Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Berita Tempo Plus

Trenggalek Cemas Tambang Emas

Warga Trenggalek cemas masuknya perusahaan tambang emas akan merusak lingkungan. Akan mengusirnya.

3 September 2022 | 00.00 WIB

Poster tolak tambang emas dipasang di halaman Pendopo Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, 3 September 2022. Tempo/Sunudyantoro
Perbesar
Poster tolak tambang emas dipasang di halaman Pendopo Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, 3 September 2022. Tempo/Sunudyantoro

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Aliansi Rakyat Trenggalek—kelompok masyarakat yang terdiri atas pemuda, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi keagamaan—gencar menyuarakan penolakan terhadap tambang emas PT Sumber Mineral Nusantara di Trenggalek.

  • Komunitas pemuda Desa Ngadimulyo menolak tambang emas di kawasan karst yang saat ini menjadi sumber air bersih penduduk dan dimanfaatkan untuk bertani.

  • Gerakan Pemuda Ansor dan Pemuda Muhammadiyah Trenggalek juga masuk barisan penolak tambang emas ini

ARIS Prasetyo, 25 tahun, cekatan bersepeda motor di atas licinnya lintasan sempit di kawasan Dukuh Jerambah, Dusun Buluroto, Desa Ngadimulyo, Kecamatan Kampak, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Di tengah gerimis dan kabut yang membasahi kawasan hutan di sana, Aris menyelinap ke lahan yang ditumbuhi semak dan kapulaga pada Selasa, 30 Agustus lalu. Kemudian ia menunjukkan pal semen berdiameter 30 sentimeter dengan tinggi hampir sama dengan penampangnya. Aris teringat, bersama setidaknya sepuluh orang lain, ia dulu menggarap pengeboran eksplorasi tambang emas milik PT Sumber Mineral Nusantara (SMN). Sekitar sebulan mereka menyelesaikan pengeboran itu. “Kami bekerja 24 jam, ada giliran kerja tiap delapan jam,” kata Aris kepada Tempo yang mengikutinya.

Titik pelubangan bumi ini adalah satu dari 18 titik pengeboran yang digarap SMN pada Mei 2016. Bersamaan dengan pengeboran, SMN melakukan pemetaan geologi semidetail, survei magnetik bumi, dan pengambilan contoh tanah. SMN memasukkan Dusun Buluroto ke satu paket lokasi geologis Sentul-Buluroto meski secara administrasi Dusun Sentul masuk wilayah Desa Karangrejo, masih di Kecamatan Kampak.

Selain di Sentul-Buluroto, juga Jerambah, SMN melakukan eksplorasi di tujuh lokasi prospek: Singgahan, Torongan, Ngerdani, Bogoran, Timahan, Sumberbening, dan Dalang Turu. Selanjutnya, SMN mengajukan permohonan izin usaha pertambangan seluas 12.833,57 hektare atau hampir 10 persen dari wilayah Kabupaten Trenggalek yang memiliki luas 126.140 hektare.

Sebagian besar area inti rencana tambang emas ini berupa kawasan lindung, permukiman, dan ekosistem karst pada ketinggian 400-500-an meter di atas permukaan laut. Tak jauh dari titik pengeboran, masih di Buluroto, berdiri Bukit Jayengkusuma. Pada saat cuaca cerah, dari pucuk bukit ini orang bisa melihat keindahan Pantai Prigi, Pantai Blado Munjungan, bahkan wilayah Kabupaten Tulungagung.

Mendatangi lokasi yang berjarak 24 kilometer dari jantung Kabupaten Trenggalek itu, Aris ditemani Dian Eko Prasetyo, 38 tahun. Dian adalah warga Desa Ngadimulyo yang bersemangat menyuarakan penolakan terhadap tambang. Ia aktif di kegiatan Aliansi Rakyat Trenggalek, kelompok masyarakat yang terdiri atas pemuda, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi keagamaan yang gencar menyuarakan penolakan terhadap tambang emas. Di tengah gencarnya SMN mengambil hati warga Ngadimulyo dan Karangrejo, Dian bergerak baik secara senyap maupun terbuka.

Bersama komunitas pemuda desanya, Dian rajin mendekati warga untuk memberitahukan bahaya tambang emas bagi manusia dan lingkungan hidup. Ia mengungkapkan, mata air yang saat ini menjadi sumber air bersih penduduk, dan dimanfaatkan untuk bertani, akan hilang jika bumi di situ dikeruk demi tambang.

Dari ketinggian bukit di Buluroto, Dian menunjukkan lembah berkabut di selatan Gunung Manikoro. Dari situlah aliran air Sungai Tawing bermula, yang kemudian mengaliri sawah-sawah penghasil padi dan palawija di Kecamatan Kampak, Gandusari, Pogalan, Durenan, hingga wilayah kabupaten sebelah, Tulungagung. “Kita bisa hidup tanpa emas, tapi enggak bisa hidup tanpa air,” tutur Dian.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Sunu Dyantoro

Memulai karier di Tempo sebagai koresponden Surabaya. Alumnus hubungan internasional Universitas Gadjah Mada ini menjadi penanggung jawab rubrik Wawancara dan Investigasi. Ia pernah meraih Anugerah Adiwarta 2011 dan 2102.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus