Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Tidak Cuma Berita Golkar

Kantor berita antara berusaha netral dalam memberitakan kegiatan kampanye pemilu 1977. pembenahan di segala bidang, memang, giat dilakukan ismail saleh.

9 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

YOGYAKARTA 28/3. Untuk pertama kalinya alun-alun utara Yogyakarta digunakan kampanye oleh Partai Persatuan Pembangunan hari Minggu lalu, dihadiri puluhan ribu massa yang datang dari kabupaten-kabupaten/kodya didahului pawai kendaraan bermotor yang memenuhi jalan-jalan utama kota Yogyakarta . . . Berita itu bukan terdapat di harian Pelita, organ Partai Persatuan Pembangunan. Melainkan di buletin Antara. Dan dengan demikian terbukti, bahwa Antara menyambut saran Pj. Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin agar tidak hanya memberitakan kampanye Colkar saja. Di bawah Ismail Saleh SH, yang dikenal tidak asing dengan perbedaan pendapat, sikap demikian memang bisa diharapkan. Dan agaknya ini adalah sebagian dari proses perubahan yang sedang berlangsung di Antara, sejak Ismail Saleh memimpin kantor berita ini 21 Juli 1976. Ismail Saleh sendiri mengatakan waktu itu, sebagaimana dicatat D.S. Karma dari TEMPO: "Pelantikan saya ini tidak ada hubungannya dengan pemilu". Ia nampaknya ingin membantah kesan, bahwa pengangkatannya di Antara adalah untuk mengamankan kampanye Gollcar dalam pemilu 1977 ini. Ismail Saleh, Brigadir Jenderal TNI-AD, kelahiran Pati (Jawa Tengah) 51 tahun yang lalu, memang bukan tipe juru kampanye. Ia administrator yang terkenal karena termasuk dalam tim yang membereskan cara manajemen Pertamina (bersama Piet Haryono dan Hasnan Habib). Terakhir pejabat yang sehari-harinya Wakil Sekretaris Kabinet ini iuga termasuk tim pengusutan perkara kapal tanki Pertamina, bersama Mayjen Benny Murdhani dan Jaksa Agung Ali Said. Copot Satu Maka tak lama ia memimpin Antara, perubahan segera terjadi. Peralatan kantor segera diperbaiki. "Saya melihat ada anggota redaksi yang duduk di atas kursi yang kakinya sudah copot satu", katanya - setengah prihatin setengah kagum akan ketahanan para wartawan kantor berita yang hampir berumur 40 tahun itu. Bersama hilangnya kursi rusak, wajah buletin Antara menjadi bagus betul, dengan mesin tik IBM. Tak berarti banyak masalah Antara jadi beres setelah itu. Selama 12 tahun terakhir, dalam kata-kata seorang wartawannya, kantor berita ini hidup "seperti ayam kampung". Artinya, harus cari makan sendiri, tetapi kalau bertelor harus di kandang. Artinya, kantor berita ini dikuasai pemerintah, tapi tidak diberi subsidi. Departemen Penerangan memang telah membantu sejumlah uang yang oleh pihak Antara dianggap sebagai pembayaran atas pemakaian berita RRI dan TVRI. Masalahnya tentu sejauh mana Antara dapat menerima subsidi besar dari pemerintah (misalnya 85% dari anggaran per tahun, seperti kantor berita Bernama di Malaysia). Secara resmi sebenarnya ia bukan alat pemerintah. Kantor berita ini di akhir 1937 didirikan oleh orang-orang swasta - Sipahutar, Pandu Kartawiguna, Mr. Sumanang, Adam Malik Batubara (kini Menteri Luar Negeri) dan Sanusi Pane. Tapi di zaman Sukarno, dengan demokrasi terpimpinnya, sejak 1962 pimpinan tertinggi Antara adalah presiden. Pimpinan sehari-hari diangkat oleh Presiden. Penunjukan Ismail Saleh oleh Presiden Soeharto merupakan kelanjutan dari ketentuan tahun 1962 itu. Sampai kini memang belum dirumuskan kembali bagaimana hubungan antara pemerintah dengan Antara. Tentunya karena sistim politik yang berbeda, akan lain posisinya dari kantor berita resmi negeri komunis macam Tass. Di sini, dengan pengertian bahwa bantuan pemerintah adalah bantuan dari semua pihak - katakanlah pembayar pajak - maka bisa diartikan Antara memang milik semua. Dari segi bisnis, sikap itu juga bisa dianggap menguntungkan. Umumnya kini yang menggunakan Antara adalah koran daerah yang kecil-kecil. Menurut sebuah surnber di kantor berita itu, ketergantungan koran Jakarta terhadap Antara di bawah 5. Harian ompas yang terbesar oplahnya di Indonesia (di atas 200.000) paling sedikit menggantungkan diri pada sumber Antara. Kalau kantor berita ini kemudian tampil sebagai pemberi berita yang benar-benar berwibawa, seperti pernah diharapkan Menteri Penerangan Mashuri, peranan Antara dapat lebih penting. Dan penghasilan lebih banyak. Dengan demikian gaji para karyawannya yang selama ini "belum menggembirakan" (menurut pengakuan orang dalam sendiri gaji tertinggi adalah Rp 120.000), bisa diperbaiki. Tak kurang penting ialah tertutupnya biaya penerbitan - yang kini makin mahal dengan penggunaan mesin IBM.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus