Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Magelang - Balai Konservasi Borobudur (BKB) mencari-cari bahan material yang tepat untuk melapisi batu yang menyusun anak tangga Candi Borobudur di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Batu-batuan itu dinilai mengalami keausan dan harus dicegah dari kerusakan yang lebih parah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jenis kayu jati nanti akan digunakan untuk melapisi tangga Candi Borobudur," kata Kepala BKB, Tri Hartono, seusai mengikuti pembukaan Ruwat Rawat Borobudur di Pelataran Kenari Candi Borobudur, Minggu 9 Februari 2020.
Ia menyampaikan kalau ujicoba sempat melibatkan penggunaan kayu dan karet. Ternyata, pelapisan dari bahan kayu dianggap lebih baik. "Perbandingannya kayu jati lebih bagus, lebih lentur, sedangkan bahan dari karet kalau terkena panas jadi mengeras," katanya.
Menurut Tri, keempat sisi tangga seluruhnya akan dilapisi kayu. Juga lapisan melingkar di lantai tujuh. Itu sekaligus mengarahkan setiap pengunjung agar tidak naik lebih tinggi sampai lantai delapan dan sembilan.
"Kami harapkan nanti pengunjung naik ke atas sampai lantai tujuh kemudian berkeliling di situ terus turun," katanya.
Tri menuturkan, jika dilihat, lantai delapan dan sembilan mengalami keausan yang cukup parah. Dugaannya, di dua lantai itu paling banyak pengunjung berkeliling. Selain juga di antara batu-batu yang menyusun anak tangga candi itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Keausan tangga paling parah adalah tangga di sisi timur karena digunakan untuk naik," katanya.
Keausan batu lantai Candi Borobudur diperhitungkan BKB mencapai 0,2 milimeter per tahun kalau jumlah pengunjung 2 juta orang. Adapun tahun ini target pengunjung 4 juta orang sehingga keausan diperhitungkan mencapai 0,4 milimeter dalam setahun.
"Kalau dikalikan 10 tahun maka keausan sudah 4 sentimeter sehingga 'kroak'," katanya mencemaskan kondisi candi yang telah ditetapkan sebagai world heritage sejak 1972 itu.