KONPERENSI pers biasanya diadakan terbuka. Penyelenggaranya
bahkan mengharapkan banyak wartawan hadir lebih-lebih kalau
tujuannya mau mengimbangi keterangan lawan. Ternyata tak selalu
demikian. Pekan lalu terjadi pertemuan antara Menteri
Perdagangan Radius Prawiro dan Menteri Penertiban Aparatur
Negara JB Sumarlin dengan 7 wartawan, yang mewakili pers luar
negeri. Topik yang dibicarakan ialah Bruce Rappaport lawan
Pertamina dalam soal tanker.
"Belum pernah selama ini kedua Menteri itu mau berbicara dengan
kami", kata seorang reporter. Rekannya memberi komentar: "Memang
unik, karena undangan terbatas sekali. Tak semua mereka yang
mewakili pers asing diundang. Pers Jepang kelihatan sengaja
disingkirkan". Di antara ketujuh wartawan yang beruntung hadir
di konperensi itu, hanya satu yang berbangsa Indonesia. Dia,
mewakili kantor berita AS diundang pada saat terakhir - hingga
nyaris ada kesan bahwa konperensi itu semula dikhususkan untuk
WNA saja.
"Saya juga diundang saat terakhir via telepon ketika saya sudah
mau tidur" kata seorang dari pers Australia. Kemudian dia
melaporkan untuk korannya bahwa ini adalah "konperensi pers
mereka (kedua Menteri itu -- Red.) yang pertama sejak sengketa
(Rappaport) ini dimulai 18 bulan lalu".
Sementara itu terdengar desas-desus bahwa Peter Hadock, seorang
konsultan humas, yang sedikit banyak punya saham dalam
penyelenggaraan konperensi itu, telah main pilih kasih. Hadock
membantah. "Saya sudah beri semua nama orang dari pers asing",
katanya pada seoran rekan.
Tinggal Di Rumah
Ternyata John Cardenzana, dari Hill and Knowlton Inc, perusahaan
AS terbesar di bidang humas, yang menyelenggarakan konperensi
pers kedua pejabat penting di atas. Cardenzana, berkedudukan di
Hongkong, memilih nama dari daftar yang disodorkan Hadock,
warganegara Australia yang mewakili Hili di Jakarta. Perusahaan
itu bertindak, menurut suatu siaran, sebagai "suatu agen RI yang
dipakai untuk menyediakan nasihat dan bantuan hubungan
masyarakat".
Kasus RI lawan Rappaport belakangan ini menjadi makin menarik
perhatian dunia luar sesudah bekas Dirut Ibnu Sutowo "diminta
untuk tinggal di rumah" (TEMPO, 2 April). Maka pihak Hill
menasehatkan supaya kedua Menteri yang menangani urusan ini,
dalam membina hubungan baik dengan pers asing, mengadakan
pertemuan pers tersebut.
Dalam menjual jasa humas, perusahaan Hill bersaing keras dengan
Burson Marsteller Public Relations, yang juga besar dan
mempunyai banyak afiliasi. Suatu siaran pers untuk kliennya,
yang sampai ke redaksi TEMPO, jelas bernada memukul Pertamina.
Tidak diketahui persis apakah Burson juga menjual jasa untuk
Rappaport.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini