan Balai Desa Sirnajaya roboh akibat diterjang angin puting beliung.
"Pada kejadian ini tidak ada laporan korban luka maupun jiwa dan saat ini Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Warungkiara bersama Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam) Warungkiara tengah membantu warga mengevakuasi pohon tumbang dan membetulkan rumah warga yang terdampak," kata Daeng.
Kemudian Daeng menambahkan bahwa hingga saat ini pihaknya masih dalam proses pendataan terkait jumlah dan jenis bangunan yang mengalami kerusakan akibat bencana angin puting beliung. Data yang ada saat ini, menurutnya, masih bersifat sementara dan memerlukan verifikasi lebih lanjut untuk memastikan tingkat kerusakan secara akurat. Sementara itu, bantuan darurat sedang dikirimkan ke lokasi bencana guna membantu meringankan beban para korban yang terdampak.
Lantas, apa penyebab terjadinya angin puting beliung?
Menyadur dari jdpb.bnpb.go.id, angin puting beliung merupakan angin kencang berputar yang berasal dari awan Cumulonimbus, dengan kecepatan lebih dari 34,8 knots atau setara dengan 64,4 kilometer per jam. Fenomena ini biasanya berlangsung dalam waktu singkat, sekitar lima menit, dan meliputi area yang relatif kecil, yakni kurang dari dua kilometer persegi.
Angin puting beliung termasuk bencana hidrometeorologi yang kejadiannya cenderung meningkat pada masa peralihan musim atau pancaroba. Dilansir dari penanggulanganbencana.denpasarkota.go.id, angin ini terbentuk akibat pertemuan antara udara panas dan udara dingin yang saling berbenturan, sehingga menghasilkan pusaran angin yang kuat.
Sementara itu, menurut buku "Angin Puting Beliung" karya Febby Mutiara Rahayu, terdapat dua faktor utama penyebab angin puting beliung, yaitu faktor alam dan sosial. Dari sisi faktor alam, waktu terjadinya sangat memengaruhi pembentukan angin ini.
Pada musim penghujan, angin puting beliung disebabkan oleh pertumbuhan awan Cumulonimbus secara tiba-tiba. Awan ini membawa uap air yang terus bertumpuk tebal hingga akhirnya melepaskan air hujan yang disertai pusaran angin kencang.
Sebaliknya, pada musim kemarau, angin puting beliung biasanya dipicu oleh adanya pusat tekanan rendah di suatu area, terutama di wilayah terbuka seperti pemukiman atau perkebunan. Jika wilayah tersebut menerima paparan sinar matahari yang intens, potensi terjadinya angin puting beliung menjadi lebih tinggi.
Pada musim kemarau, angin puting beliung sering terjadi di area terbuka karena pemanasan lokal yang ekstrem, sedangkan pada musim penghujan, pertumbuhan awan Cumulonimbus yang cepat menjadi pemicunya. Awan ini membawa uap air dalam jumlah besar, yang pada akhirnya menciptakan pusaran angin dan hujan deras yang menjadi ciri khas dari angin puting beliung.
Di sisi lain, angin puting beliung diakibatkan dari faktor sosial yang terjadi sebab adanya jumlah vegetasi di suatu daerah atau wilayah dan global warming. Potensi terjadinya angin puting beliung makin tinggi pada daerah dengan jumlah vegetasi yang sedikit. Hal tersebut dikarenakan panasnya suhu di daerah tidak ada yang mengontrol, yaitu berupa tumbuh-tumbuhan.
Sedangkan global warming juga dapat dipicu dari berbagai peraltan elektronik, seperti kulkas, AC, televisi, dan mesin cuci yang menyebabkan kenaikkan suhu udara atmosfer. Kenaikan suhu udara tersebut kemudian menimbulkan benturan udara sehingga menyebabkan terjadinya angin puting beliung.
Khumar Mahendra turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.