JUMLAH gas racun yang keluar melalui knalpot mobil, belum lama
ini secara meyakinkan diperagakan Kementerian Urusan Lingkungan
negara bagian Bavaria di Jerman Barat. Gas knalpot satu mobil
disalurkan ke dalam balon raksasa bergaris-tengah 10 m. Setelah
15 jam, ternyata balon itu terisi 523.000 liter gas racun,
terbanyak berupa karbonmonoksida dan nitrogenoksida. Bisa
dibayangkan berapa milyar liter gas racun setiap hari
mencemarkan udara di seluruh dunia.
Selain kedua gas racun itu masih terdapat zat racun lain seperti
berbagai senyawa hidrokarbon dan halida timah hitam. Yang
terakhir ini berasal dari zat Tetraethyllead (TEL) yang
dicampurkan perusahaan minyak pada bensin premium dan super
supaya menaikkan bilangan oktannya. Di Inggris, misalnya, setiap
hari 7000 ton partikel timah hitam memasuki udara, terutama
berasal dari gas knalpot mobil.
Kontroversial
Bulan lalu sejumlah menteri senior kabinet Inggris khusus
bersidang membahas kemungkinan mengurangi jumlah TEL yarg
dimasukkan ke bensin itu. Pembahasan itu didorong sebuah
penemuan Dr. Richard Lansdown dari Rumah Sakit Anak-anak Great
Ormond Street di London dan Dr. William Yule dari Institut
Psikiatri, Universitas London. Kedua peneliti itu menyimpulkan
adanya hubungan antara kadar timah hitam dalam darah dan tingkat
kecerdasan dan kemampuan anak-anak. Menurut mereka, kecerdasan
dan kemampuan sudah terpengaruh negatif walau nilai kadarnya
jauh lebih rendah daripada yang dianggap normal selama ini. Ini
berarti ratusan ribu anak-anak terancam kerusakan pada jaringan
otak akibat kadar timah hitam dalam darah mereka.
Sebetulnya informasi tentang efek negatif yang disebabkan timah
hitam, jika terhirup melalui saluran pernapasan, masih sangat
terbatas. Namun timah hitam di udara diduga menimbulkan gangguan
pada hati, ginjal, dan sistem syaraf, terutama pada jaringan
otak.
Penelitian Dr. Lansdown dan Dr. Yule oleh banyak pihak masih
dinilai kontroversial. Soalnya kedua dokter itu pernah menjadi
anggota suatu tim pemerintah Inggris yang meneliti efek timah
hitam terhadap kesehatan satu tahun lalu. Ketika itu disimpulkan
tidak terdapat bukti meyakinkan adanya hubungan kecerdasan dan
nilai kadar timah hitam (di bawah 35 mikrogram per 100 cc darah)
dalam tubuh penduduk.
Laporan tim pemerintah itu sangat dikritik oleh Wahana
Konservasi Alam di Inggris akhir tahun lalu. Menurut Prof. Derek
Bryce-Smith dari Universitas Reading dan Dr. Robert Stephens
dari Universitas Birmingham, laporan itu sangat mengabaikan
kontribusi larutan timah hitam dalam bensin pada beban timah
hitam seluruhnya yang memasuki tubuh manusia. Mereka memperkuat
dugaan bahwa ada efek pencemaran di bawah nilai 35 mikrogram,
sekalipun dengan gigih dinyatakan tak ada efeknya.
Tim pemerintah ketika itu kurang memperhatikan hasil penelitian
Dr. Herbert Needleman di Amerika Serikat. Needleman dan beberapa
peneliti lain sebelumnya sudah menemukan perbedaan berarti pada
kecerdasan dan perilaku anak-anak dengan kadar timah hitam
rendah dan "normal" dalam tubuh. Nilai IQ rata-rata berbeda
dengan empat sampai lima nilai. Ini saja cukup untuk
melipatgandakan jumlah penduduk yang secara mental terkebelakang
dengan nilai IQ di bawah 70. Juga di Jerman Barat suatu
penelitian yang serupa menemukan hasil yang sama. Bahaya timah
hitam di udara juga ditandaskan oleh berbagai penelitian
terhadap binatang.
Polusi udara oleh kendaraan bermotor di seluruh dunia merupakan
problem, apalagi usaha pencegahannya tidak selalu lancar.
Hambatan utama tentunya karena tersangkut kepentingan demikian
banyak pihak yang saling berbeda. Misalnya di Amerika Serikat
peraturan pencegahan pencemaran oleh kendaraan bermotor ditunda
pelaksanaannya sampai enam kali sejak tahun 1970. Semua itu
karena laktor perhitungan ekonomis. Hingga Presiden Reagan
pekan lalu menghapus 34 pasal dari peraturan pencegahan polusi
udara dan keselamatan kendaraan bermotor. Tentu saja Ralph
Nader, Ketua Lembaga Konsumen AS, yang banyak berperan
melahirkan berbagai peraturan itu, naik pitam. "Penghapusan itu
pasti bakal membunuh banyak orang dan merusakkan kesehatan dan
lingkungan," katanya.
Juga di Indonesia pencemaran udara oleh kendaraan bermotor
cenderung merupakan problem. Terutama di Jakarta saat ini
berkeliaran sekitar 300 ribu sedan, bis dan truk, lebih 400 ribu
motor dan hampir 12 ribu kendaraan beroda tiga. Jumlah ini belum
termasuk kendaraan ABRI dan korps diplomatik. Menurut perkiraan,
70% pencemaran udara di Jakarta berasal dari kendaraan bermotor
itu. Toh keadaan saat ini dinilai belum membahayakan, atau
dianggap masih berada di bawah standar yang ditetapkan sebagai
batas aman.
Sangat Beracun
Perusahaan minyak sengaja menambahkan TEL itu pada bensin supaya
bensin beroktan tinggi. Ini meningkatkan kualitas pembakaran,
sekalipun dengan rasio kompresi tinggi mesin modern, dan
meniadakan bunyi ketokan (knocking). Dalam proses pembakaran
endapan oksida timah hitam diubah lagi menjadi halida timah
hitam yang mudah menguap tapi sangat beracun. Halida ini
tersembur keluar bersama gas lain melalui knalpot. Bensin
premium yang dijual di Indonesia bernilai oktan 87 dan
mengandung larutan TEL maksimal 2,5 ccper gallon (3,8 liter),
sedang super dengan nilai oktan 98, maksimal 3 cc per gallon.
Apa pengaruhnya di Jakarta? Majalah kedokteran Medika (April
1981), memuat suatu laporan penelitian yang dibiayai dana Proyek
Pengembangan Perguruan Tinggi UI. Ia menilai konsentrasi timah
hitam di udara dan konsentrasinya di darah dan air seni penduduk
Jakarta di tiga lokasi. Semua nilai yang diperoleh ternyata
masih di bawah standar yang diperkenankan di Jakarta. Sejak 1979
PPMPL (Pusat Penelitian Masalah Perkotaan dan Lingkungan) DKI,
menetapkan 0,06 mg per m3 konsentrasi timah hitam di udara
sebagai batas tertinggi. Yang dianjurkan ialah nilai 0,02 mg per
m3, misalnya berlaku di Kanada.
Menurut rumus pengubahan dalam berbagai literatur, nilai ini
menghasilkan konsentrasi 24 mikrogram timah hitam dalam 100 cc
darah. Nilainya yang di bawah 35 mikrogram--seperti di Inggris
semula -- masih dianggap normal. Bila di atas 35 mikrogram,
timah hitam sudah mulai menghambat sintesa hemoglobin dalam
darah. Melampaui 80 mikrogram, ia sudah berbahaya.
Dari penelitian PPMPL tahun 1979 angka nilai tertinggi
kosentrasi timah hitam di udara ditemukan di daerah Glodok pada
malam hari, yaitu 0,09 mg per m3. Ini memang di atas standar
0,06 mg yang diperkenankan, tapi menghasilkan konsentrasi dalam
darah sebesar 36 mikrogram per 100 cc, nilai yang tidak terlalu
tinggi.
Penelitian ini juga menilai konsentrasi timah hitam dalam darah
54 sopir dan kenek bis. Diperoleh nilai konsentrasi rata-rata
24,6 mikrogram per 100 cc darah, meski salah satu sopir
menunjukkan nilai konsentrasi sebesar 54,1 mikrogram. Sebagai
kelompok pembanding dinilai 18 siswa yang bersekolah di Pasar
Minggu, daerah pinggiran kota yang dianggap bebas polusi.
Ditemukan nilai rata-rata 14,7 mikrogram per 100 cc darah dengan
nilai tertinggl 22,8 mikrogram. Ini dalam batas aman.
Anehnya menurut penelitian yang dimuat Medika, meski
konsentrasi timah hitam di Pasar Minggu (Ragunan) rendah (0,0028
mg/m3) dibanding 0,022 mg dan 0,026 mg di Jalah Gajah Mada dan
Percetakan Negara, nilai konsentrasi dalam darah penduduk di
Ragunan ternyata sangat tinggi (rata-rata 167,9 mikrogram per
100 cc darah) dan dinilai sudah membahayakan. Para peneliti
menduga bahwa ini disebabkan sumber timah hitam lain seperti
dari makanan atau minuman. Tapi ini memerlukan penelitian lebih
lanjut.
Tak Ada Alasan
Yang menggembirakan saat ini laporan Lansdown-Yule merangsang
kegiatan. Prof. Barbara Clayton dari Universitas Southampton
bersama Dr. Lansdown merencanakan suatu penelitian yang
memperbandingkan secara besar-besaran anak-anak pedesaan dengan
yang di kota. Tingkat pertama, mereka akan meneliti kadar timah
hitam pada 7000 butir gigi susu yang tanggal dari anak-anak di
desa maupun di kota. Sesudah itu mereka akan meneliti secara
mendalam 600 anak-anak dan berusaha menemukan hubungan
sebab-akibat antar kadar timah hitam dan kecerdasan serta
perilaku mereka. Penelitian ini disponsori Kementerian
Lingkungan Inggris.
Menteri Lingkungan Inggris, Michael Heseltine, bersama Menteri
Pelayanan Sosial, Patrick Jenkin sudah lama mengusulkan
meniadakan campuran senyawa timah hitam ke dalam bensin. Pekan
lalu Heseltine memimpin berbagai diskusi soal itu dalam sidang
kabinet.
Hasil sementara mungkin berupa pengurangan jumlah TEL yang boleh
dicampurkan pada bensin -- dari 0,4 gram per liter menjadi 0,15
gram per liter bensin. Berangsur pembatasan TEL ini di Inggris
menjadi penghapusan total dalam jangka empat tahun mendatang.
"Sama sekali tak ada alasan dan argumentasi -- kecuali dari
perusahaan minyak -- untuk tidak menggunakan bensin tanpa TEL
sekarang juga," ujar Bryce-Smith. Menurut dia, keperluan
memasukkan TEL pada bensin suatu penipuan humas terbesar dalam
abad ini. "Sebetulnya jalan mobil lebih lancar tanpa tambahan
TEL karena korosi pada berbagai bagian mesin berkurang," kata
Bryce-Smith.
Memang persoalannya berkisar pada ongkos itu. Membuat bensin
beroktan tinggi di kilang minyak memang mungkin, tapi prosesnya
lebih rumit dan menggunakan minyak mentah lebih banyak.
Penambahan TEL menghasilkan nilai oktan yang tinggi juga tapi
ekonomis lebih ringan. Itu sebabnya Kementerian Energi dan
Kementerian Keuangan Inggris masih menentang gagasan meniadakan
TEL sama sekali dalam bensin.
Bryce-Smith mengakui juga bahwa ongkos membuat bensin tanpa TEL
hingga bernilai oktan 99 lebih tinggi. "Tapi pemilik mobil
beruntung menggunakan bensin tanpa TEL karena ongkos
pemeliharaan bakal turun," katanya. "Tanpa timah hitam, korosi
pada berbagai komponen mesin berkurang."
Inggris kini baru mulai memikirkan produksi bensin tanpa timah
hitam. Jepang dan Amerika Serikat sudah bertahap mengurangi --
akibat peraturan pengendalian polusi -- pemakaian bensin dengan
TEL. Di Jerman Barat dan Australia, pemakaian bensin bebas TEI.
semakin dianjurkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini