Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

BMKG Jelaskan Penyebab Suhu Panas di Indonesia Saat Ini

Suhu panas tertinggi tercatat di Surabaya tapi ...

17 Mei 2021 | 20.55 WIB

Warga menghalau sinar matahari dengan pakaiannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa 22 Oktober 2019. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Indonesia akan mengalami panas selama kurang lebih satu minggu dengan suhu mencapai 37 derajat Celcius. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Perbesar
Warga menghalau sinar matahari dengan pakaiannya saat melakukan aktivitas di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Selasa 22 Oktober 2019. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi wilayah Indonesia akan mengalami panas selama kurang lebih satu minggu dengan suhu mencapai 37 derajat Celcius. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) membantah kabar yang beredar soal gelombang panas di Indonesia. Suhu panas harian yang dirasakan belakangan ini bukan karena fenomena itu, tapi umumnya disebabkan oleh cuaca cerah pada siang hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Saat ini sebagian besar wilayah Indonesia akan memasuki awal musim kemarau,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, lewat siaran pers yang dibagikannya, Senin 17 Mei 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

BMKG mengimbau masyarakat untuk mengantisipasi kondisi cuaca yang panas atau terik pada siang hari dengan meningkatkan daya tahan tubuh dan menjaga kesehatan diri, keluarga, serta lingkungan. Berdasarkan hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum pada 16 Mei 2021 misalnya berkisar 33 hingga 35,2 derajat Celcius.

"Suhu tertinggi tercatat di Surabaya tapi kondisi suhu maksimum dengan kisaran tersebut masih kondisi normal,” ujar Guswanto.

Adapun gelombang panas (heatwave) disebutnya fenomena di mana kondisi udara panas selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut. Kenaikan suhunya mencapai 5 derajat Celcius atau 9 Fahrenheit atau lebih dari  suhu maksimum rata-rata.

“Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika,” katanya.

Secara dinamika atmosfer, fenomena gelombang panas dapat terjadi karena adanya udara panas yang terperangkap di suatu wilayah. Penyebabnya yaitu anomali dinamika atmosfer yang mengakibatkan aliran udara tidak bergerak dalam skala yang luas, seperti misalnya ada sistem tekanan tinggi dalam skala yang luas dan terjadi cukup lama.

Sementara Indonesia berada di sekitar wilayah ekuator atau katulistiwa dengan karakteristik atmosfer yang berbeda dengan negara empat musim. Keragaman perubahan cuacanya pun bisa berubah cepat.

Selain kemarau, suhu panas di Indonesia juga terasa ketika posisi semu Matahari berada di sekitar ekuator. Namun pada pertengahan Mei ini, posisi semu matahari sudah berada di belahan bumi utara atau di sekitar garis 19 derajat Lintang Utara. Posisi matahari itu mengindikasikan bahwa di wilayah Indonesia bagian selatan ekuator akan menjelang periode angin timuran yang identik dengan musim kemarau.

Zacharias Wuragil

Zacharias Wuragil

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus