Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tumpukan batako itu memenuhi bagian belakang rumah Juminta. Sepintas tak ada yang istimewa, hanya batako, material biasa untuk pelengkap bahan bangunan. Namun, jika dipandang lekat-lekat, material milik Juminta itu sedikit lebih kasar dibanding yang biasanya. ”Bahannya adalah lumpur selokan,” ucap pria 25 tahun itu.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo