Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan aktivitas Gunung Marapi di Sumatera Barat sedang meningkat, khususnya selama dua pekan terakhir. Kepala Badan Geologi Muhammad Wafid mengatakan ada tiga erupsi alias gempa letusan yang tercatat sepanjang periode tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Data kegempaannya didominasi oleh gempa tektonik jauh,” katanya melalui keterangan resmi pada Ahad, 5 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam kurun waktu yang sama, Badan Geologi juga mencatat 21 kali gempa hembusan, serta, 5 kali gempa vulkanik dangkal, 17 gempa vulkanik dalam, 30 kali gempa tektonik lokal, 52 kali gempa tektonik jauh, serta tremor menerus dengan amplitudo 0,5 milimeter.
Berdasarkan pengamatan visual, Wafid menyebut aktivitas Gunung Marapi masih fluktuatif, namun frekuensi aktivitas vulkaniknya lebih tinggi dibanding periode dua pekan sebelumnya atau pertengahan Desember 2024.
Selama dua pekan terakhir, Badan Geologi mencatat peningkatan pada nilai variasi kecepatan seismik Gunung Marapi. Dari hasil interpretasi tim, fenomena ini mengindikasikan penurunan tekanan dalam tubuh gunung. Nilai koherensi Gunung Marapi juga menunjukkan bahwa kondisi kestabilan medium bawah permukaannya masih terganggu.
Data deformasi tiltmeter, Wafid meneruskan, saat ini cenderung mendatar. Namun, dalam jangka panjang, data tersebut menunjukkan kecenderungan deflasi atau pengempisan pada tubuh gunung api. Laju emisi (fluks) gas SO2 Gunung Marapi dari satelit Sentinel jarang terdeteksi. Merujuk catatan tim pada 28 Desember 2024, lajunya berkisar 7 ton per hari.
“Laju emisi gas ini tergolong sangat rendah yang mencerminkan aktivitas Gunung Marapi saat ini dominan berupa degassing ataupun pelepasan gas," tutur Wafid.
Wafid mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap aktivitas terbaru Gunung Marapi. Meskipun potensi letusan besar seperti yang terjadi pada Desember 2023 berkurang, tetap ada risiko erupsi. Pada 4 Januari 2025, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melaporkan Gunung Marapi meletus dan memuntahkan abu setinggi 1.000 meter.
"Pendaki, pengunjung, dan wisatawan diimbau untuk tidak memasuki atau melakukan aktivitas di dalam radius 3 kilometer dari pusat erupsi Kawah Verbeek,” ujarnya.
Pilihan Editor: HMPV Kemungkinan Hasil Evolusi Virus Unggas, Mantan Direktur WHO: Merebak Akibat Musim Dingin