Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
LIMA ratusan pendukung tegang menunggu pernyataan Adang Daradjatun. Pada Rabu sore pekan lalu, di rumahnya di Cipete, Jakarta Selatan, calon gubernur yang diusung Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini memberikan siaran pers. "Siapa pun yang menang akan saya hargai," kata Adang tenang.
Seorang pria separuh baya yang berdiri di belakangnya berbisik," Pak, jangan lupa senyum." Pria muda ini bicara tanpa ekspresi. Adang lalu melebarkan senyum. Wajahnya cerah.
Tukang bisik itu adalah Irfan Wahid, petinggi Fastcomm, sebuah lembaga konsultan kampanye pasangan Adang Daradjatun dan Dani Anwar. Irfan adalah salah satu anggota Dewan Pakar PKS dan konsultan sejumlah perusahaan.
Fastcomm didirikan pada September 2006 untuk membantu kampanye Adang. Target awal, "Adang harus menjadi idola baru Jakarta," kata Irfan.
Tim ini juga mengatur warna baju, celana, sepatu, cara bicara, senyum, dan air muka. Setelan model si Pitung, jagoan Betawi tempo dulu, dipakai Adang dan Dani atas saran Fastcomm.
Agar cara bicara bekas Wakil Kepala Kepolisian Republik Indonesia lebih lunak, tim ini menyewa sejumlah artis sinetron. Salah satunya, kata Irfan, adalah Didi Petet, pemeran Kabayan dalam sinetron Si Kabayan. Didi membantu mengatur mimik Adang tatkala berbicara. Kalau sudah begini, Adang pasrah bongkokan pada nasihat timnya.
Dalam sebuah syuting iklan di lantai empat Hotel Sari Pan Pacific dua pekan lalu, Adang misalnya harus menyampaikan ucapan terima kasih kepada warga Jakarta karena telah membantu dia selama kampanye. Adang harus memulai iklan ini dengan kalimat," Warga Jakarta yang saya cintai."
Disorot lampu kamera yang benderang, Adang berkali-kali berusaha menghafal kalimat itu. Lalu, "Oke, saya siap," kata Adang. Kamera pun menyala. "Tiga, dua, satu," Irfan memberikan aba-aba.
Sembari menatap tajam ke kamera, Adang berkata tegas," Warga Jakarta yang saya cintai." Tiba-tiba Irfan menyela, "Bapak kurang senyum. Ulangi. Tiga, dua, satu...."
Adang pun mengulangi lagi. Tapi Irfan kembali memotong, "Senyumnya terlalu lebar. Ulangi. Tiga, dua, satu." Adang tak putus asa, dicoba lagi. Namun lagi-lagi Irfan menyela, "Masih seperti suara polisi, Pak." Adang memulai lagi. Kali ini sukses. "Wow..., bagus sekali," kata Irfan.
Fauzi Bowo tak mau kalah, ia juga menyewa konsultan. Sejak April lalu tim Fauzi menyewa Hotline Advertising dan Fortune Public Relation. Hotline pernah menangani pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla pada Pemilu 2004.
Dalam pemilihan Gubernur DKI kali ini, Hotline bertanggung jawab menjaga citra Fauzi Bowo. Tim ini, kata Subiakto Priosoedarsono, Presiden Direktur Hotline, melatih Fauzi berdebat dan menyiapkan materi kampanye.
Adapun Fortune mengatur bagaimana Fauzi harus berhubungan dengan massa partai pendukung. Tim Hotline menamai strateginya dengan "makan malam lengkap".
Jauh sebelum masa kampanye, Hotline berusaha meningkatkan popularitas Fauzi. "Misalnya, kami memakai Rano Karno," kata Subiakto. Acara sebelum masa kampanye ini disebut "menu pembuka".
Nah, "menu utama"-nya adalah materi pokok yang disiapkan untuk kampanye. Tim ini hati-hati memilih isu agar tidak menyerang pemerintahan sekarang, mengingat sebelum pemilihan kepala daerah Fauzi adalah wakil gubernur.
Pada masa tenang, yang disebut Subiakto "menu penutup", disiapkan materi ringan. Di antaranya, dengan mempopulerkan slogan "coblos kumisnya". Karena itu, sehari menjelang pemilihan, Hotline mengatur agar Fauzi makan siang di warung makan Soto Pak Kumis di Jalan Blora, Jakarta Pusat. "Ini untuk semakin melekatkan image kumis pada Bang Fauzi," tuturnya.
Fortune kebagian menggarap partai. Mereka juga menyiapkan slogan yang cocok untuk setiap partai. Untuk Partai Golkar, misalnya, dipakai "Berkarya dalam Keberagaman". PDIP menggunakan "Berjuang dalam Keberagaman". Adapun untuk Partai Amanat Nasional diberikan "Keberagaman adalah Amanat". Ini kerjaan yang menantang," kata Miranty Abidin, Presiden Direktur Fortune.
Tapi tak selalu Hotline dan Fortune seiring. Mereka bersilang kata ketika menentukan slogan kampanye. Hotline menyorongkan "Serahkan pada Ahlinya". Fortune mengusulkan "Jakarta untuk Semua".
Menurut Subiakto, Fauzi akhirnya memutuskan "Jakarta untuk Semua" sebagai slogan resmi. "Untuk penggunaan tak resmi tetap dipakai 'Serahkan pada Ahlinya'," tuturnya.
Miranty dan Subiakto menolak menyebut nilai kontrak perusahaan mereka dengan tim Fauzi. "Nominalnya tidak sampai em-eman (miliaran) lah," kata Miranty Abidin. Adapun Subiakto menyatakan, "Kalau nilainya miliaran, saya pasti sudah beli Mercy."
Wenseslaus Manggut, Budi Setyarso
Peta Bumi Pemilih Ibukota
Fauzi Bowo boleh menang dalam pemilihan Gubernur Jakarta, tapi perolehan suara Adang Daradjatun juga mencengangkan. Dibandingkan pemilihan umum 2004, suara Partai Keadilan Sejahtera memang melompat dua kali lipat. Dari mana lonjakan itu?
JAKARTA UTARA
Kepulauan Seribu
JAKARTA BARAT
JAKARTA SELATAN
Kecamatan Cilandak (daerah kediaman Adang Daradjatun)
Kecamatan Tebet (daerah basis PDIP)
JAKARTA PUSAT
Kecamatan Tanah Abang (daerah kelahiran Dani Anwar, Calon Wakil Gubernur PKS)
Kecamatan Menteng (daerah kelahiran dan kediaman Fauzi Bowo, gubernur terpilih)
JAKARTA TIMUR
Kecamatan Jatinegara (daerah kediaman Prijanto, calon wakil gubernur Koalisi Jakarta)
Total Perolehan Suara Pilkada DKI 2007
Perolehan Suara Pemilu 2004
sumber: (1) data sementara KPU Daerah Jakarta per 9 Agustus pukul 17.30. Data berdasarkan penghitungan di 10.647 tempat pemungutan suara dari total 11.256 (2) data Pemilu 2004 dari KPU Pusat.
Ke Mana Suara Berayun
Dua pekan sebelum kampanye berakhir, prediksi suara Adang tertinggal jauh dari Fauzi Bowo. Sekarang, suaranya naik drastis. Sejumlah lembaga survei yakin kenaikan itu berkat sukses tim Adang meraup massa mengambang yang sebelumnya bingung mau memilih siapa.
Pemilih Adang
Pemilih Fauzi
Pemilih yang Belum Menentukan Pilihan
Inilah data demografis para swing voters sepekan sebelum pemilihan. Sebagian besar dari mereka adalah laki-laki, muslim, dari suku Jawa, lulusan SMA, dengan pendapatan bulanan di bawah Rp 1 juta. Kediaman mereka terbagi hampir rata di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Suara berayun inilah yang kemudian diprediksi menambah suara Adang Daradjatun.
sumber: Lembaga Survei Indonesia, Exit Poll LP3ES
Jenis Kelamin
Domisili
Pendapatan Bulanan
Agama
Suku
Pendidikan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo