Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Ayo Tanam Pisang !

Jakarta masih membutuhkan banyak pohon rindang yang dapat menjadi peneduh & penjaring oksida dari manusia, kanlpot & cerobong pabrik,menjadi zat asam. Juga pisang yang dapat menyimpan banyak air.

9 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMARAU kembali mencekam Ibukota. Termometer hampir tiap hari bertengger di sekitar 30ø C. Pada saat-saat begini para penduduk Ibukota kembali merindukan pepohonan rindang. Memenuhi hajat penduduk Jakarta itu, Dinas Pertamanan DKI yang dibentuk 7 tahun lalu memang tak sedikit kerjanya. Sudah 30 ribu batang pohon berbagai jenis dibagikan pada penduduk yang berminat secara gratis. Sedang DKI sendiri, dalam Pelita yang lalu telah menghijaukan 731 Ha taman. Maka H.A. Djaelani, Kepala Dinas Pertamanan DKI 1« tahun yang lalu berbangga: "Jakarta 4ø C lebih dingin dan Surabaya". Kalau dilihat dari target Dinas Pertamanan DKI, gerakan penghijauan ini sebenarnya masih jauh dari sasaran. Menurut taksiran lembaga itu, kawasan hutan DKI kini tinggal 2% saja dari seluruh luas wilayah Ibukota. Padahal untuk metropolitan seluas hampir 60 ribu Ha itu (belum termasuk perluasan Jabotabek), akan sehat sekali bila hutan dan taman sekurang-kurangnya seluas 24 ribu Ha, atau 213 dari seluruh luas daerah khusus Ibukota. Angsana Kampanye penghnijauan Dinas Pertamanan DKI sendiri hanya menganjurkan penanaman pohon peneduh yang tahan sampai 40 tahun, lekas besar dan rindang daunnya. Angsana, akasia, flamboyan dan mahoni misalnya, memenuhi satu atau lebih dari persyaratan itu. Jenis itulah yang ditanarn oleh DKI sendiri di tempat-tempat umum. Juga dibagi-bagikan bibitnya dengan gratis pada penduduk yang berminat. Penanaman pohon buah atau belukar yang bisa menghasilkan uang, seperti cengkeh misalnya, dianjurkan untuk diusahakan oleh penduduk sendiri. Namun tentunya memperbanyak pohon peneduh semata-mata tidak akan banyak menurunkan suhu udara di kota yang padat manusia, mobil, motor dan pabrik ini. Sebab dalam kaitan lingkungan yang harmonis dan sedap untuk dihuni, semua jenis tanaman berdaun atau berbutir-hijau-daun (chlorophyll) adalah "tanaman peneduh". Populasi tanaman hijau yang seimbang dengan populasi manusia + pabrik + kendaraan bermotor di kota-kota besar akan memungkinkan penyaringan oksida-oksida arang (CO dan CO2) yang keluar dari paru-paru manusia + knalpot + cerobong pabrik menjadi zat asam (02) kembali. Sebaliknya, tanpa populasi yang seimbang, tanamanpun bisa tercekik karena terlalu banyak asam arang. Sedang akumulasi gas-gas pencemar itu di atmosfir kota akan berfungsi sebagai filter sinar matahari yang satu arah. Artinya, sinar matahari pembawa panas itu bisa lolos ke muka bumi, tapi tidak bisa dipantulkan kembali ke alam bebas. Gejala ini, yang dikenal sebagai "efek rumah kaca" (greenhouse effect) membuat udara kota-kota metropolitan -- juga di negeri-negeri Barat yang dingin -- lebih panas dari pada temperatur rata-rata. Tapi sementara itu ada manfaat lain dari tanaman selain 'peneduh'. Misalnya sebagai sumber protein nabati, seperti pohon saga yang dapat ditanam di pekarangan rumah. Atau sebagai sumber obat-obatan rakyat, dalam rangka swadaya kesehatan rakyat yang mustahil dapat dibebankan pada pabrik-pabrik obat modern beserta balatentara dokter dan susternya. Pohon pisang misalnya, menurut majalah pertanian Trubus, Januari 1976, adalah tanaman rakyat yang serba bermanfaat. Karena daya serap air melalui akar dan daya simpan air dalam seluruh tubuh dan pelepah daunnya begitu tinggl, tanaman ini baik ditanam dekat comberan. Sekaligus mengurangi genangan air kotor yang mengundang bersarangnya bibit-bibit nyamuk malaria dan demam berdarah. Terutama jenis pisang ambon (Musa paridisiaca normalis) yang panjang akarnya bisa mencapai 5 meter, buahnya pun sangat rimbun dan lezat. Selain untuk sumber vitamin A dan karbo-hidrat, pisang juga merupakan tanaman obat. Air daun pisang muda bisa dijadikan obat mata. Daun mudanya sendiri dapat mengempeskan bisul. Sedang getah bonggol pisang dapat dijadikan obat disentri, ambeien dan penghenti pendarahan waktu bersalin. Getah daun maupun batangnya dapat dijadikan pengganti mercurochroom (obat merah), sedang abunya dapat dijadikan shampoo bagi wanita dan pemuda gondrong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus