Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Muhammad Wafid mengatakan, terjadi erupsi freatik di Kawah Sileri di dalam kompleks Gunung Dieng pada Senin, 18 Desember 2024, pukul 15.12.32 WIB. “Erupsi ini terekam di seismograf digital dengan durasi gempa sekitar 200 detik dan amplitudo maksimum 42.7 mm,” kata dia dikutip dari keterangannya, Selasa, 18 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Wafid mengatakan, erupsi freatik Kawah Sileri tersebut melontarkan lumpur dengan sebaran ke arah utara sampai timur sejauh kurang lebih 100 meter, ke arah barat dengan jarak kurang lebih 25 meter, dan ke arah selatan sekitar 10 meter. “Seperti halnya karakter dari suatu erupsi freatik, erupsi ini tidak didahului oleh tanda-tanda peningkatan aktivitas vulkanik yang signifikan baik secara visual maupun instrumental (kegempaan dan/atau geokimia) sebelum terjadinya erupsi karena sumber tekanan yang sangat dangkal,” kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pantauan suhu air Kawah Sileri saat terjadinya erupsi sekitar 68,3 derajat Celsius. Pasca erupsi, sensor suhu yang dipasang di kawah tersebut masih berfungsi normal. Hingga pukul 18.00 WIB pasca erupsi, tidak terjadi peningkatan kegempaan, tidak terjadi peningkatan visual asap kawah yang masih teramati seperti sebelumnya dengan tinggi kurang lebih 40 meter. “Konsentrasi gas vulkanik beracun diperkirakan tidak meningkat yang ditandai dengan masih hidupnya serangga dan vegetasi di sekitar kawah,” kata Wafid.
Wafid mengatakan, pengamanan di lokasi kejadian letusan freatik Kawah Sileri sudah dilakukan bekerja sama dengan relawan, masyarakat setempat, serta pengelola waterboom yang berada di sekitar kawah tersebut. Petugas Pos Pengmatan Gunung Dieng juga telah melakukan pemeriksaan gas di sekitar kawah untuk memastikan konsentrasi gas masih berada di ambang batas nomral. “Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi melalui Pos Pengamatan G. Dieng telah mengimbau kepada masyarakat sekitar Kawah Sileri agar tetap tenang, tidak perlu ada pengungsian, dan tidak terpancing isu yang tidak jelas sumber beritanya,” kata Wafid.
Badan Geologi, kata Wafid, masih mempertahankan status aktivitas Gunung Dieng berada dalam status Level I atau Normal. “Berdasarkan sejarahnya yang cukup sering terjadi erupsi freatik di kawah-kawah kompleks Gunung Dieng maka pada tingkat aktivitas Level I (Normal) masih berpotensi terjadi erupsi freatik (semburan lumpur) di beberapa kawah G. Dieng secara tiba-tiba tanpa didahului oleh tanda-tanda peningkatan aktivitas vulkanik,” kata dia
Wafid mengatakan, potensi terjadinya letusan freatik dapat meningkat di musim hujan. “Terlebih pada saat musim penghujan seperti saat ini dapat meningkatkan fasa uap dalam sistem hidrotermal yang berpotensi menyebabkan erupsi (freatik) dan meningkatkan konsentrasi gas-gas vulkanik beracun terutama gas CO2, SO2, dan H2S di beberapa kawah hingga melebihi batas ambang normal yang dapat berdampak bagi kesehatan dan keselamatan jiwa,” kata dia.
Badan Geologi meminta masyarakat agar tetap mematuhi rekomendasi daerah bahaya untuk status aktivitas Level I atau Normal di Gunung Dieng. Antara lain, masyarakat dan pengunjung atau wisatawan diminta tidak mendekat dalam radius 500 meter dari pusat Kawah Sileri dan tidak diperbolehkan bermalam di sekitar kawah. Masyarakat dan pengunjung atau wisatawan juga diminta tidak memasuki kawah-kawah lainnya di kompleks Gunung Dieng karena berpotensi terjadi erupsi freatik serta memiliki konsentrasi gas tinggi yang berbahaya. “Masyarakat dan pengunjung/wisatawan agar tidak memasuki Kawah Timbang dan juga agar waspada saat melakukan penggalian tanah di sekitarnya karena berpotensi terancam gas CO2 beracun,” kata Wafid.
Badan Geologi mencatat erupsi freatik relatif sering terjadi di dataran tinggi Dieng. Dalam lima tahun terakhir tercatat pernah terjadi erupsi freatik di Kawah Pagerkandang pada 14 Januari 2019, peningkatan konsentrasi dan aliran gas CO2 di Kawah Timbang pada 15 April 2020 dan 16 Januari 2023, erupsi freatik di Kawah Sileri pada 29 April 2021 dengan lontaran lumpur dalam radius kurang dari 500 meter, serta erupsi freatik di Kawah Siglagah. Pada 30 Juli 2021 juga ada semburan lumpur dalam radius kurang dari 10 meter yang disertai dengan suara dentuman yang terdengar hingga jarak 100 meter.