Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Bola-bola dalam Lumpur

Lebih dari seratus untai bola beton sudah masuk ke lumpur. Volume semburan masih tinggi.

12 Maret 2007 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

”Titik sudah ketemu, bola siap diluncurkan.”

Berkali-kali Zaenal Arifin memberi aba-aba kepada operator crane yang membawa bola-bola beton. Dari ujung barat, crane mulai bergerak mengangkat kabel yang terbentang dari dua tiang pancang. Empat bola yang menggelayut di atas kabel pun bergerak ke arah tiang timur. Sampai di tengah, kait penahan bola dilepaskan. Untaian bola itu lepas. Byar! Bola jatuh dan langsung melesak ke dalam lumpur penuh asap.

Pekerjaan untuk sementara selesai pada pukul 17.00 WIB, Senin pekan lalu. Ada 21 untai bola beton dijejalkan ke dalam semburan lumpur Lapindo di Porong Sidoarjo sejak pukul 08.00 WIB. Zaenal adalah petugas yang mengawasi agar bola-bola beton itu masuk ke pusat semburan.

Hingga Selasa lalu, total bola yang sudah meluncur mencapai 146 untai. Esoknya, Zaenal dan petugas lain menghentikan untuk sementara kegiatan karena Sidoarjo diguyur hujan. Mereka khawatir lumpur meluap dan melabrak tanggul yang menjadi lokasi tim pencelup bola.

Teknologi bola beton ini adalah buah pikiran ahli fisika Institut Teknologi Bandung, Satria Bijaksana, Bagus Endar Nurhandoko, dan Umar Fauzi. Mereka menggunakan metode insersi high density chained balls alias bola-bola beton.

Bola beton bikinan PT Wijaya Karya Beton Pasuruan ini dipercaya bisa mengurangi volume semburan 50–70 persen dari total volume semburan yang mencapai 125 ribu meter kubik per hari. Untaian bola besar dan kecil ini bisa memperlambat jalan lumpur sehingga volume semburannya menurun dan lumpur mudah dikendalikan.

Pada tahap pertama lubang semburan akan dijejali 374 untai bola. Kalau sukses, metode ini akan berlanjut dengan seribu untai. Tahap pertama ini diperkirakan menghabiskan dana Rp 3 miliar.

Satu untaian berisi empat bola, besar dan kecil. Bola besar berdiameter 40 sentimeter, beratnya 80 kilogram. Bola kecil berdiameter 20 sentimeter dengan berat 20 kilogram. Setiap untai bola mempunyai benang ukur tahan panas yang digunakan untuk mengukur kedalaman. Bola pertama diperkirakan sudah mencapai kedalaman lebih dari 700 meter.

Awalnya, tim ITB memperkirakan pengaruh bola bisa terlihat setelah memasukkan 100 untai. Ternyata perkiraan meleset. Angka 100 sudah terlampaui pekan lalu, tapi volume semburan belum juga menurun, masih 125 ribu meter kubik per hari.

Ketua Departemen Pengembangan Ilmu Ikatan Ahli Geologi Indonesia, Edy Sunardi, sudah menduga sulitnya mengontrol luapan lumpur di Sidoarjo. Dalam kondisi ini, Edi mengatakan, tim penanggulangan lumpur harus segera menangani pengendalian lumpur dengan membuat kanal terbuka. Keselamatan warga juga harus menjadi prioritas. Menurut dia, metode bola beton bisa diteruskan kalau menunjukkan hasilnya.

Namun, Satria dan kawan-kawan masih belum akan berhenti. Masih ada 228 untai bola lagi yang harus mereka luncurkan. Tahap pertama belum mereka lewati. ”Kami masih terus mengevaluasi pengaruhnya,” kata Satria.

Yandi M.R., Rohman Taufiq (Sidoarjo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus