NAMA Rembrandt van Rijn mengingatkan pada gambaran seniman yang
klasik -- yang menjelang akhir hidupnya bangkrut, banyak utang
dan kesepian. Pelukis Belanda yang hidup di abad ke-17 itu
tersohor sebagai seniman potret yang luar biasa. Ciri khasnya:
hampir semua karyanya menggambarkan wajah orang dari samping,
agak miring atau agak menunduk. Jarang dari depan.
Tapi sesungguhnya semasa hidupnya ia lebih populer sebagai
grafikus etsa. Teknik grafis yang satu ini, yang cetakannya
dibuat dari lempeng tembaga atau seng yang dilapis lilin atau
sejenisnya dan baru digores jarum etsa untuk membentuk gambar
--memang berkembang di abad ke-17 itu.
Kini ada kesempatan menyaksikan karya-karya asli tersebut --
bukan reproduksi -- 7-28 Mei ini di Pusat Kebudayaan Belanda
Erasmus Huis. Beberapa karya etsa pelukis sezaman, J.B. Jongkind
misalnya, juga menyertainya.
Teknik etsa dalam seni grafis pertama kali dibuat oleh seorang
pelukis Swiss sekitar 1540. Perlahan-lahan jenis ini dikenal --
dan sebagaimana lazimnya barang baru, kemudian menjadi perhatian
khalayak. Toh baru sekian puluh tahun kemudian etsa berkembang
dan digemari. Rembrandt, lahir 15 Juli 1606 di Leiden, dan mulai
bereksperimen dengan etsa pada usia 20-an, wajar bila tertarik
pada media baru ini dan agaknya pun cocok dengan tekniknya.
Seekor Anak Domba
Empat etsa potret dirinya, dibuat 1630, pada usianya yang ke-24,
menunjukkan penguasaan dan ketelatenannya menggoreskan garis.
Dan dalam perkembangan artistiknya seterusnya, ia memang tampak
klop dengan media ini. Kegemarannya membuat kontras gelap terang
(bagian yang terang seperti benar-benar menyala, dan ini membuat
ia dijuluki 'pelukis cahaya'), menjadikan etsanya susah dilawan.
Bayangkan, etsa yang dibentuk segores demi segores itu di tangan
Rembrandt bisa memberi kesan gelap terang dengan pas. Hingga
beberapa rekan mencurigainya -- menyangka ia menggunakan 'obat
rahasia' pada lempeng tembaga atau sengnya.
Seirama dengan zaman seniman besar dari pinggir Sungai Rijn ini
pun banyak memperoleh ide dari kisah dalam Injil. Yang terkenal
serial etsanya tentang suami istri Tobit dan Anna, dan anaknya,
Tobias. Cerita keluarga Yahudi yang menjadi tawanan Assiria
ketika yang belakangan itu menyerang Israel ini sendiri,
menarik.
Tinggal di daerah musuh, Tobit tetap saja menjalankan ibadat,
tetap menolong sesama. Tapi aral tak dapat ditolak. Suatu hari
ketika Tobit sedang menolong seseorang, matanya kena kotoran
burung. Ia pun buta. Tanggungjawab rumah tangga kemudian jatuh
pada Anna, yang bekerja memintal benang.
Suatu hari Anna mendapat hadiah seekor anak domba dari
majikannya. Tobit mengira Anna mencuri. Anna marah, mereka
bertengkar. Kemudian oleh Tobit kejadian itu dianggapnya sebagai
isyarat, bahwa umurnya tak panjang lagi. Kepada anaknya, Tobias,
ia berpesan macam-macam. Antara lain dimintanya ia mencari istri
orang sebangsa, dan dimintanya menagih utang kepada orang Media
(wilayah baratdaya Iran, kini) yang dulu pernah berutang
kepadanya.
Dalam perjalanannya Tobias ditemani seorang lelaki -- yang konon
malaikat. Di tepi Sungai Tigris seekor ikan menyambar Tobias.
Ikan itu ditangkapnya. Oleh temannya Tobias diminta mengambil
jantung, hati dan empedu ikan itu. Sebab, jantung dan hati ikan,
bila dibakar, baunya bisa "mengusir kekuatan jahat". Dan empedu
bisa menyembuhkan kebutaan.
Mereka bertemu Sarah, seorang yang masih gadis meski pernah
menikah tujuh kali. Soalnya, dalam diri gadis itu mendekam
kekuatan jahat yang selalu membunuh suaminya menjelang malam
pertama. Tobias ingin mengambil Sarah sebagai istri. Sampai di
sini akhir cerita sudah bisa ditebak.
Rembrandt, dalam melukiskan cerita ini, memang meyakinkan.
Sebuah etsa 6ertahun 1651 menggambarkan Tobit berjalan dengan
tongkat hendak menyambut kedatangan anaknya. Dengan cermat
Rembrandt memilih bagian yang harus digelapkan atau dibuat
terang, hingga fokus gambar cepat bisa ditangkap. Dan meski
ukuran etsa ini tak begitu besar, ekspresi Tobias yang buta
terasakan. Agaknya ini pun termasuk kekuatan Rembrandt
bagaimanapun ukuran gambar ia tetap mampu menampilkan ekspresi
wajah yang diinginkan.
Anak Kecil, Anjing Kecil
Masih etsa tentang Tobit, dibuat 1641, melukiskan kepergian
teman berjalan Tobias, sang malaikat, setelah keluarga Yahudi
ini kembali mengalami kebahagiaan Tobit bisa melihat lagi berkat
empedu ikan, dan Tobias selamat menikahi Sarah berkat jantung
dan hati ikan tadi.
Dalam karya itu sang malaikat telah terbang -- hanya
diperlihatkan kakinya yang menggantung. Sementara Tobias, dengan
kedua tangan di dada, mengucapkan terima kasih. Dan sesungguhnya
baru saat itulah ia tahu bahwa teman berjalannya adalah malaikat
pelindung. Sebuah peti menggeletak di sudut kanan bawah.
Tentulah itu dimaksud Rembrandt sebagai harta yang akan
dibayarkan kepada teman berjalan anaknya, yang telah menolong
keluarganya.
Tapi yang paling menarik adalah ekspresi Anna di situ: kedua
tangannya terangkat sebatas pinggang, kepalanya menengok ke arah
malaikat terbang, seperti tak percaya semua yang telah terjadi.
Tobit sendiri, sebagai orang saleh seumur hidup, memang wajar
kalau menjadi yang paling tenang. Ia berlutut mengucapkan
syukur, lebih kepada yang Maha Kuasa daripada kepada si
malaikat, agaknya. Dan fokus etsa Rembrandt ini memang pada
keluarga itu-bukan malaikat.
Dalam menangkap kehidupan seharihari, agaknya Rembrandt cukup
cermat pula. Seniman yang konon menderita di akhir hidupnya itu
ternyata cukup jeli menangkap hal-hal yang lucu. Lihat misalnya
Wanita Pembuat Kue, 1635. Meski fokus etsa ini tentu saja pada
si wanita, digambarkannya seorang anak kecil yang sedang makan
kue dan seekor anjing kecil yang mencoba meminta kue itu dari si
anak, menjadikan etsa ini hidup.
Juga dalam etsa pemandangannya, seperti juga lukisannya. Bukan
pemandangan yang mati tentu ada makhluk hidup yang
dimunculkannya. Sementara Tiga Pohon, yang dibuatnya tahun 1643,
memang jelas-jelas menggambarkan tiga pohon. Tapi di kejauhan
tak susah dilihat sebuah gerobak ditarik kuda, sapi-sapi yang
berkeliaran, orang sedang mengail -- dan seorang pelukis sedang
membuat sketsa.
Rembrandt agaknya memang mencintai kehidupan yang nyata. Itulah
mengapa ia suka mengejek karya Zaman Renaisans, yang melukiskan
manusia dengan anatomi dan proporsi yang sangat ideal. Bagi
Rembrandt, bentuk ideal jauh dari kenyataan -- karenanya
merupakan kebohongan. Etsa dan lukisan wanita telanjang
Rembrandt memang biasanya tak menyuguhkan bentuk yang mengajak
orang bermimpi. Tubuh yang digambarkan hampir selalu tubuh
gembrot, dengan perut bak orang sedang hamil dan paha yang
mengesankan si empunya tak pernah bergerak. Tapi menurut
Rembrandt, begitulah wanita Belanda sebetulnya.
Ada satu hal menarik dalam karya yang bernapaskan keagamaan.
Rembrandt lebih menekankan suasana daripada, cerita. Mungkin ini
yang menyebabkan seorang kritikus di zamannya menyebutnya
pelukis yang paling berhasil melukiskan sekumpulan orang sebagai
satu kesatuan -- dan bukan gambar satu demi satu orang yang
dikumpulkan pada satu kanvas. Misalnya dalam Tiga Salib. Dengan
gampang bisa dilihat, mes ki fokus etsa pada Yesus di tiang
salib, suasana keseluruhan tetap yang pertama tampil. Dunia
menjadi gelap ketika Yesus dipakukan ke palang, itulah yang
hendak digambarkannya.
Penjaga Malam
Pula, dalam karya Penjaga Malam, bukan etsa tapi lukisan,
kesatuan lebih dipentingkan. Karya yang termasuk masa akhir
Rembrandt ini, 1642, konon membuat marah para modelnya. Memang
bisa dipahami -- kalau benar. Di situ bukan saja perorangan
menjadi tidak penting, tapi suasana yang digambarkan adalah
suasana urakan.
Tambahan lagi Rembrandt sangat tanggap terhadap segala yang
menimpanya. Seorang gadis kecil yang muncul di antara
'orang-orang kasar' itu, sebetulnya wajah istrinya, Saskia, yang
meninggal waktu lukisan itu dalam penyelesaian. Dan lukisan ini
pula yang menjadikan nama Rembrandt kembali diperbincangkan
sekitar lima tahun lewat -- ketika seorang yang dinyatakan sakit
jiwa menyayat robek lukisan yang digantungkan di ruang khusus
Rijksmuseum, Amsterdam. Entah misteri apa yang ada di situ.
Tapi benarkah jagoan etsa ini, yang paling sedikit telah membuat
90 karya potret diri, menderita pada akhir hidupnya? Benarkah
gunjingan sejumlah orang: karena kegagalan lukisan Penjaga Malam
yang terkenal, ia menjadi bangkrut dan dijauhi orang? Bahkan,
kata orang, karena kepepet, ia pernah menjadi model bekas
muridnya?
Barangkali kematian istrinya yang sangat dicintainyalah yang
membuatnya menarik diri dari khalayak -- dan ini yang
menimbulkan berbagai gunjingan. Seorang penulis Prancis tak
terkenal pernah mewawancarainya di masa itu. Tapi tak terungkap
sepenuhnya mengapa Rembrandt menjadi surut. Dikatakan misalnya,
ia suka membersihkan kuas cat dengan baju yang dipakainya. Hanya
saja, sebuah jawaban dari seniman yang hanya punya seorang anak
dari istri yang sah -- dan seorang lagi dari pembantu yang suka
dijadikannya model - mungkin bisa dijadikan kunci. "Jika saya
hendak hidup tenang, saya tidak mencari pujian, tapi kebebasan,"
katanya.
Ia yang meninggal dengan tenang pada 4 Oktober 1669, agaknya
memang seniman besar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini